Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nanisyahrianiAvatar border
TS
nanisyahriani
Bocah Malaikat
Seorang gadis muda dengan dandanan menyolok dengan parfumnya yang lembut, melirik jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Jam segini biasanya jalanan sudah sepi, hanya kendaraan umum dan sepeda motor yang masih berlalu lalang. Valensia sudah bersiap di tempat mangkalnya, begitu sesama teman kerjanyamemanggilnya. Pohon akasia yang rindang menolongnya tersamar di malam yang temaram, menjadi posnya setiap malam, disinilah ia menunggu pelanggannya. Malam makin larut belum ada satupun pelanggan didapatnya. Ia mulai gelisah.

Sosok bocah lelaki berusia tujuh tahun, mengenakan piama biru bermotif boneka beruang, tampak berjalan dengan muka murung, berjalan kearah Valensia. Sang bocah tampak letih, lalu duduk di trotoar didekat pohon akasia dimana Valensia berdiri.
Kakinya sudah pegal berdiri hampir dua jam, aepatu hak tinggi itu cukup menyiksanya, Valensia memutuskan untuk istirahat sejenak, ia duduk.

“Assalamu’alakum, tante cantik deh” puji sang bocah, ternyata tengah memandangi Valensia dengan kagum
Valensia tersenyum tipis
“Eh, adik kecil, kok jalan-jalan malam-malam begini, nanti di cari sama ayah dan ibumu”
“Tante kok salam Dedek enggak dijawab” jawab sang bocah sedih
“Wa’alaikum salam”
Valensia gelagapan
“Mana perduli mereka, sama Dedek, mereka mungkin enggak sayang lagi..” kembali wajah mungil itu murung.
“Mana ada orang tua yang enggak saying pada anaknya” lanjut Valensia menutupi kecanggungannya
“Buktinya tante, mereka malam begini kerja jual gorengan baru pulang pagi, pagi belanja ke pasar lalu iasirahat tidur sore sudah siap-siap jualan lagi, mana ada perhatian sama Dedek” sang bocah mengeluh sedih
“Adik kecil, orang tuamu kan juga cari uang untuk adik, buat jajan, sekolah dan beli mainan”
“Iya, kapan ya? mereka punya waktu mau main sama Dedek, dan bantuin bikin PR, eh, tante..juga, ngapain keluar malam-malam, apa tante enggak di marahi ayah tante?”
Valensia tertegun

“Tante kan udah besar, udah bisa jaga diri” jawab Valensia sedikit bingung.
“Kalau begitu, Dedek kalau udah besar boleh keluar malam juga” wajah lugunya terlihat semangat
“I..ya begitulah..” Valensia kehabisan kata, sulit bicara dengan anak kecil yang masih lugu, ia tak mau sang anak mengetahui pekerjaannya.
“Sudah malam sudah pukul sembilan kamu pulang ya, nanti besok mau sekolahkan? Nanti ngantuk disekolah kemarah guru”
Alis sang bocah bertaut, ia berpikir
“Tante benar, Dedek udah ngantuk, pulang dulu ya tante?”
Valensia mengangguk
☺☺☺

“Tante, cantik!” teriak bocah berpiama biru itu berlari kecil mendekati Valensia. Di tangannya terdapat buku dan sebuah pensil
“Ada apa dek?” Tanya Valensia ramah, ia tersenyum melihat bocah itu, entah mengapa ia menyukinya, mungkin mengingatkannya akan masa kecilnya dulu.
“Bantuin bikin PR matematika ya”
Sang bocah merajuk manja
“Iya deh, sini”

Tak terasa lebih dari satu jam, Valensia asik mengajari sang bocah menegerjakan pekerjaan rumahnya. Dedek duduk di kelas dua sekolah dasar, ia termasuk cerdas dalam berhitung dan membaca. Valensia sangat menyukainya, sejak perkenalan mereka ia menjadi akrab dengan Dedek begitu ia memanggilnya. Walau terkadang Valensia cemas bocah itu sering keluar malam, bisa-bisa ia sakit terkena udara malam.
Ia sering menasehati sang bocah untuk tidak sering keluar di malam hari, kecuali jika ia ada pekerjaan rumah yang tak bisa dikerjakan ia baru boleh datang menemui Valensia.

