Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

semestaxxAvatar border
TS
semestaxx
Freak Tsundere
Read this ya, Gan. Krisar juga. 👇


Quote:



Namaku Nichi Anastasius, akrab dengan sebutan Anas. Bagiku, panggilan Nichi sangat menggelikan ketika didengar, juga terlalu imut untuk seukuran gadis sepertiku.

Dan satu lagi, aku tak akan segan meninju siapapun yang berani meneriakiku dengan sebutan 'Nichi'. Dan Anas ... Bukankah nama itu terdengar cukup elegan? Aku yakin kalian akan mengangguk.

Aku memiliki masa kuliah yang jauh dibawah kata biasa, alias biasa banget. Hampir semua temanku didominasi oleh perempuan. Temanku tak terlalu banyak juga tak terlalu sedikit, itu tidak penting. Karena yang perlu diketahui adalah, mereka merupakan orang-orang yang selalu disisiku baik saat senang maupun sakit.

Menurutku, aku mempunyai 3 sisi menarik yang cukup patut untuk dibanggakan, bahwa yang pertama Aku gadis biasa saja, Kedua memang biasa saja, Dan yang ketiga, aku memang sangaaat biasa.

Satu poin terakhir, ini yang paling terakhir, oke lupakan! Intinya ... aku tidak dekat dengan kaum Adam, bukan karena aku membencinya, melainkan 90% mereka itu berisik dan 10%nya aku tak terbiasa dekat dengan mereka.

Aku berasal dari keluarga sederhana, memiliki kakak yang kuat, seorang Ayah dan Ibu yang hebat. Meski mereka bukan profesor, doktor, atau profesi dengan gelar keren lainnya, namun percayalah! Aku memberi gelar paling mulia sepanjang hidupku untuk Ayah, Ibu dan juga kakakku.

"Bang, udah stop! Kelewatan ini!" aku menggerutu. Seharusnya dia menurunkanku di gang sana, ini malah dekat kampus. Kan mampus! Gara gara terlalu sibuk melamun, malah jadi gini.

"Kenapa, sih? Tanggung. dikit lagi nyampe, lagian kamu aneh-aneh aja sih, gak pernah mau dianterin sampe depan gerbang! Kan lumayan dianterin cowok ganteng." Dia membeo, memasang raut kesalnya dengan bibir mencebik.

"Bang Raufal!" Aku mendengus, "berisik banget sih!"

"Yodah sana turun!"

"Biasa aja sih! Gue sleding tau rasa lo!" Aku membanting pintu mobil.

Kaca mobil lalu terbuka lebar, menampilkan raut masam Bang Raufal yang sepertinya menahan kesal, "lo gak mau nyium tangan gue yang imut-imut ini apa?" Bang Raufal mengangkat tangannya setinggi dada dan mensejajarkannya, dia meniup-niup manja tangannya sendiri.

"Hueekk!" Aku memeragakkan orang yang sedang muntah, Bang Raufal menatapku sinis membuatku tak bisa menahan tawa. "Sini tangan Abangnya keluar dulu dong!"

Oke, aku tidak sedurhaka itu untuk benar-benar muntah karena sikap memuakkan kakakku.

"Assalamu'alaikum, Bang," aku mencium tangannya.

"Wa'alaikumsalam. Pinter-pinter lu ye kalo kuliah.

Aku mengangguk patuh.

***
"Nichiii..!!"

"Hah?" Cowok yang sedang memegang segelas capuccino itu menganga dengan mata terbelalak, dia tergagap, lalu berseru, "LO NGAPAIN PANGGIL DIA?"

"Lo bukannya naksir dia ya?"

"KATA SIAPA KON...TAK BATIN??" Dia hampir saja menjambak jambul nistanya yang telah ditata rapi andaikan saja tangannya dalam keadaan bebas, bukan tangan kanan yang memegang capuccino dan tangan kiri mengapit 2 buku tebal.

Dia Juan Shidqi Arsalaan, cowok nyeleneh yang kebetulan sedikit populer dikalangan para gadis. Penampilannya yang modis juga senyumnya yang manis kadang mampu membuat para gadis berteriak histeris.

Di dekat tiang koridor sana, Nichi yang semula sedang berjalan mendadak berhenti, dia menatap datar si cowok yang memanggilnya beberapa waktu lalu. Mendorong kacamatanya ke atas, dia menghela napas dan mulai berjalan mendekat.

Menghadapi dua manusia berisik merupakan hal paling menyulitkan dalam hidupnya, yaa pengecualian sebenarnya, karena Ayahnya dan Kakaknya tidak menyulitkan sama sekali.

