Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

everesthomeAvatar border
TS
everesthome
PKL Liar Menyemut di Kota Tua, PKL Cengkeh Ancam Ogah Bayar Rertibusi Lokbin
PKL Liar Menyemut di Kota Tua, PKL Jln. Cengkeh Ancam Ogah Bayar Rertibusi Lokbin
Rabu, 10 Januari 2018 20:31


Pedagang Kaki Lima (PKL) liar yang menyemut di wilayah Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, Rabu (10/1).

WARTA KOTA, TAMANSARI -- Maraknya Pedagang Kaki Lima (PKL) liar yang menyemut di wilayah Kota Tua, Tamansari, Jakarta Barat, membuat sejumlah pedagang di lokasi binaan (lokbin) di Cengkeh, berteriak lantaran sepi akan pembeli.

Sejumlah pedagang di lokbin yang juga dikenal Taman Kota Intan ini juga mengancam, akan enggan lagi membayar uang retribusi ke pihak pemerintah sebesar Rp 4000 per-harinya.

Pantauan Warta Kota, suasana di Kota Tua kini membuat arus lalu lintas (lalin) macet, hingga semrawut.



Berbagai dagangan PKL liar ini juga disajikan di bibir jalan dan juga membuat para pejalan kaki menjadi terganggu, saat melintas di trotoar.

Tidak hanya itu seperti Jalan Kunir, Jalan Lada, Jalan Kalibesar Timur, dan Jalan Bank nampak para PKL liar pun leluasa menyajikan berbagai dagangannya yang mereka miliki.

Kepadatan di kawasan Kota Tua pun semakin terlihat saat para pengunjung dan wisatawan berdatangan, walau bukan di akhir pekan.

Keberadaan PKL, picu emosi para pedagang di Lokbin Cengkeh.

Terlihat para pedagang, yang berada di lokbin Jalan Cengkeh ini melihat-lihat para PKL liar yang sibuk melayani para pembelinya.

Sementara itu, para pedagang lokbin Jalan Cengkeh, hanya bisa gigit jari dan sibukkan diri menata meja dan dagangannya yang tengah sepi akan pembeli saat itu.



Mereka pun juga tidak hanya mengancam tak membayar retribusi, tapi juga akan nekat berdagang di bibir jalan.

"Kemacetan tak terhindarkan, akibat sejumlah angkutan umum mengetem sembarang lokasi. Malah, parkiran kami yang sepi karena mereka para sopir angkutan umum ngetem sehingga menghalangi wisatawan parkir ke sini. Jikalau begini terus ogah juga saya bayar retribusi dan dagang dilokbin Cengkeh. Mendingan sekalian saja keluar dari sini dan jualan di pinggir jalan. Mati kutu di sini jualan, sepi pembeli," ungkap salah seorang pedagang soto ayam, Banu (41) di lokbin Cengkeh.

Akmal (51), yang juga pedagang kuliner lokbin Cengkeh, sempat menitikkan air matanya saat diwawancarai Warta Kota.

Ia menangis, karena kebingungan dagangannya sejak diresmikan di Oktober 2017 lalu, tak kunjung laku.

"Gimana mau bayar sekolah pak, bayar terkait retribusi cuma Rp 4000 saja masih pikir buat ongkos pulang ke rumah saya sama istri. Saat ini saya hidup pas-pasan sekali. Sepi pembeli, malah yang ramai dikunjungi orang itu PKL liar di Kota Tua. Sementara kami di sini di Lokbin Cengkeh, enggak laku-laku. Masya Allah paak," ucapnya sambil mengusap air mata.

Sementara itu, Pengurus PKL Lokbin Cengkeh, Hatta Kobra (50), mengatakan sejak beberapa terakhir dirinya tidak ingin lagi bayar retribusi PKL Lokbin.

Penyebab tidak lain karena lokbin itu mulai di tinggal pembeli.

