Bike-sharing menjadi revolusi hijau di Tiongkok sejak beberapa tahun silam. Namun, alih-alih menjadi solusi atas pencemaran udara di sana, revolusi transportasi ini justru kini menjadi ancaman sosial. Kenapa?
Inibaru.id – Tiongkok belakangan dikenal sebagai negara penuh inovasi, termasuk bidang transportasi. Jutaan sepeda disewakan dengan sistem bike-sharing. Nah, berbeda dengan sistem konvensional, penyewaan sepeda ini nggak harus dikembalikan ke lokasi tertentu, Gan. Dengan peranti GPS dan aplikasi ponsel pintar, sepeda bisa diparkir di mana saja seusai digunakan.
Namun, seperti ditulis Kompas.com, Senin (1/1/2018), “kemudahan” ini rupanya justru menimbulkan masalah baru. Sepeda yang terparkir di pinggir jalan dan jalur sepeda justru mengganggu pengguna jalan.
Kendati sudah ada tindakan intensif dari perusahaan rental, sepeda yang kemungkinan mencapai jutaan ini justru malah semakin nggak terkendali. Pemerintah pun turun tangan. Sepeda-sepeda itu dikumpulkan di pesisir kota Xiamen, Tiongkok. Jutaan “sepeda zombie” itu menggunung tinggi.
Jutaan sepeda yang dikumpulkan karena parkir sembarangan. (Sky News)
Direktur Pusat Eksekutif Transportasi Keberlanjutan Tiongkok Wang Jiangyan menuturkan, sepeda harus dipelihara dengan lebih baik. Jika rusak, lanjutnya, perusahaan wajib memperbaikinya.
“Pemerintah perlu membuat aturan yang lebih ketat untuk membantu perusahaan lebih baik,” tuturnya.
Asosiasi Sepeda Tiongkok mengatakan, nggak kurang dari dua juta sepeda dari 20 perusahaan dijalankan pada 2016. Jumlah itu meningkat jadi 20 juta unit pada 2017. Namun, enam perusahaan rental sepeda, di antaranya Wukongbike dan 3V Bike, telah bangkrut sejak enam bulan pertama beroperasi.
Media lokal Tiongkok memperkirakan, sekitar 2 juta sepeda bike-sharing menjadi “sepeda zombie”. Sepeda-sepeda rusak itu menjadi masalah limbah. Sementara perusahaan ini juga menghadapi masalah likuiditas dengan kelebihan suplai sepeda. (TS/GIL)
Wah gan, mungkin kalau di Indonesia sudah bisa menjadi uang ya gan...