Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nerdvAvatar border
TS
nerdv
Haruskah ini diberi judul? ._.
Pagi itu, ketika matahari yang seharusnya sudah bersinar masih tertutup awan hitam. Erik berjalan menuju universitas-nya. Di dalam pikirannya dia terus menyalahkan dirinya yang tidak bisa mencegah hal itu terjadi. Kenangan pahit 12 tahun silam selalu menghantuinya. Kenangan ketika dirinya melihat teman baiknya berada di kantung mayat akibat kebakaran ditempat tinggal temannya.
Kejadian itu membuat dirinya terpukul, Erik menyalahkan dirinya sendiri karena membiarkan temannya itu pulang. Perasaan bersalah yang dirinya bawa membunuhnya secara perlahan.
“Seharusnya, waktu itu aku tidak membiarkannya pulang.”
Kata – kata yang selalu ia ulang ketika sendirian, perasaan bersalah yang Erik rasakan semakin lama semakin berat. Orangtuanya telah berusaha menghapus ingatannya tentang itu. Namun semuanya malah berdampak buruk. Erik selalu saja teringat, saat - saat terakhir mereka bertemu.
“Seandainya waktu dapat diputar kembali,”gumamnya kecil.
Perlahan, sinar mentari mulai menembus awan hitam. Genangan air yang berada di jalanan memantulkan sinarnya. Ditutup ke dua matanya dengan tangan kanan. Cahaya yang menyilaukan itu membutakan matanya sesaat. Perlahan, silau yang dirasakannya menghilang. Ditatapnya langit yang mulai kembali cerah. Jaket yang sedang ia kenakan membuat suasana hangat, walaupun udara masih terasa dingin akibat hujan.
Setibanya di kampus, dia langsung duduk dan membuka buku catatannya. Lalu ia mengeluarkan pensil dan mulai menggambar sesuatu. Disetiap lembar bukunya terdapat lukisan – lukisan lain, namun lukisan itu selalu bertema kesedihan. Setiap hari, Erik selalu sendiri. Bahkan ketika dosen yang mengajar meminta untuk membentuk kelompok belajar, dia memilih untuk sendiri. Sifatnya itulah yang membuat ia selalu dihindari oleh teman – teman kelasnya.
Beberapa menit kemudian, dosen yang akan mengajar matkul pertama hadir. Segera ia berhenti menggambar dan mulai membuka bukunya yang lain. Namun, ketika pelajaran sudah lewat 30 menit. Matanya mulai terasa berat, pandangannya kabur lalu perasaan kantuk yang tidak bisa ditahan itu datang.
“Kenapa ini? Kenapa aku mengantuk sekali?” Ucapnya dalam hati.
Perlahan, dia menaruh kepalanya di atas meja. Seketika Erik tertidur pulas.
“Apa ini?”
“Perasaan hangat apa ini yang menyelimutiku?”
“Bukankah di ruangan kampus itu agak dingin?”
Perlahan, Erik mencoba untuk membuka matanya. Ketika matanya sudah terbuka lebar, dia melihat sekelilingnya. Dengan dirinya yang setengah bangun, dia terus menerus melihat sekelilingnya. Hingga pada akhirnya, Erik terkejut.
“Huh?!”
“Bukankah ini kamarku 12 tahun yang lalu?!”
Dia mencubit pipinya sendiri, memastikan bahwa ini bukanlah mimpi indahnya.
“Aww!”
“Ternyata bukan.”
“Ternyata ini bukan mimpi,” gumamnya.
Perlahan, pandangannya ia arahkan ke bawah. Ditatapnya kedua tangan yang sudah terangkat mendekati wajah. Dirinya masih tidak percaya bahwa waktu telah kembali. Airmatanya pun menetes satu demi satu, matanya yang sayu kini telah terbuka lebar dan sepenuhnya bangun.
Tiba – tiba gagang pintu kamarnya bergerak layaknya ada seseorang yang akan masuk. Namun, Erik masih belum sadar jika ada seseorang yang akan masuk ke dalam kamarnya. Perlahan, pintu itu terbuka.
“E-Erik, apa kamu udah bangun?” Ucap seseorang yang membuka pintu.
Suara kecil nan lembut itu mengagetkan dirinya. Dilihatnya wajah seseorang yang masuk itu. Ketika Erik sudah melihat seluruh wajahnya, dirinya sangat terkejut.
“Ve-Vera?” Ucapnya lirih.