"Penggunjung kota tua enggan datang ke kami (Lokbin Cengkeh) lantaran kondisinya jauh dari Taman Fatahilla. Bayar retribusi rajin, tapi saat ini mana mau kami jualan di sini. Mau jualan di pinggiran jalan saja. Artinya juga dari kawasan Cengkeh aja sedikitnya ada uang Rp 2,5 jutaan yang tidak masuk dalam kas daerah. Ini, Polisi Pamong Praja (Satpol PP) malah membiarkan PKL liar. Ini semua, salah Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahudin Uno untuk membuat jalan kota tua semerawut. Habisnya malah PKL-PKL liar yang dimanja," ujarnya.

PKL liar dipungut Rp 10.000

Tak hanya PKL resmi saja yang menolak bayar retribusi, sikap serupa juga dirasakan PKL liar yang memenuhi titik jalan di kawasan Kota Tua tersebut.

Sekalipun PKL-PKL liar itu menggelar tikar dan mendirikan tenda namun mereka pun juga ogah membayar retribusi, ke para preman Kota Tua.

"Memangnya PKL resmi saja pak kena bayar di retribusi, saya akuin saya PKL liar kok, namun jangan dikira jualan liar di sini gratis. Bayar pak Rp 10.000. Ada premannya pak yang minta ke kami PKL liar. Tetapi saya ogah pak bayar saat ini karena kalau-kalau ditertibkan sama Satpol PP gimana pak? Rugi juga saya pak. Bisa saja begitu kan. PKL di sini juga lebih dari 200-an di Kota Tua. Kalau dipalak Rp 10.000, waduh.. Ya enak banget. Katanya juga preman itu kan kaki tangannya Satpol PP," jelas seorang PKL liar di Kota Tua, Harun (31).

Bantah tarik setoran

Sementara itu, Kasatpol PP Jakarta Barat yaitu Tamo Sijabat membenarkan kini terhadap PKL Kota Tua dirinya tidak bisa berbuat banyak.

Dia mengatakan dari arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, untuk tak melakukan tindak tegas penertiban, bajk seperti merusak maupun mengangkut gerobak.

"Sebab cara ini (penertiban) akan merusak kan program DKI terkait ekonomi kerakyatan. Tapi,
ucapan pedagang mengenai adanya tarikan ya (pungutan liar) uang yang dilakukan ke oknum Satpol PP itu tak benar. Sebab, masa sekarang ini, tidak dibenarkan untuk melakukan tindak penyelewangan itu, tak berani lah saya, bahaya kalau ada anggota lakukan demikian, yang ada bisa kena pecat nanti," jelasnya.

Sementara, Camat Taman Sari, Firman Ibrahim mengatakan penataan Kota Tua kali ini tengah dimaksimalkan oleh pihaknya.

Berencana, kata Firman, akan memasukan sejumlah PKL itu, ke beberapa lokasi sementara (loksem), yang ada di sekitaran Kota Tua.

"Cara ini dimaksudkan agar PKL-PKLnya lebih tertata. Kita tengah merancang, sama seperti Pasar Asemka. Beberapa lokasi yang kini akan dirancang, yakni tepat di sisi belakang kantor Bank BNI serta satu lahan dekat Stasiun Kota. Di tempat itu nantinya pembangunan dengan dana berasal dari CSR (Corporate Social Responbility)," terangnya.

Tempatkan petugas

Sementara itu, Kasatlantas Wil Jakarta Barat, AKBP Sudarmanto mengakatakan pihaknya di permasalahan ini sudah menyiapkan beberapa anggotanya di sekitaran Stasiun Beos.

Cara ini, kata Sudarmanto, membantu pengaturan lalin serta para angkutan yang mgetem sembarang tempat.

“Kalau sore atau siang hari, anda akan melihat petugas kami berjaga di sekitaran dekat lampu merah. Saya hanya menyayangkan ya, dengan kondisi Kota Tua saat ini. Selain berantakan ya kondisi Kota Tua kian tak tertata, lantaran PKL-PKL menutupi badan jalan. Kami, hanya dapat menilang-nilang bagi pengguna jalan yang kini masih membandel," ujarnya. (*)

sumber

Semrawut kotanya...
Sengsara warganya...
Sejahtera preman-nya....


Diubah oleh everesthome 11-01-2018 07:08
0
3K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.5KThread41.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.