1. Sabar dan Ketekunan

Pengasahan. Terma tersebut adalah melakukan aktivitas berulang yang tidak mengasyikkan namun dilaksanakan juga untuk mendapatkan ganjaran.

Komunitas gaming mengadaptasi perdana kata tersebut dari kehidupan nyata. Contoh games yang memaksa kamu menderita dengan melalui bermain secara berulang-ulang : Tetris, Rampage, dan Space Invaders.

2. Berpikir ke Depan dan Perencanaan Strategis

Puzzle dan permainan strategi tidak akan pernah lekang oleh waktu. Masih ingat ketika sedang hot-hotnya permainan Plants vs Zombies, Angry Birds, dan Sudoku? Bagaimana dengan permainan Starcraft, Civilization, dan Dota? Gamers mengapresiasi dan menyukai permainan yang menstimulasi kemampuan perencanaan dan membuat strategi.

Kemampuan tersebut membantu kamu dalam menjalani hidup. Semisal, membuat perencanaan pendapatan dan pengeluaran, menavigasi proyeksi karier kamu di masa depan. Nah, dalam kehidupan sehari-hari berpikir selangkah ke depan membantu untuk memperkirakan risiko atau konsekuensi. Misalnya, apa yang harus dikatakan dalam situasi tertentu dengan tensi tinggi.

3. Kepemimpinan dan Sosialisasi

Mungkin stereotipe paling populer tentang gamer adalah orang yang asosial bahkan, antisosial. Faktanya, gamers kerap digambarkan sebagai orang dewasa berperilaku kekanakan yang tinggal di basement rumah yang juga tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki rasa tanggung jawab, dan tidak memiliki harga diri.

Dimulai dengan konsol edisi awal, sebelum internet bisa membuat permainan menjangkau ke mana-mana melalui permainan online, bermain game dengan teman melibatkan kontak fisik di depan satu TV. Bahkan, dalam iklim sekarang dalam dunia multiplayer secara online, gamers bisa berkomunikasi melalui suara dan video chat.

Maka dari itu, bisa disimpulkan membuat setiap individu berinstropeksi agar lebih bersosialisasi, utamanya meningkatkan keterampilan sosial. Dalam mode baru permainan sekarang yang disebut clan, sosialisasi bisa berkembang menjadi kepemimpinan. Contohnya, memobilisasi rekan menuju kemenangan, menginspirasi motivasi, dan menyelesaikan konflik perseorangan adalah keterampilan yang bisa dipelajari dari bermain game dan diaplikasikan ke kehidupan nyata.

4. Kemampuan Berpikir dan Kreativitas

Tersebar di sejumlah genre, permainan yang didesain untuk melatih dan meningkatkan kinerja otak. Brain Age menawarkan sejumlah aktivitas untuk memudahkan matematika, kecepatan membaca, dan konsentrasi. Flash Focus juga permainan yang mirip tetapi lebih terfokus kepada koordinasi antara tangan dan mata, penglihatan tepi, dan ketajaman penglihatan.

Namun, pelatihan otak tidak hanya terbatas pada games yang secara eksplisit melatih otak. Sudoku secara keseluruhan tentang deduksi logis. Tetris menolong untuk mengembangkan keterampilan mengenali pola. Faktanya, terdapat mobile games yang akan membuat kamu lebih cerdas dengan melatih memori, mengklopkan, dan berpikir di luar kotak.

5. Simpati dan Empati

Sekarang telah semakin banyak pembuat game yang menganut ide video games adalah seni. Di satu sisi, banyak dari dunia seni menyetujui games adalah seni. Tidak yakin? Cekidot Limbo, Don’t Starve, The Wind Waker, dan Team Fortress 2. Secara tampak visual sendiri membedakan mereka dari game yang lain di luar sana.

Namun, di sisi yang lebih dalam, desainer permainan mulai untuk mengeksplorasi dan menggabungkan elemen emosi yang muncul dalam bentuk media lain, elemen paling penting adalah menjadi naratif. Memang, sejumlah permainan yang inovatif dan revolusioner dalam lima tahun terakhir adalah permainan penuh emosi yang menggugah kamu.