"Lo panggil gue 'Nichi'?" Dia bertanya sarkas dengan mata menyorot tajam, membuat dua orang yang sedang melongo itu mengatupkan mulutnya cepat, "Lo panggil gue Ni-chi, 'kan?"

"Bukan gue, sumpah! Dia yang manggil lo." Juan gelagapan. dia menunjuk-nunjuk temannya, Alvi, dengan tangan yang masih memegang capuccino.

Nichi mengepalkan tangan dan mengangkatnya setinggi bahu, membuat Alvi juga Juan melongo bingung, banner bertuliskan 'Nichi Sinting' seolah tertempel jelas di kening mereka berdua.

BUGH..!

"ADAAW!" Alvi Cumiik nyeri. Nichi tersenyum miring, "lo ngapa pukul gue an ... dong!" Alvi meringis. Pukulan Nichi ternyata boleh juga, membuat perutnya mendadak merasakan sembelit, dia menyesal telah memanggilnya.

"Nama gue Nichi Anastasius. Panggil gue Anas. Kalo lo panggil gue Nichi lagi," Nichi menjeda ucapannya, tangannya mengusap botol minum yang baru saja dia raih, "gue patahin tuh idung lu yang kayak puntung rokok."

"HAH?"

Alvi menggigil, Juan ngakak.

"Lo juga! Siapa nama lo?" Nichi mendelik menodongkan botol minum ke dada Juan.

"Gu-gue Juan Shidqi A-arsalaan," Juan gelagapan.

"Nah Jaun? Atau siapapun lo, jangan panggil gue Nichi! Awas aja kalo berani, Gue bakar jambul tiarap lo itu, catet!"

Nichi melenggang pergi, meninggalkan Juan yang sekarang sudah kejang-kejang.


***

"LO LAGI NGAPAIN?" Sitta bertanya dengan berteriak.

"BIASA AJA KALO NANYA GUK! BUDEK KUPING GUE!" Raulina balas berteriak, mereka duduk bersebelahan, tapi jangan ditanya jika keduanya saling meneriaki satu sama lain.

"Kalian berdua berisik banget sih." Nichi duduk di belakang mereka, mengeluarkan buku dan mulai membaca.

"Tau tuh, temen lu," Meidina ikut berkomentar, dia maju dan duduk di samping Nichi.

Nichi menghela napas jengah lantas menutup bukunya. Dia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali, sialan.

"Temen lo juga lah," Nichi menjawab ogah.

"Najis gue punya temen burik kayak mereka berdua!" Meidina berkata pedas menunjuk Raulina dan Sitta dari belakang.

"He ikan sapu-sapu! Lo kira gue mau temenan ama lo yang bibirnya tipis kayak pinggiran koreng itu heh?" Sitta menoleh garang, "gue juga najes!"

"An ... dong! Lo bully gue beneran." Meidina terbahak, "sialan lo kutu!"

Nichi ikut tertawa, dia tidak pernah tidak tertawa mendengar makian mereka satu sama lain, "Arina sama Ocha kok belum dateng, Tumben sih?" dia bertanya.

"Palingan lagi mandi bunga tujuh rupa, biar putihan dikit. Mereka kan burik!"

"Siitaaa..!! Gue denger" Arina masuk disusul Ocha di belakangnya.

Sitta langsung saja ngibrit ke tengah-tengah Nichi dan Meidina.

Mereka Bertiga ngakak.

"Lo sih, ngatain orang mulu!" Raulina berkomentar, menatap mencemooh Sitta yang sedang memeluk Nichi dari samping.

"Mak! Awas dulu lo! Pengen gue sleding tuh anak satu yang kek blatung nangka!" Arina menggebu-gebu.

"Udah-udah ah! Apa-apaansih. Malu sama umur dong kalian!" Nichi melerai.

"Elaah taik, sok tua banget ini bocah." Sitta menempiling kepala Nichi.

"Eh bujig! Kepala gue difitrahin gini-gini."

Mereka berlima terbahak.

Dan ya ... Arina, Raulina, Sitta, Ocha, Meidina, dan Nichi memang sudah lama bersahabat. Mereka berenam sering dijuluki Cuskes-Cuskis 'cus kesana cus kesini' oleh orang-orang. Tidak sedikit pula yang mencibir kebersamaan mereka. Dan tentunya akan mereka anggap cibiran itu hanya datang dari mulut orang-orang yang kesepian yang tak tahu makna persahabatan. Mereka yang hanya berkelompok sosial sebagai formalitas semata agar dapat dinilai berkelas. Sungguh melas.
----

Cerita pertama gan.
21jan018
Ini nggak tau chapter duanya dipost dimana 😂 bingung. Yang tau kasih tau.
Diubah oleh semestaxx 28-01-2018 22:39
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
992
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread•42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.