Di tahun 2011, saya mulai bertugas yang jauh dari rumah saya di Surabaya, yaitu di Manado, Sulawesi Utara. Tanpa sanak saudara dan teman dekat, saya belajar beradaptasi dengan lingkungan, budaya, makanan dan orang baru. Di bumi Minahasa ini, ada budaya ngopi di pagi hari yang mulai saya ikuti. Pas ngopi, saya lihat ada ampas kopi yang mengendap, lalu iseng saya bikin gambar dari ampas kopi ini. Waktu itu belum booming Instagram dan sejenisnya, jadi cuma bisa disimpan di halaman Facebook. Sejak saat itu saya mulai banyak mencoba jenis kopi serta cara membuatnya dan trial error media gambar.

Hal lain yang menyenangkan adalah bertemu teman baru dan pengalaman baru. Saya jadi mudah akrab dengan barista yang memperhatikan ketika saya menggambar, bahkan dengan anak kecil yang minta dibuatkan gambar. Selain itu, saya bertemu dengan orang-orang yang suka membuat live sketch di sebuah acara yang membahas tentang kopi. Saya pun diajak ikut menggambar bareng di komunitas Sketcher.

Jujur, saya masih suka minder kalau lihat karya orang lain yang lebih bagus atau perupa lain yang juga menggunakan kopi sebagai media gambar, tapi saya tetap bermain dengan kopi ini. Bukankah “Practice make perfect” dan usaha tak pernah mengkhianati hasil? Saya pun membandingkan gambar saya di awal dan yang sekarang, ada beberapa kemajuan tapi saya tidak berhenti untuk terus belajar dengan berbagai macam referensi.

Beberapa keisengan saya menggambar dengan kopi saya unggah di sosial media, Alhamdulillah beberapa mulai menanyakan untuk minta dibuatkan ilustrasi kopi ini. Kebanyakan sebagai hadiah atau pemberian. Malah ada juga yang minta dibuatkan ilustrasi untuk cover novelnya, walaupun bukan dengan media kopi. Kepuasan pemesan menjadi kepuasan saya juga, tidak ada yang lebih menyenangkan dari senyum sumringah mereka