Perang mempertaruhkan nyawa dengan cara membunuh lawan. Ibu mempertaruhkan nyawanya justru demi hadirnya nyawa baru; anak, agar kehidupan tetap hidup dan berlanjut. Seandainya laki-laki lebih hebat dan kuat dari perempuan, tentu tugas melahirkan yang penuh pertaruhan nyawa dibebankanNya kepada laki-laki. Maka alasan apa lagi untuk mengatakan kemampuan perempuan di bawah laki-laki? Dan di negeri ini, itu tergores sejak 22 Desember 1928 oleh para perempuan hebat dalam kongres perempuan. Dengan inisiator seorang perempuan lajang berusia 21 tahun, Sujatin.
Quote:
Kongres Pertama 22 Desember 1928, di Yogyakarta, yang dihadiri oleh perempuan anggota berbagai organisasi se Indonesia, digerakan oleh para tokoh perempuan yang tak kenal lelah berjuang penuh keyakinan, dan pengorbanan. Kongres Perempuan I, merupakan inisiatif 7 organisasi antara lain Wanita Taman Siswa, Wanito Tomo, JIBDA, Jong Java bagian Wanita, Wanita Katholik, Aisyiah dan Poetri Indonesia.
Nona SUJATIN Kartowiyono, Ketua Pelaksana Kongres, beliau adalah anggota pengurus Poetri Indonesia. Ia telah mengikuti Kongres Pemuda di Jakarta pada Oktober 1928 yang mencetuskan Soempah Pemuda. Sujatin adalah perempuan gigih yang mengorbankankepentingan pribadi demi perjuangan perempuan dan kemerdekaan Indonesia. Di masa perjuangannya ini dia harus memutuskan pertunangan karena ia dipaksa memilih oleh tunangannya, apakah ingin bertemu ataukah tetap ikut dalam Kongres. Sujatin memilih tetap ikut kongres.
Quote:
Berbicara tentang Ibu, memang tidak ada habisnya. Perjuangannya yang membara selalu membuat kita semakin mencintainya. Apalagi pengorbanannya yang tiada akhir membuatku tak habis pikir, sesungguhnya terbuat dari apa hati seorang Ibu yang begitu tulusnya dalam mencintai anak-anaknya. Karena bersamamu tak ada kata sedih dalam hidupku. Karena sedihku adalah ketika aku begitu lelah memendam rindu ini padamu. Karena bahagiaku yang sesungguhnya adalah ketika bersamamu, melewati hari-hari dengan tertawa bersama, mencurahkan isi hati sembari bergurau dan memeluk saling menguatkan untuk menenangkan. Karena dirimu bukan lagi sebagai Ibu saja melainkan sahabat, teman, dan pahlawan. Masihkah kau ingat ibu moment mengharukan kita, yang selalu terekam dalam memori dan tak pernah tenggelam.
“Ibu pembohong”. Betul. Seorang ibu dalam hidupnya membuat banyak kebohongan.
Saat makan, jika makanan kurang, ia akan berikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, “Cepatlah makan, ibu tidak lapar”.
Waktu tersisa hanya ikan dan daging, ia pun berkata, “Ibu tidak suka daging, makanlah nak”.
Tengah malam, saat dia sedang sakit menjaga anaknya yang sakit, ia akan berkata, “Istirahatlah nak, ibu masih belum mengantuk”.
Saat anak sudah lulus, bekerja dan mengirim uang untuk ibu, ia berkata, “Simpanlah untuk keperluanmu nak. Ibu masih punya uang”.
Saat anak sudah sukses dan menjemputnya untuk tinggal di rumah besar, ia selalu berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman. Ibu tidak terbiasa tinggal disana”.
Saat menjelang tua; ibu sakit keras. Anak akan menangis, ibu masih tetap bisa tersenyum sambil berkata, “Jangan menangis. Ibu tidak apa-apa”. Itulah kebohongan terakhir yang akan dibuat oleh ibu. Karena semua yang dilakukan Ibu tak lain demi anak-anaknya. Karena bersamamu Ibu, surga tercipta apa adanya.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ia selalu menganggap kita anak kecilnya; mengkhawatirkan diri kita, tapi tidak perlu dan tidak mau anak-anak mengkhawatirkannya. Semoga semua anak di dunia bisa menghargai setiap kebohongan ibunya, karena beliaulah malaikat nyata yang dikirim TUHAN untuk menjaga kita. Dan saya tahu dan percaya: di dalam doa ibu, namaku disebut. Ibu, percayalah didalam doa kami anak-anakmu, namamu pun tak pernah putus kami sebut.
We are born of love, love is our mother. Kami terlahir dari cinta, dan cinta itu ibu. Saya sayang Ibu.