- Beranda
- Stories from the Heart
Lasmini
...
TS
tisatun
Lasmini
Ini hanyalah sebuah cerita fiktif belaka yang dibuat berdasarkan imajinasi ane semata.
Jika ada kesamaan tokoh, tempat maupun karakter ane minta maaf.
Selamat membaca
Jika ada kesamaan tokoh, tempat maupun karakter ane minta maaf.
Selamat membaca
Quote:
Lasmini
Sudah dua tahun lamanya aku tinggal jauh dari keluargaku demi pengabdianku. Di desa perantauan inilah, aku menemukan sebuah cinta yang ingin aku perjuangkan. Desa Lasmini, semua penduduk menyebutnya demikian. Karena begitu tersohornya nama Lasmini di desa ini.
Pagi ini cuaca tidak secerah seperti biasanya, mendung mengelayuti desa dan sedikit gerimis. Tidak menyurutkan langkahku untuk menemuinya sebelum aku berangkat bekerja.
Ku beranikan kakiku melangkah menyelinap masuk ke halaman rumahnya seperti biasa melewati pagar semak dan segera bergegas menuju ke jendela kamarnya. Hanya untuk menunggu kepastian surat ajakanku kepadanya untuk meninggalkan rumah tempat dimana dia terkungkung sebelum akhirnya aku harus meninggalkan desa ini karena tugasku telah usai.
Alangkah terkejutnya diriku, aku tidak bisa menemui gadisku yang tengah tertidur seperti biasanya di ranjang putri yang begitu indah.
Hancur, itulah yang dirasakan hatiku dan tanpa sadar air mata jatuh menetes dari balik kacamataku diiringin dengan semakin derasnya hujan menguyur desa Lasmini. Tubuhku begitu lemas dan jiwaku seakan menghilang begitu saja. Tanpa sadar seorang pria bertubuh tegap menarik tubuhku yang mulai gontai membawaku masuk kedalam rumah gadisku.
Aku hanya tertegun dalam kebingungan yang luar biasa. Tidak berapa lama, beberapa wanita setengah baya menyuruhku untuk mengikutinya dan memasuki sebuah ruangan yang begitu harum semerbak.
“Beruntunglah Anda! Meskipun tanpa mahar kau bisa bertemu dengan Lasmini! Ucap salah satu wanita setengah baya itu kepadaku dengan ketus.
Ku langkahkan kakiku perlahan dengan ketakutan yang luar biasa, jantungku berdegub begitu cepat dan keringat dingin menguyur wajahku begitu saja. Mungkinkah ini hanya sebuah mimpi, mimpi untuk bertemu gadisku - Lasmini- wanita berwajah ayu yang paling tersohor di desa ini.
Sebagai pendatang, aku hanya bisa mengeryitkan dahi saat aku menyaksikan kegiatan yang ada dirumah bergaya Eropa dari luar pagar besi rumah itu. Banyak mobil-mobil mewah selalu berdatangan ke rumah bergaya Eropa bahkan diakhir pekan, jumlah mobil yang datang dua kali lipat dihari biasanya.
Lampu-lampu gemerlap dengan lantunan musik klasik menjadikan rumah itu bak istana dengan beberapa tamu penting seperti penjabat pemerintah maupun pengusaha kaya yang datang langsung dari ibukota bahkan banyak turis luar juga datang untuk bertemu dengan sang pemilik rumah, mereka tidak peduli dengan besarnya mahar yang harus diberikan kepada Lasmini.
Banyak cerita tentang rumah bergaya Eropa dan pemilikinya, Lasmini, wanita tercantik titisan dewa yang membawa keberkahan desa. Nama yang begitu terkenal selama 1 abad lebih sebagai kepercayan yang turun temurun diceritakan penduduk desa ini. Meskipun tidak ada yang tahu persis seperti apa rupa Lasmini.
Hanya saja banyak penduduk meyakini bahwa -Lasmini- jauh dari kata tua Kulitnya putih bersih tanpa keriput diwajahnya, bola mata coklat, hidung mancung dan berwajah oval serta rambut panjang sepanggul menambah kecantikan dirinya. Lasmini, itulah cerita yang sudah turun temurun terdengar. Tidak jarang penduduk pendatang tidak akan pernah percaya dengan kisah yang sering dituturkan oleh penduduk termasuk diriku. Aku hanya tersenyum setiap kali mendengar cerita Lasmini -wanita ayu dari desa Grogol- seakan tidak pernah percaya dengan cerita tersebut.
