Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

iyayasAvatar border
TS
iyayas
Butir Bening Cinta: Romansa Bagian Pertama


Ini adalah kisah yang ane tulis 5 tahun lalu. Thanks Kaskus, karena event ini, sepertinya kisah ini akan ane lanjutkan lagi.

Selamat membaca sambil mendengarkan:


***


Quote:




Kalimat itu masih terngiang ditelingaku. Lantunan menarik dari bibir seorang Amanda, sahabatku. Entah mengapa aku tertarik dengan kalimat itu. Padahal Amanda selalu mengucapkannya saat dia sedang sedih. Akhir-akhir ini gadis manis itu terlihat murung dan seperti tak memiliki gairah untuk hidup lagi. aku sudah sering menasehatinya, tetapi dia seperti tidak mendengarku.

Semua nilainya di sekolah tiba-tiba turun, layaknya seorang penerjun yang lompat dari sebuah tebing. Tidak hanya nilainya, Amanda juga mulai sering tidak masuk sekolah. Dia terlihat depresi dan tanpa arah. Dia lebih senang mengunci dirinya seorang diri dikamar apartemen keluarganya yang berada di depan apartemen keluargaku. Atau menghabiskan hari diatap apartemen yang tidak terjamah orang lain. Itu tempat favorit kami berdua. Hanya kami berdua! Tempat berkumpulnnya canda, tawa, senang, bahagia, atau bahkan air mata. Kami dapat melihat segalanya dari atas sana. Dari mulai kemacetan yang sering kami diskusikan, pejalan kaki yang lalu-lalang, bintang-bintang yang berpencaran, burung senja yang menari di udara, sampai matahari terbenam yang selalu kami tunggu. Rasanya sangat indah bila kenangan-kenangan itu dapat aku rasakan kembali.

Entah sudah berapa lama Amanda terlihat begitu murung seperti itu. Aku tak tahan melihat sahabatku terus seperti itu. Tanpa gairah hidup! Kini dia tidak mau bersekolah lagi. Padahal dia sering memarahiku bila tahu orang yang duduk di sebelah bangkunya ini tidak masuk sekolah. Bahkan dia pernah memarahiku dan mengancam tidak mau berteman lagi dengan ku bila aku sering tidak masuk sekolah. Aku masih ingat bagaimana dia mengancam saat aku ketahuan tidak masuk sekolah.

“Pokoknya aku gak mau temenan sama kamu kalau kamu gini terus, aku gak mau punya pangeran yang bandel!”

Dia mengatakannya dengan nada yang sangat menggemaskan. Bahkan terlalu menggemaskan untuk diucapkan oleh anak kelas 3 SMA itu. Yaa, dia memang sangat manja namun keras kepala. Dia bisa terlihat sangat lembut atau sangat keras. Tapi itu yang membuatku nyaman dengan sahabatku itu.

Kami juga sering bermain peran layaknya seorang anak kecil. Dia memanggilku dengan sebutan “Pangeran” dan aku memanggilnya “Tuan Putri”. Entah mengapa tapi aku benar-benar menikmati perjalanan hidupku bersamanya. Aku bersyukur pernah memilikinya sebagai tuan putriku, sebagai sahabat terbaik ku.

***


Sore itu di atap apartemen, aku melihat Amanda sedang duduk di sofa tua panjang yang entah sudah sejak berapa lama ada di sana. Dia duduk di tempat biasanya, tepat disebelah tempatku biasa singgah melepas penat setelah aktivitas yang melelahkan. Dia tau jika dia menempati tempatku biasa singgah, aku akan menyurunya untuk bergeser pindah karna itu memang tempat favoritku. Ya, hanya aku dan dia sudah hafal itu. Dia tahu itu hanya untuk ku.

“Apakah kau dapat mersakannya pangeran? sore ini begitu sejuk”kata Amanda dengan nada yang tidak biasa.

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Mataku tak dapat memalingkan pandangan terhadap wajahnya. Rautnya terlihat tak biasa. Aku tetap melihatnya. Tetapi aku hanya tersenyum.

“Lihat pangeran, burung senja itu menari di udara seperti biasanya. Mereka masih cantik bukan?”