“Dek, kenapa enggak panggil tante Valensia saja?” Tanya Valen suatu ketika.
“Enggak akh, tantekan memang cantik, enggak Cuma wajahnya, tante juga cantik hatinya”
“Idih, kamu bisa aja, jangan bohong ya” Valensia tersenyum geli
“Iya memang kok, kalau tante enggak cantik dan baik. Mana mungkin tante mau Bantu Dedek bikin pr kn?”
“Anak ini..” Valensia mencubit pipinya yang bersisi dengan gemas
“Tante, kenapa tante enggak jadi guru saja?” Tanya Tanya Dedek dengan penuh pehatian
“Enggak ada bakat” jawab Valensia sekenanya
Ia hanya tamatan SMA, sulit baginya mencari kerja, hingga akhirnya ia terjerumus dengan kehidupan malam.

“Siapa bilang? tante kan pandai matematika, membaca, dan tante sabar sekali mengajari Dedek”
“Kadang-kadang guru di sekolah Dedek tak sesabar tante cantik”
Valensia terdiam, ia berpikir sejenak. Lalu memandang bocah lugu dihadapannya itu
“Menurutmu tante bisa?”
Dedek menganguk mantap
“Dedek pulang dulu tante, nanti di cari, assalammua’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
Jawab Valensia, Dedek berlari di sepanjang trotoar ditikungan jalan tubuh kecil itu menghilang.
☺☺☺

“Sinta, kamu yakin mau nunggu lagi? ini sudah pukul sembilan lewat” bisik dinda cemas.
Gadis yang dipanggil Sinta celingak celinguk kearah tikungan jalan dimana biasanya Dedek datang. Sudah hampir setengah tahun ia tidak lagi mangkal di bawah pohon akasia itu, namun ia harus menemukan malaikat kecilnya itu dan pamit padanya, sebelum ia berangkat besok ke tempat tugasnya yang baru sebagai guru taman kanak-kanak.
“Tunggu sebentar lagi, Din”

Dinda gelisah, ia tak mau berada berlama-lama disana. Sepanjang jalan ini malam hari adalah tempat mangkal para wanita malam. Ia tak mau nanti dianggap salah satu dari mereka.

“Ayo, kita pulang, besok kita harus berangkat pagi-pagi” dinda segera menghidupkan sepeda motornya. Sinta mengikutinya, wajahnya tampak kecewa, ia rindu pada bocah yang memberikan inspirasi baginya untuk meninggalkan kehidupan malam.
Ya, ternyata Sinta adalah Valensia. si gadis menarik napas panjang, sudah seminggu ini mencari Dedek, namun bocah itu tak tampak batang hidungnya, saat ia bertanya pada orang-orang disana, namun tak ada yang tahu keberadaan sang bocah.

Di kejauhan diantara pepohonan akasia tak jauh dari Valensia dan dinda berdiri, bocah berpiama biru bermotif beruang itu memandang Valensia dengan mata berbinar gembira. Ia sudah lama berada disana. Ia tahu Valensia mencarinya, namun ia tak menunjukkan diri. Lebih tepat lagi kalau, ia tak mau menampakkan dirinya. Valensia takkan bisa menemukannya. Saat Valansia beranjak pergi, ia melambaikan tangan dari kejauhan seiring dengan menjauhnya Valensia.
☺☺☺

“Tante cantik deh” Puji sang bocah berpiama biru dengan motif boneka beruang, memandang kagum gadis manis berdandan menor, tengah berdiri di bawah rindangnya pohon akasia dikeremangan malam.
Diubah oleh nanisyahriani 14-06-2018 22:20
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.5K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.