Airmata yang sedari tadi mengalir, kini semakin deras. Vera yang melihat itu merasa khawatir dengan Erik yang tiba – tiba menangis. Didekatinya Erik lalu memeluknya, dan mendekapnya kedalam pelukan.
“Cup cup, mimpi buruk Er?” Ucap Vera sembari memeluk Erik.
Erik membalas pelukan itu dengan erat. Lalu mengangguk kecil. Beberapa saat kemudian, Vera melepaskan pelukannya.
“Erik, cepat mandi. Kalau tidak kita bisa terlambat berangkat ke sekolah,” ucap Vera.
“Eh?! Tapi ini terlalu pagi untuk berangkat,” balas Erik.
Cera menunjuk jam yang berada di dinding kamarnya.
“Ini sudah jam setengah enam Erik.”
“Ya ya, ....” keluh Erik.
Ketika Erik memasuki kamar mandi dan akan memulai mandinya. Dirinya terdiam dibawah guyuran shower kamar mandinya.
“Apa yang sebenarnya terjadi ya?” Pikirnya.
“Mengapa semuanya kembali ke saat dimana peristiwa itu terjadi?”
“Kalau tidak salah ingat, ini tanggal 12 Februari. Sedangkan peristiwa itu terjadi beberapa hari setelah ulang tahunku, yaitu tanggal 23 Februari.”
“Dengan kata lain, kebakaran itu akan terjadi 2 minggu yang akan datang.”
Beberapa menit pun berlalu, akhirnya ia keluar dari kamar mandi, dan berganti pakaian. Ketika Erik berjalan menuruni tangga, ia disambut oleh Vera yang sedang sarapan di ruang makan.
“Udah selesai mandinya?” Ucap Vera.
“Belum, ini masih sabunan. Udah tau aku pake seragam masih tanya aja,” balas Erik.
“He he he.”
“Erik, ini sarapannya,” ucap ibunya.
“Ibu nanti akan pulang larut, jadi jaga rumah ya.”
Erik hanya mengangguk, “Ah, benar juga. Ibu selalu pulang larut malam, dan aku tidak pernah makan siang atau makan malam. Terkadang jika beruntung, aku menemukan makanan sisa tadi pagi di kulkas,” ucapnya dalam hati.
Beberapa menit kemudian, ketika jam sudah menunjukkan pukul 6 tepat mereka berangkat bersama menuju sekolah. Diperjalanan Erik dan Vera bercerita banyak hal. Mereka berdua memiliki beberapa kesamaan, yaitu menyukai buku. Terutama buku cerita. Disaat mereka sedang berjalan, Erik melihat sebuah memar yang ada di paha kanannya.
“Memar?” Gumamnya.
“Vera,” panggilnya.
Vera seketika berbalik dan memasang wajah bertanya – tanya.
“Ver, kenapa di paha mu ada memar?” Tanyanya.
Vera terkejut, lalu dirinya mencoba untuk menutupi pahanya itu.
“Ini itu, kemarin aku jatuh dari tangga sekolah, hehehe.”
“Oh, ga kaget sih dengernya,” jawab Erik.
Vera terlihat marah, dirinya mengeembungkan pipi sebari berkata, “Berarti kamu pikir aku ini orang yang pecicilan gitu?”
Erik menggedikkan bahunya. Vera yang mendapatkan jawaban itu seketika merajuk, tetapi beberapa saat kemudian mereka akur kembali. Di dalam hatinya Erik berkata, “Ini aneh, tidak mungkin orang terjatuh dari tangga tapi yang memar pahanya.”
“Apa ini ada sangkut pautnya dengan kebakaran yang akan terjadi 2 minggu yang akan datang?” Pikirnya.
Beberapa jam pun berlalu. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, bel sekolah mereka berada pun berbunyi. Erik dan Vera pun berjalan puang bersama. Tetapi, ada sedikit hal yang mengganggu pikiran Erik. Erik merasa, jika Vera menyembunyikan sesuatu darinya.
“Ver,” panggil Erik.
“Sebenarnya, kamu menyembunyikan sesuatu bukan?” Ucapnya dengan nada lemah.
Vera sedikit bereaksi dengan ucapan Erik, kemudian dia membalikkan badan dan memberikan senyuman manis kepada Erik.
“Ga kok, ga ada yang aku sembunyikan,” balasnya.
Tingkah laku vera yang aneh membuat dirinya tambah curiga. Dirinya bertanya – tanya, apa yang sebenarnya terjadi di panti asuhan itu?
“Ver, mau mampir ke rumahku dulu?” Tanya Erik.