Aku kembali tersenyum mendengar ucapannya. Namun kembali Amanda mengucapkannya dengan nada yang berbeda, nada yang tak pernah kudengar sebelumnya. Nada yang seingatku tak pernah digunakan oleh gadis itu. Nada yang tak tahu dari mana dia dapatkan. Tetapi aku hanya tersenyum.

“Apa kau ingat pengeran? Burung senja menandakan matahari akan terbenam. Sebentar lagi pangeran, sebentar lagi”

Aku tetap tak mengerti. Amanda tetap menggunakan nada yang sama, nada yang sama sekali berbeda dengan nada yang sering di gunakannya. Nada yang ceria yang menjadi ciri khasnya tak digunakannya lagi. Aku tetap memandangi wajahnya. Tetapi aku hanya tersenyum.

“Pangeran lihatlah, sebentar lagi matahari akan terbenam. Ini momen yang paling kau sukai bukan?”

Kali ini ada yang berbeda dengan nada yang sedari tadi digunakan oleh sahabatku itu. Terdengar elahan napas setelah dia mengucapkan kata-kata itu. Seperti orang yang sedang menangis, atau akan menangis, atau mungkin sudah menangis. Aku tak mengerti. Tetapi mataku kembali tak dapat memalingkan pandangannya. Aku terus memperhatikannya. Tetapi aku hanya tersenyum.

Aku melihatnya. Setetes bening keluar dari kubangan matanya sesaat setelah matahari terbenam. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Sangat jelas! Dia meneteskan air mata. Tapi apa sebabnya? Mengapa dia meneteskan air mata? Apa itu semua karena aku? Aku tak begitu paham. Dan mataku tetap menatap jelas padanya, mencernanya dengan apa yang ku bisa. Bersandar pada apa yang ku ketahui tentangnya dan aku mau tetap begitu.

Tiba-tiba sahabatku itu berteriak sambil meneteskan air mata. Seolah meletus semua yang menumpuk diotaknya. Seolah hanya ingin meluapkan semua kekesalannya. Seolah terpukul dengan semua yang menimpanya. Seolah hanya dialah yang memiliki masalah. Seolah hanya dialah yang paling sakit.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh, Pangeraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaann!!!”

Kini air matanya meluncur deras. seolah badai yang dapat menghancurkan kota ini. Tangisan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Luapan emosi yang sama sekali tak terbayang walau hanya sedetik dipikiranku dapat di keluarkan oleh sosok manis seperti Amanda. Aku tetap melihatnya. Menatapnya dan terus menatapnya. Mencernanya dan terus mencernanya. Mataku tak dapat berpindah fokus selain pada sosok tuan putri ku itu. Aku terus memperhatikannya, terus, dan terus. Tetapi aku hanya tersenyum.

Maafkan aku.

***


Hari berganti begitu mencekam bagiku. Aku tak kuat menahan semua batin yang menumpuk didasar pikiranku. Aku tak tega melihat sabahatku tersiksa. Aku tak tahan melihat tuan putriku terpuruk. Aku tak rela melihat orang yang aku sayang terlihat sangat lemah, sangat tak berdaya. Batinku berkata pada hati ini yang di Amin kan oleh Tuhan. Aku harus kembalikan senyumnya, aku harus kembalikan cerianya, aku harus kembalikan bahagianya, aku harus kembalikan semua hal terindah tentangnya. Karna aku sayang dia. sahabatku, Tuan Putri ku.

Seperti yang sudah kuduga sebelumnya. Dia tidak masuk sekolah hari ini. Hanya mengunci kesedihannya dikamar. Tidak mempedulikan segala yang ada disekitarnya, tidak peduli pada angin sejuk yang mengetuk-ketuk jendela kamarnya. Tidak peduli pada cahaya matahari yang sedari tadi meminta masuk kamarnya. Tidak peduli pada tanaman yang entah sejak berapa lama meminta air. Tidak peduli pada setiap detik yang dapat dihabiskan dengan senyuman, dengan tawa bahagia yang kini ku rindukan.