Pagi ini cuaca begitu teramat cerah. Rasa penasaran menyeruak dalam diriku hingga ku beranikan diri mendekati rumah bergaya Eropa tempat Lasmini tinggal. “Rumah yang unik” pikirku saat aku berkeliling mendekati rumah itu. Rumah dengan banyak jendela berukuran besar dengan dinding dan pilar-pilar besar yang berdirih kokoh. Halaman rumah yang luas dengan pagar besi yang menjulang tinggi, tanaman rindang didalam rumah dan sebuah pagar tanaman semak yang cukup tinggi di sisi sebelah kanan rumah. Banyak beredar kabar jika rumah itu merupakan rumah mahar dari seorang tentara Belanda yang begitu terpesona dengan kecantikan dan kemolekan yang dimiliki Lasmini.
Langkah kakiku berhenti seketika saat mataku menatap sebuah pagar semak yang rusak. Besi tempat semak itu mulai rusak dan nampak memang sengaja dirusak namun begitu rapi karena masih ditutup dengan semak-semak tanaman pagar. Kuberanikan diriku untuk menyelinap masuk rumah Lasmini dengan menerobos masuk melalui pagar semak yang rusak.
Mataku ditakjubkan dengan sebuah jendela yang besar dan aku dapat melihat seluruh isi dalam ruangan. Entah benar atau tidak tentang desas desus yang diucapkan para penduduk tentang Lasmini, Namun itu semua membuat otakku berpikir sekali lagi setelah apa yang aku lihat. Sosok wanita muda yang tengah tertidur di atas ranjang bak seorang putri dengan karpet mahal dan lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit kamar bercat putih. Mungkinkah dialah sosok wanita itu, wanita yang amat tersohor.
“Apakah mungkin kisah itu benar? Kisah tentang Lasmini, wanita suci titisan dewa?” otakku berputar lebih cepat dari biasa dan mungkin aku mulai gila dengan kisah Lasmini dan dengan kejadian yang aku lihat.
Sebelum akhirnya seorang menghardik ku dan mengusirku secara kasar. Pria dengan tubuh kekar menyeretku keluar dari halaman rumah dan membantingku keras ke tanah sembari mencaciku.
“Lancang kau masuk kerumah Lasmini dan mengganggu tidurnya!”
Semenjak kejadian itu, aku mulai terbuai oleh cerita penduduk dan mulai percaya akan kisah kecantikan Lasmini. Bahkan dia, gadis ayu, mampu membuat jantungku berdetak setiap kali aku menatapnya dalam tidur lelapnya dipagi hari.
Selama hampir 1.5 tahun itu pula diam-diam aku selalu menyelinap masuk halaman rumah pujaan hatiku setiap kali rasa rindu menyelinap di hatiku. Tidak jarang aku selalu menyisipkan surat dari celah jendela kamarnya dan berharap gadis pujaanku itu akan membalas suratku walaupun hanya sekali. Aku dan gadisku tidak pernah sedikitpun saling berucap karena aku hanya mampu memandanginya dari balik jendela kamarnya saat ia tertidur.
Akhir-akhir ini, hampir setiap pagi aku selalu menyempatkan diri menghampiri gadisku sebelum aku berangkat ketempat kerjaku dimana aku ditugaskan. Aku melakukan itu semua untuk gadis berwajah ayu yang membuat jantungku berdegup kencang saat aku menantapnya dan berharap dialah wanita yang dapat aku bawa ke kotaku saat tugasku telah usai.
Jantungku masih berdegub kencang saat aku melangkahkan kaki kedalam kamar berukuran 4 x 4 m dengan dinding bercat putih dihiasi lukisan klasik yang indah dan tirai yang sedikit menutupi jendela kamar sehingga membuat wajah ayu gadisku terlihat samar oleh gelap langit yang mendung.
“Bukankah kau yang selalu menulis surat itu untuk Lasmini, Dokter Reyhan? Tidakkah anda tahu siapa Lasmini itu? Mengapa anda begitu berani dan lancang menuliskan surat itu untuk Lasmini!”
Belum sempat wanita itu meneruskan ucapannya, aku mendengarnya menangis dan aku hanya mampu berucap maaf kepada dirinya.