“Eh? Tumben ngajak mampir dulu,”
“Iya, ibu selalu pulang larut jadi aku ga ada temennya. Sekali – kali lah temenin,” pintanya.
“Emm, oke deh,”
Mereka pun berjalan menuju rumah Erik, diperjalanan Erik masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Vera. Dirinya tidak bisa berhenti memikirkan itu, terlebih lagi peristiwa kebakaran itu akan terjadi 2 minggu lagi.
“Ini tidak masuk akal. Kebakaran yang akan terjadi dengan memar yang ada di tubuh Vera, apa itu ada kaitannya?” Pikirnya.
“Apa terjadi kekerasan di dalam panti asuhan tersebut?” Pikirnya.
Tanpa dia sadari, giginya ia gertakkan hingga timbul bunyi. Vera mendengar bunyi gertakkan giginya, lalu menengok dan bertanya, “Er, ada apa? Kok kamu menggertakkan gigimu?”
“Ga ada apa – apa kok,” balasnya dengan senyum kecil.
Perjalanan mereka pun berlanjut, dan di dalam hatinya ia berkata.
“Kali ini, aku pasti akan menyelamatkanmu Vera,” ucapnya dalam hati.
Perjalanan panjang itu pun akhirnya usai, mereka yang sudah lama berjalan akhirnya telah sampai di depan rumah Erik. Rumah sederhana yang terlihat anggun dari depan.
“Ayo masuk Ver,” ajak Erik.
Dengan langkah lambarnya memasuki rumah, pintu kecil itu ia buka dengan tangan kecilnya. Vera juga mengikuti langkah Erik dari belakang. Perlahan mereka memasuki rumah yang sangat sepi itu, diletakkannya tas berat berisi buku di atas sofa ruang tamu. Vera juga mengikutinya, namun Vera meletakkan tasnya di bawah.
“Er, rumah kamu sepi banget ya kalo siang kaya gini,” ucap Vera.
“Hahaha, iya. Ibu kerja sampe larut malem sih,” balas Erik.
“Kalo ayah kamu, Er?”
“Ayah, .... Ayah udah meninggal Ver, meninggal karena kecelakaan pesawat waktu ada tugas ke luar negeri,” ucap Erik.
“Umm, maaf,”
“Buat apa?” Tanya Erik.
“Maaf udah nanya itu, aku ga tahu,” ucap Vera dengan merasa bersalah.
“Hahaha, ga apa – apa. Sebenernya ibu belum ngasih tahu ini, tapi aku udah tahu dari dulu,” ucap Erik.
Perbincangan itu berlanjut sangat lama, hingga perut mereka berbunyi.
“Udah laper Ver?” Tanya Erik.
Vera tersipu malu, lalu mengangguk sedikit. Seketika Erik langsung bangkit dan menuju dapur, dibukanya lemari es. Lalu ia mengambil beberapa bahan makanan yang akan ia masak, Vera yang melihat itu merasa heran.
“Er, kamu bisa masak?’ Tanyanya.
“Bisa, karena ibu sering pulang larut jadi aku belajar masak sendiri,” jelas Erik.
Vera menjadi bersemangat setelah mendengar jawaban dari Erik, dengan cepat dirinya mengambil satu lagi kursi kecil dan ia letakkan di samping Erik. Vera menaikinya dan melihat Erik memasak makan siang mereka.
“Mau coba Ver?” ucap Erik sembari menumis sayurnya.
Vera mengangguk kecil, lau diberikanlah kekuasaan wajan itu ke tangan mungil gadis kecil itu. Terlihat dirinya sangat senang dengan apa yang ia lakukan sekarang. Sudah beberapa menit berlangsung sejak vera menumis sayuran, tiba – tiba terdengan letupan kecil dari wajan. Letupan itu mencipratkan kuah sayur yang sedang ditumisnya dan terciprat ke baju putih yang sedang gadil kecil itu kenakan.
“Yaah, gimana nih. Nanti kalau aku pulang ada noda kaya gini, pengurus pasti marah,” ucap Vera.
Vera terlihat panik, ia mencoba untuk menghilangkan noda itu dengan mengusap nya. Tetapi bukannya hilang malah noda itu semakin besar. Melihat itu Erik tidak tega, ia terpikir bekas memar yang ada di paha kanan vera. Dengan cepat Erik mematikan kompornya, lalu dia menuju kamar mandi.
“Ver, bajunya copot. Sini biar aku cuciin,” ucap Erik.
