HOT THREAD KE 93
*26 Desember 2017*




Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.

Saiki wayahe dolor..
Yuk nontok pojok kampung..
Beritane wong Jawa Timur..
Pojok kampung, gayeng beritane..
Penyiare sing ayu rupane....

Bagi sebagian masyarakat Jawa Timur pada umumnya, dan khususnya wong Suroboyo, jingle lagu ini sering kita dengar saat menyaksikan acara berita berbahasa Suroboyoan, Pojok Kampung yang tayang di stasiun TV lokal, JTV.

Stasiun televisi lokal pertama di Indonesia milik Jawa Pos Group ini memang punya cara unik untuk melestarikan budaya dan bahasa Jawa, khususnya boso Suroboyo agar tak tergilas jaman di tengah maraknya kids jaman now yang keminggris. Salah satunya dengan menyajikan berita menggunakan bahasa lokal.


Tak hanya bahasa yang di gunakan sehari - hati, acara ini juga sering menggunakan idiom baru untuk menggambarkan suatu benda atau keadaan. Misalkan saja kata angin puting beliung yang di terjemahkan bebas menjadi pentil muter, padahal dalam bahasa Jawa yang seharusnya, kata puting beliung seharusnya menjadi lesus. Tak pelak terjemahan bebas ini membuat para pemirsa tersenyum, bahkan terbahak - bahak kala pertama kali menyimak acara ini.


Tak hanya pentil muter, contoh kata lain yang berkonotasi negatif dan di ubah menjadi kata yang lucu, misalkan kata pistol gombyok untuk menggantikan kata pen*s, barang nylempit / empal brewok untuk menggantikan kata vag*na, tindakan asusila menjadi kata ngipik - ngipik dan masih banyak lagi kata - kata yang bikin mules perut kita karena menahan tawa.


Bahkan tak jarang, saat memberitakan berita kriminal, pembawa acara menggunakan bahasa Jawa yang terkesan kasar untuk menggambarkan keadaan penjahat yang tertangkap atau terbunuh. Misalkan saja kata bongko atau matek - bahasa Jawa kasar yang memiliki arti mati. Dan juga celetukan pembawa acara yang mengomentari suatu kejadian tindakan kejahatan dengan cara yang jenaka.

Tak hanya menghadirkan berita berbahasa Jawa, kearifan lokal yang di padukan dengan gaya modern juga di angkat stasiun televisi milik Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan ini salah satunya menayangkan film barat yang di dubbing menggunakan bahasa Jawa khas Suroboyoan yang tentu juga mengocok perut. Selain itu stasiun televisi ini juga menayangkan acara ludruk, campur sari, orkes dangdut yang kesemuanya mengangkat kearifan lokal. Beginilah seharusnya kehadiran televisi lokal yang membuat pemirsanya mengenal budaya dan kearifan lokal budaya mereka sendiri.






Penampakan Knight Rider Boso Jowoan :









Disclaimer : Asli tulisan TS
Sumur : Pengamatan dan Opini pribadi TS
Sumur Gambar dan Video : Google dan Youtube