“Jika kau memang ingin melakukannya untuk Lasmini, maka bawalah aku pergi dari rumah terkutuk ini! Bukankah itu janji yang kau tulis untuk Lasmini? Membawanya kabur dari rumah ini dan membuat Lasmini bahagia?"
Aku hanya mampu menganggukkan kepalaku tanpa banyak berkata-kata. Dia pun kembali melanjutkan kata-katanya.
“Maaf, Aku bukanlah Lasmini yang kau cintai, namun aku memiliki nasib seperti Lasmini!” Akui gadis yang tengah duduk membelakangi ku sembari menatap hujan yang kian derasnya
Aku hanya diam dan tercengang, tak lama kemudian dia meneruskan ucapannya.
“Maaf, aku telah lancang membaca suratmu untuk Lasmini, aku menemukan surat yang kau tuliskan untuknya yang tengah tertidur panjang sejak usianya masih 17 tahun di kamar yang selalu anda pandang dari luar jendela. Mungkin saat ini usianya sudah lebih dari 90 tahun jika saja dia masih hidup. Dan mungkin dia akan bahagia karena dia dapat menemukan cinta yang diharapkannya jika saja anda datang di masa dimana Lasmini sesungguhnya hidup….” Ucapanya sembari memandangku penuh belas kasih. Sementara aku hanya diam mendengarkan ucapannya.
“Dan mungkin Lasmini pun berharap akan ada pria yang mampu menyelamatkannya dari lelaki hidung belang setiap malamnya. Seperti janji anda. Aku mohon, bawalah aku pergi, aku tidak ingin bernasib sama dengan Lasmini yang kau cintai! Mengakhiri nyawanya setelah dia melepaskan mahkota berharga yang dimilikinya karena dirampas secara paksa.”
Aku tidak mampu lagi berucap sepata katapun saat mendengarkan semua penjelasnya kepadaku tentang Lasmini, gadis yang aku cintai. Tubuhku yang semula gemetar karena bahagia akan bertemu cintaku namun kini menjadi gemetar takut dan lemas. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku tanpa banyak bicara.
Dia bukalah Lasmini seperti yang banyak dibicarakan orang-orang di desa ini. Meskipun dia memiliki wajah ayu dan mempesona seperti sosok Lasmini yang dulu banyak dibicarakan orang.
Lasmini -gadisku- berwajah ayu. Aku hanya mampu memandangi wajah itu ditemani tetesan hujan yang semakin lebat di dalam rumah Lasmini, wanita penghibur yang tertidur.
~ Tamat~
Sudah dua tahun lamanya aku tinggal jauh dari keluargaku demi pengabdianku. Di desa perantauan inilah, aku menemukan sebuah cinta yang ingin aku perjuangkan. Desa Lasmini, semua penduduk menyebutnya demikian. Karena begitu tersohornya nama Lasmini di desa ini.
Pagi ini cuaca tidak secerah seperti biasanya, mendung mengelayuti desa dan sedikit gerimis. Tidak menyurutkan langkahku untuk menemuinya sebelum aku berangkat bekerja.
Ku beranikan kakiku melangkah menyelinap masuk ke halaman rumahnya seperti biasa melewati pagar semak dan segera bergegas menuju ke jendela kamarnya. Hanya untuk menunggu kepastian surat ajakanku kepadanya untuk meninggalkan rumah tempat dimana dia terkungkung sebelum akhirnya aku harus meninggalkan desa ini karena tugasku telah usai.
Alangkah terkejutnya diriku, aku tidak bisa menemui gadisku yang tengah tertidur seperti biasanya di ranjang putri yang begitu indah.
Hancur, itulah yang dirasakan hatiku dan tanpa sadar air mata jatuh menetes dari balik kacamataku diiringin dengan semakin derasnya hujan menguyur desa Lasmini. Tubuhku begitu lemas dan jiwaku seakan menghilang begitu saja. Tanpa sadar seorang pria bertubuh tegap menarik tubuhku yang mulai gontai membawaku masuk kedalam rumah gadisku.
Aku hanya tertegun dalam kebingungan yang luar biasa. Tidak berapa lama, beberapa wanita setengah baya menyuruhku untuk mengikutinya dan memasuki sebuah ruangan yang begitu harum semerbak.
“Beruntunglah Anda! Meskipun tanpa mahar kau bisa bertemu dengan Lasmini! Ucap salah satu wanita setengah baya itu kepadaku dengan ketus.