Vera sedikit tersipu malu mendengar ucapan itu, “Ta-tapi kalau aku copot baju, nanti aku telanjang dada dong.”
Erik berjalan menuju kamarnya, diambilnya sebuah kaos oblong miliknya lalu ia berikan ke Vera.
“Sementara pake ini aja dulu, ini biar aku cuciin,” ucap Erik.
Beberapa jam sudah berlalu, sekarang matahari tampak akan terbenam. Langit yang semula cerah kini perlahan berubah menjadi jingga. Vera pun memutuskan untuk pulang, “Er, makasih untuk hari ini. Aku mau pulang, takut dimarahin sama pengurus,” ucapnya sembari tersenyum kecil.
“Ya, seharusnya aku yang ngucapin makasih Ver,” balas Erik.
Vera pun berjalan pulang. Dirinya pulang dengan memakai kaos oblon dan rok merah, bajunya yang sudah mereka keringkan dengan menggunakan kipas angin lalu disetrika ia masukan ke dalam tasnya. Tiba – tiba Erik terpikirkan sesuatu hal, segera ia mengunci rumahnya dan berlari mengejar Vera.
Vera mendengar ada suara langkah kaki dari belakang, ia segera menoleh untuk melihat siapa itu.
“Erik? Kamu kenapa kok lari – lari gitu?” tanya Vera.
Erik berhenti, dirinya terlihat mengambil nafas panjang karena berlari.
“Haah, aku lupa. Aku akan mengantarmu sampai ke panti,” ucapnya.
“Eh? Kenapa?”
“Aku ga bisa biarin kamu jalan sendirian, udah magrib juga,” jelasnya.
Mereka akhirnya berjalan bersama. Ketika telah sampai di depan pintu panti asuhan, Vera terlihat sedikit bergetar. Gadis itu terlihat mengepalkan tangannya dengan erat, “Er, aku duluan ya. Kan udah sampe, aku mau masuk takutnya dicariin,” ucap Vera.
Erik hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Ketika Erik beranjak pergi dari situ, ada seorang wanita yang berdiri menghadang jalannya. Wanita itu memakai hijab berwarna abu – abu dan berbusana muslimah. Erik terheran, “Kenapa mbak ini berdiri menghadang jalanku?” ucapnya dalam hati.
Wanita itu perlahan melangkah dan mencoba mendekati Erik, ketika jarak antara dirinya dan Erik sudah dekat. Wanita itu bertanya, “Kamu yang namanya Erik?”
Erik mengangguk kecil, dirinya terlihat penasaran tentang siapa wanita ini.
“Kamu teman dekatnya Vera?” Tanya Wanita itu lagi.
“Iya,” balas Erik.
Ketika Erik membalas itu, wanita itu terlihat memalingkan wajahnya. Dirinya seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa. Disaat Erik akan membuka mulutnya, wanita itu mulai berkata.
“Erik, mungkin ini adalah permintaan egois dari orang dewasa sepertiku.”
“Aku ingin, kamu menyelamatkan Vera dan anak – anak panti asuhan ini,” pinta wanita itu.
“Apa yang mbak maksud? Saya tidak mengerti,” balas Erik.
“Saya, sebenarnya adalah salah satu pengurus panti ini. Pertama kali saya bekerja disini, panti ini terlihat biasa saja. Namun, beberapa bulan yang lalu. Ketika para pengurus yang lainnya sudah pergi karena pensiun dan diganti oleh orang baru. Setiap malam saya mendengar suara rintihan seseorang dari bawah tanah, sebenarnya saya menaruh curiga. Namu, saya tidak berani. Esoknya ketika sudah waktunya anak – anak berangkat sekolah, saya melihat ada bekas memar. Ketika saya mencoba untuk bertanya pada pengurus lain, mereka selalu menghindar dan menjawab kalau mereka tidak tahu apa – apa,” jelas wanita itu.
Erik terdiam mendengar itu, “Berarti, bekas memar yang ada di paha kanan Vera ....”
Angin malam mulai berhembus, tubuh Erik yang diam membatu itu mulai merasakan dingin. Diperjalanan pulang Erik terus memikirkan ucapan wanita itu, “Jadi benar, Vera mendapatkan kekerasan di panti itu. Sekarang, apa yang harus ku lakukan?” ucapnya dalam hati.
“Namun, apa ini berhubungan dengan kebakaran yang akan terjadi sebentar lagi?”

Quote:
Diubah oleh nerdv 03-02-2018 11:12
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.