Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Media IndonesiaAvatar border
TS
Media Indonesia
Menyedihkan, Kota Tua Berantakan Luar Biasa
Menyedihkan, Kota Tua Berantakan Luar Biasa


KAWASAN Kota Tua yang rapi, bersih, dan steril dari pedagang kaki lima (PKL) ataupun parkir liar di era Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tinggal kenangan. Kini Kota Tua terlihat renta dengan kesemrawutan luar biasa.



Paling kontras bila berkunjung pada malam hari. Para pedagang kaki lima (PKL) bertaburan bak cendawan di musim hujan. Mereka bukan hanya memadati sekitaran kawasan Kota Tua, seperti Jalan Lada, Jalan Bank, Jalan Kali Besar Barat, dan Jalan Kunir.



Mereka bahkan menebarkan lapak di atas trotoar. Berbagai jenis dagangan tersedia lengkap, dari makanan, minuman, rokok, aksesori, mainan, baju, hingga jasa pembuatan tato.



Trotoar Museum Fatahillah di Jalan Lada bahkan sulit ditembus pengunjung berjalan kaki karena dipenuhi barang dagangan.



“Bagi saya enggak apa-apa mereka berjualan asalkan bukan di area pejalan kaki. Sekarang ini trotoar sudah menjadi milik mereka (pedagang). Di mana-mana tempat berdagang,” cetus Ahsan, 22, salah satu pengunjung, Sabtu (19/8).



Longgarnya penertiban dalam beberapa bulan terakhir juga terlihat di Stasiun Jakarta Kota yang hanya berjarak ratusan meter dari Kota Tua. PKL bukan hanya berjualan di atas trotoar, sebagian dari mereka juga menggunakan badan jalan untuk berdagang.



Padatnya kendaraan bermotor yang melintas malam itu, ditambah angkutan umum yang mengetem di sekitaran Stasiun Jakarta Kota, berikut ojek daring yang mangkal, membuat jalanan macet dan berdampak sampai ke Kota Tua.



Parkir liar sepeda motor memperparah kesemrawutan karena memakai trotoar sepanjang Jalan Kunir. Padahal tiga bulan lalu semua trotoar di sekitar Kota Tua bersih dari PKL ataupun parkir liar. Semua tertib memarkirkan kendaraan di Jalan Cengkeh.



Beralihnya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta dari Ahok kepada Djarot Saiful Hidayat sejak akhir Juni 2017 cukup terasa. Sejumlah oknum langsung membuka trotoar Jalan Kunir sebagai tempat parkir sepeda motor.



Pengunjung lebih memilih trotoar Jalan Kunir ketimbang Jalan Cengkeh karena lebih dekat ke Kota Tua. “Parkir di sini lebih dekat ke Kota Tua. Rasanya lebih aman karena ramai ketimbang di Jalan Cengkeh yang sepi,” kata Dian, 28, beralasan.




Binaan koperasi



PKL yang berusaha di sekitaran kawasan Kota Tua ternyata kebanyakan binaan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Perdagangan (KUMKMP) DKI. Tempat mereka berjualan sebenarnya di sentra PKL Jalan Cengkeh, tapi tergusur oleh revitalisasi.



Sampai saat ini belum ada lokasi pengganti yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI. Itulah alasan Asmar selaku Kepala Satpol PP Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, soal mengapa PKL begitu merajalela di seputaran Kota Tua.



“Kami sudah tertibkan. Tapi lokasi antara PKL binaan dan PKL liar masih campur aduk. Waktu dirazia, mereka nunjukin surat binaan dari KUMKMP DKI. Jadi enggak bisa kami angkut,” tuturnya.



Pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah PKL yang membuat salah satu ikon Jakarta itu kumuh dan semrawut. Beberapa anggota Satpol PP juga dikerahkan untuk berjaga pada titik-tik yang rawan PKL. Razia rutin juga kerap mereka lakukan.



“Bukannya kami tidak berupaya, kami sudah melakukan tindakan untuk menertibkan mereka. Tapi masih sedikit susah karena yang di Jalan Cengkeh belum siap. Kalau yang di Jalan Cengkeh sudah siap, kami akan lebih tegas lagi,” imbuh Asmar.



Kawasan Kota Tua yang menjadi wisata unggulan di Jakarta, menurut Cahyo, 36, pengunjung, seharusnya mampu memberikan fasilitas yang nyaman serta aman bagi para pengunjung.



Warga Kota Tangerang yang datang ke Kota Tua bersama keluarganya itu berharap Pemprov DKI dapat segera memberikan solusi atas keberadaan PKL ataupun parkir liar.



“Saya tidak menaruh curiga kepada siapa pun. Tapi saya juga yakin, aparat mengetahui semua ini. Jangan tutupi mata kami dengan jaring, semua terlihat kok,” jelasnya.



Cahyo tergolong pencinta Kota Tua dan museum. Ia tak pernah bosan berkunjung ke lokasi-lokasi bersejarah. Namun, minatnya berkurang setelah melihat Kota Tua menjadi lahan komersial dengan sampah di mana-mana. “Sedih melihat tempat bersejarah secantik ini dicemari kerakusan oknum,” ujarnya lirih. (J-2)

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/news/r...asa/2017-08-22

---

Kumpulan Berita Terkait :

- Menyedihkan, Kota Tua Berantakan Luar Biasa Bank Mayapada Terbitkan Obligasi Subordinasi Rp750 miliar

- Menyedihkan, Kota Tua Berantakan Luar Biasa Larangan Roda Dua di Jalan Protokol Baiknya Ditunda

- Menyedihkan, Kota Tua Berantakan Luar Biasa Risma Pastikan Hapus Pendidikan Gratis untuk SMA

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.4K
20
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Media Indonesia
Media IndonesiaKASKUS Official
30.6KThread1.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.