Ku langkahkan kakiku perlahan dengan ketakutan yang luar biasa, jantungku berdegub begitu cepat dan keringat dingin menguyur wajahku begitu saja. Mungkinkah ini hanya sebuah mimpi, mimpi untuk bertemu gadisku - Lasmini- wanita berwajah ayu yang paling tersohor di desa ini.
*****
Sebagai pendatang, aku hanya bisa mengeryitkan dahi saat aku menyaksikan kegiatan yang ada dirumah bergaya Eropa dari luar pagar besi rumah itu. Banyak mobil-mobil mewah selalu berdatangan ke rumah bergaya Eropa bahkan diakhir pekan, jumlah mobil yang datang dua kali lipat dihari biasanya.
Lampu-lampu gemerlap dengan lantunan musik klasik menjadikan rumah itu bak istana dengan beberapa tamu penting seperti penjabat pemerintah maupun pengusaha kaya yang datang langsung dari ibukota bahkan banyak turis luar juga datang untuk bertemu dengan sang pemilik rumah, mereka tidak peduli dengan besarnya mahar yang harus diberikan kepada Lasmini.
Banyak cerita tentang rumah bergaya Eropa dan pemilikinya, Lasmini, wanita tercantik titisan dewa yang membawa keberkahan desa. Nama yang begitu terkenal selama 1 abad lebih sebagai kepercayan yang turun temurun diceritakan penduduk desa ini. Meskipun tidak ada yang tahu persis seperti apa rupa Lasmini.
Hanya saja banyak penduduk meyakini bahwa -Lasmini- jauh dari kata tua Kulitnya putih bersih tanpa keriput diwajahnya, bola mata coklat, hidung mancung dan berwajah oval serta rambut panjang sepanggul menambah kecantikan dirinya. Lasmini, itulah cerita yang sudah turun temurun terdengar. Tidak jarang penduduk pendatang tidak akan pernah percaya dengan kisah yang sering dituturkan oleh penduduk termasuk diriku. Aku hanya tersenyum setiap kali mendengar cerita Lasmini -wanita ayu dari desa Grogol- seakan tidak pernah percaya dengan cerita tersebut.
Pagi ini cuaca begitu teramat cerah. Rasa penasaran menyeruak dalam diriku hingga ku beranikan diri mendekati rumah bergaya Eropa tempat Lasmini tinggal. “Rumah yang unik” pikirku saat aku berkeliling mendekati rumah itu. Rumah dengan banyak jendela berukuran besar dengan dinding dan pilar-pilar besar yang berdirih kokoh. Halaman rumah yang luas dengan pagar besi yang menjulang tinggi, tanaman rindang didalam rumah dan sebuah pagar tanaman semak yang cukup tinggi di sisi sebelah kanan rumah. Banyak beredar kabar jika rumah itu merupakan rumah mahar dari seorang tentara Belanda yang begitu terpesona dengan kecantikan dan kemolekan yang dimiliki Lasmini.
Langkah kakiku berhenti seketika saat mataku menatap sebuah pagar semak yang rusak. Besi tempat semak itu mulai rusak dan nampak memang sengaja dirusak namun begitu rapi karena masih ditutup dengan semak-semak tanaman pagar. Kuberanikan diriku untuk menyelinap masuk rumah Lasmini dengan menerobos masuk melalui pagar semak yang rusak.
Mataku ditakjubkan dengan sebuah jendela yang besar dan aku dapat melihat seluruh isi dalam ruangan. Entah benar atau tidak tentang desas desus yang diucapkan para penduduk tentang Lasmini, Namun itu semua membuat otakku berpikir sekali lagi setelah apa yang aku lihat. Sosok wanita muda yang tengah tertidur di atas ranjang bak seorang putri dengan karpet mahal dan lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit kamar bercat putih. Mungkinkah dialah sosok wanita itu, wanita yang amat tersohor.
“Apakah mungkin kisah itu benar? Kisah tentang Lasmini, wanita suci titisan dewa?” otakku berputar lebih cepat dari biasa dan mungkin aku mulai gila dengan kisah Lasmini dan dengan kejadian yang aku lihat.
Sebelum akhirnya seorang menghardik ku dan mengusirku secara kasar. Pria dengan tubuh kekar menyeretku keluar dari halaman rumah dan membantingku keras ke tanah sembari mencaciku.
“Lancang kau masuk kerumah Lasmini dan mengganggu tidurnya!”