Dia kembali mengulangi kebiasannya baru-baru ini. Setiap senja tiba, atap apartemen yang menjadi tempat rekam jejak bahagia kami menjadi tujuannya. Tetapi kini berbeda! sahabatku itu datang bukan untuk memberikan senyumnya lagi, bukan untuk menjelaskan betapa senangnya dia hari ini, bukan untuk berbagi tawa khasnya yang mengakar kuat di inti sari otak ku, bukan untuk memaparkan betapa bahagianya tuan putri ku hari itu. Tetapi untuk sedikit melepas bebannya. Membanjiri sofa tua yang menjadi tempat yang nyaman untuk kami berdua. Berteriak pada semua yang tidak dapat mendengarnya. Menitipkan rasa rindu pada matahari terbenam.

Dan itu yang membuatku semakin tidak tahan.

***


Aku memutuskan untuk bertindak! Sudah begitu lama sahabatku itu berselimutkan air mata. Kini setiap matahari baru memulai aktivitasnya, Amanda terlihat berbeda. Matanya selalu sembab karna air mata yang selalu dikeluarkan dan seperti tiada habisnya. Aku sudah menggunakan berbagai cara untuk mengembalikannya. Semua cara yang mungkin dapat mengembalikan senyumnya sudah ku coba. Semua canda yang biasa dapat membuatnya tersenyum sudah ku keluarkan.

Aku telah berbicara pada angin sejuk untuk selalu berada di dekatnya. Aku telah memerintahkan burung senja untuk sekedar berputar-putar lebih lama dihadapannya. Aku sudah berpesan pada matahari terbenam untuk menghiburnya. Tapi semua yang ku lakukan itu tidak dapat mengembalikan senyum bahagianya.

Imajiku berbicara, berbisik pada telinga ini dan terjamah oleh otak ku. Mungkin ini cara terakhir yang akan ku lakukan. Cara yang mungkin berhasil mengembalikan Amanda seutuhnya, sebagai tuan putriku yang dulu. Yaa, aku akan mencobanya!

***


Malam ini Amanda tidur terlalu larut. Aku tidak tega untuk membangunkannya malam ini. Seperti yang tadi sudah aku rencanakan, aku akan bermain ke mimpi Amanda untuk sekedar menghiburnya. Aku akan mencoba sebisaku untuk mengembalikan tawa sahabatku.

Perlahan aku mulai memasuki pintu mimpi Amanda. Mencarinya untuk sekedar bermain bersamanya. Aku melihatnya dengan pakaian serba hitam sambil membawa bunga mawar merah. Sepertinya aku kenal bunga itu. yaa, itu bunga pertamanya pemberian dari seorang laki-laki. Aku begitu mengenal bunga itu, mawar merah yang sangat harum. Amanda pernah mengatakannya padaku, harumnya tidak hilang tiga hari tiga malam. Yaa, aku sangat mengenalnya. Karna bunga mawar merah itu adalah pemberian ku. Hadia seorang sahabat saat dia sedang sedih. Aku memberikannya saat Amanda mendapat masalah yang sangat rumit. sangat rumit untuk ukuran gadis manja seperti tuan putriku. Aku membantu menyelesaikan masalahnya saat itu. Aku berhasil mengembalikan senyumnya saat itu. Dan kini aku harus bisa mengembalikan senyumnya.

Dalam mimpi Amanda, aku berusaha bermain dengannya. Senang rasanya melihatnya tersenyum walau hanya dalam mimpi. Aku mengajaknya berkeliling ketempat yang sering kita tuju. Dari mulai atap apartemen yang menjadi tempat favorit kami, teater kecil salah satu universitas negri di Jakarta yang sempat kami gunakan untuk belajar puisi, kelas yang menjadi tempat perjuangan kami, sampai jalan-jalan yang sering kami lalui untuk sampai kerumah. Aku menikmatinya, menikmati berada dimimpinya untuk sekedar membuatnya tersenyum kembali.

Sebelum keluar dari mimpi sahabatku itu aku berpesan padanya untuk berhenti mengeluarkan air mata. Aku telah mengatakan bahwa aku tidak suka sosok Amanda yang seperti itu, Amanda yang pemurung! aku sudah berpesan padanya untuk sekedar mengunjungiku bila ada waktu. Jadi, dia bisa menumpahkan segala kekesalannya atau masalah yang menumpuk di pikirannya dengan bercerita padaku.

Aku bahagia malam ini dapat melihatnya bahagia lagi, walau hanya dalam mimpi.

***


Hari itu Amanda bangun lebih pagi. raut wajahnya juga menjadi lebih indah. Dia bersemangat sekali hari ini. Sembari menghapus sedikit air mata yang tadi dikeluarkannya sesaat setelah bangun tidur, Amanda berlari menuju kamar mandi. Dia membersihkan dirinya. Aku menduga dia kembali ingin bersekolah. Betapa senangnya hati ku. Akhirnya sahabatku dapat ini kembali menjadi Amanda yang seutuhnya.

Tetapi semua dugaanku salah. Amanda tidak mengenakan seragam sekolah. Dia menggunakan pakaian serba hitam. Dia terlihat sangat anggun. Tetapi dia mau kemana?

Sembari membawa seikat bunga mawar merah dia berjalan perlahan. Arah yang dituju bukan arah biasa menuju kesekolah. Aku sedikit bertanya pada hati ini. Mau kemana kau Amanda? Tetapi tak berapa lama kemudia aku mendapat jawabannya.

Gerbang pemakaman adalah pemberhentian pertamanya. Amanda menarik napas panjang dan menghembuskannya. Matanya berkaca-kaca tetapi aku tahu dia menahan keluarnya air mata. Sekarang aku mengerti mengapa dia menuju pemakaman itu.

Matannya mencari-cari, membaca setiap nama yang berada disana. Sampai akhirnya berhenti pada sebuah batu nisan bertuliskan Nishimura Akira, itu namaku.

***


“Hai pangeran, apa kabar? ini aku, tuan putrimu.”Ucapan pertama Amanda saat berhadapan dengan batu nisan yg bertuliskan namaku itu.

“ Terima kasih sudah datang kemimpiku, aku bahagia bisa melihatmu kembali walau hanya dalam mimpi. Pangeran, maafkan aku karna telah menjadi sosok yang pemurung seperti ini, aku terpukul setelah kau pergi. Aku tak dapat mengindahkan kenyataan ini kalau kau sudah tiada.”

Air mata keluar dari matanya sesaat setelah dia mengucapkan kata-kata itu. Tetes pertamanya menyuburi tanah yang membenam jasatku. Aku tahu dia sudah sebisanya menahan keluarnya butir bening itu, tetapi itu terlalu mustahil untuknya. Aku senang membiarkannya mengeluarkan air mata. Membiarkannya berbagi kesedihan denganku, membiarkannya berbagi air mata denganku, dengan orang yang tepat.

“Aku berjanji atas nama tuhan, kau, persahabatan kita, dan semua kenangan manis yang mengakar di otakku bahwa aku tidak akan menjadi Amanda yang pemurung lagi. Aku akan kembali menjadi tuan putrimu. Aku akan kembali menjadi Amanda yang dulu, Amanda yang ceria yang selalu sayang padamu. Amanda yang kau kenal.”



Perkataannya itu melegakan batinku. Aku senang sahabatku mengucapkan kata-kata yang tepat, yang semestinya diucapkan oleh gadis itu. Kata-kata yang membuatku semakin menyayanginya, meski kini aku telah tiada.

***


Hari begitu cepat berputar saat itu. Tidak terasa malam telah menyapa. Aku bahagia melihatnya tidur lebih awal. Aku bahagia kembali dapat melihat senyumnya. Senyum seorang tuan putri, senyum yang sangat manis menurut ku.

Kini tuan putri ku telah tertidur. Aku memutuskan untuk segera bersiap. Aku akan kembali bermain di mimpinya. Ada sesuatu yang ingin aku katakan.

Gerbang mimpinya telah ku masuki. Kini aku melihatnya tersenyum, bermain dengan ayunan dan raut wajahnya terlihat sangat manis. Dia telah menjadi Amanda yang dulu, Tuan Putriku.

Satu pesanku padanya sesaat sebelum meninggalkan mimpinya. Pesan yang mungkin dapat membuatnya tersenyum kembali. Pesan yang mungkin dapat menjadikannya tuan putriku seutuhnya.

Quote:


Jakarta, 26 Mei 2012


Spoiler for Sumur:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 18 suara
Haruskah Kisah Ini Dilanjutkan?
Ya
94%
Tidak
6%
Diubah oleh iyayas 22-01-2018 17:49
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
7K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.