Semenjak kejadian itu, aku mulai terbuai oleh cerita penduduk dan mulai percaya akan kisah kecantikan Lasmini. Bahkan dia, gadis ayu, mampu membuat jantungku berdetak setiap kali aku menatapnya dalam tidur lelapnya dipagi hari.
Selama hampir 1.5 tahun itu pula diam-diam aku selalu menyelinap masuk halaman rumah pujaan hatiku setiap kali rasa rindu menyelinap di hatiku. Tidak jarang aku selalu menyisipkan surat dari celah jendela kamarnya dan berharap gadis pujaanku itu akan membalas suratku walaupun hanya sekali. Aku dan gadisku tidak pernah sedikitpun saling berucap karena aku hanya mampu memandanginya dari balik jendela kamarnya saat ia tertidur.
Akhir-akhir ini, hampir setiap pagi aku selalu menyempatkan diri menghampiri gadisku sebelum aku berangkat ketempat kerjaku dimana aku ditugaskan. Aku melakukan itu semua untuk gadis berwajah ayu yang membuat jantungku berdegup kencang saat aku menantapnya dan berharap dialah wanita yang dapat aku bawa ke kotaku saat tugasku telah usai.
*****
Jantungku masih berdegub kencang saat aku melangkahkan kaki kedalam kamar berukuran 4 x 4 m dengan dinding bercat putih dihiasi lukisan klasik yang indah dan tirai yang sedikit menutupi jendela kamar sehingga membuat wajah ayu gadisku terlihat samar oleh gelap langit yang mendung.
“Bukankah kau yang selalu menulis surat itu untuk Lasmini, Dokter Reyhan? Tidakkah anda tahu siapa Lasmini itu? Mengapa anda begitu berani dan lancang menuliskan surat itu untuk Lasmini!”
Belum sempat wanita itu meneruskan ucapannya, aku mendengarnya menangis dan aku hanya mampu berucap maaf kepada dirinya.
“Jika kau memang ingin melakukannya untuk Lasmini, maka bawalah aku pergi dari rumah terkutuk ini! Bukankah itu janji yang kau tulis untuk Lasmini? Membawanya kabur dari rumah ini dan membuat Lasmini bahagia?"
Aku hanya mampu menganggukkan kepalaku tanpa banyak berkata-kata. Dia pun kembali melanjutkan kata-katanya.
“Maaf, Aku bukanlah Lasmini yang kau cintai, namun aku memiliki nasib seperti Lasmini!” Akui gadis yang tengah duduk membelakangi ku sembari menatap hujan yang kian derasnya
Aku hanya diam dan tercengang, tak lama kemudian dia meneruskan ucapannya.
“Maaf, aku telah lancang membaca suratmu untuk Lasmini, aku menemukan surat yang kau tuliskan untuknya yang tengah tertidur panjang sejak usianya masih 17 tahun di kamar yang selalu anda pandang dari luar jendela. Mungkin saat ini usianya sudah lebih dari 90 tahun jika saja dia masih hidup. Dan mungkin dia akan bahagia karena dia dapat menemukan cinta yang diharapkannya jika saja anda datang di masa dimana Lasmini sesungguhnya hidup….” Ucapanya sembari memandangku penuh belas kasih. Sementara aku hanya diam mendengarkan ucapannya.
“Dan mungkin Lasmini pun berharap akan ada pria yang mampu menyelamatkannya dari lelaki hidung belang setiap malamnya. Seperti janji anda. Aku mohon, bawalah aku pergi, aku tidak ingin bernasib sama dengan Lasmini yang kau cintai! Mengakhiri nyawanya setelah dia melepaskan mahkota berharga yang dimilikinya karena dirampas secara paksa.”
Aku tidak mampu lagi berucap sepata katapun saat mendengarkan semua penjelasnya kepadaku tentang Lasmini, gadis yang aku cintai. Tubuhku yang semula gemetar karena bahagia akan bertemu cintaku namun kini menjadi gemetar takut dan lemas. Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku tanpa banyak bicara.
Dia bukalah Lasmini seperti yang banyak dibicarakan orang-orang di desa ini. Meskipun dia memiliki wajah ayu dan mempesona seperti sosok Lasmini yang dulu banyak dibicarakan orang.
Lasmini -gadisku- berwajah ayu. Aku hanya mampu memandangi wajah itu ditemani tetesan hujan yang semakin lebat di dalam rumah Lasmini, wanita penghibur yang tertidur.
~ Tamat~
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
Kutip
8
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru