Dalam hitungan hari, tahun akan segera berganti dengan tahun yang baru. Sudah barang tentu, selalu ada kisah tercipta di tahun 2017.
Apakah kisah itu kisah yang manis, dan indah untuk dikenang, atau kisah miris yang secepatnya harus ditendang dari alam pikiran.
Sebelum persiapan beli terompet, bakar jagung, atau rencana bakar-bakar foto mantan, ada baiknya kita flashback sejenak sambil berpikir ulang mengenai resolusi yang telah kita ikrarkan pada tahun 2017.
Resolusi itu apaan sih? Resolusi yang saya maksud tidak ada korelasi dan hubungannya dengan resolusi dewan keamanan PBB yang bolak balik di veto sama Amerika. Gak ada hubungannya.
Resolusi secara sederhana itu sama seperti cita-cita. Sesuatu yang hendak dicapai atau diinginkan pada tahun berikutnya.
Karena tiap-tiap orang berbeda, maka berbeda pula resolusinya.
Bagi orang idealis, resolusinya kadang sangar. Mungkin sebisa mungkin rencana tersusun matang, dan hukumnya wajib mu'ayin terealisasi.
Ada juga resolusi dari kaum menengah. Hampir sama seperti kaum idealis, tanpa syarat ketentuan berlaku. Tercapai syukur. Jikapun tidak, ulangi lagi.
Sedangkan bagi golongan sederhana seperti saya, resolusinya juga sederhana. Pokoknya yang baik-baik saja pada tahun berikutnya. Apanya yang baik? Ya semuanya. Sederhana bukan?
Nah, karena tahun tinggal menghitung hari seperti lagunya Kris Dayanti, saya coba memaparkan resolusi yang kerap gagal dilakukan.
Tapi ini bukan sebuah kemutlakan. Data ini bersumber dari ngobrol dan iseng-iseng sesama teman.
Berikut ini list kegagalan resolusi yang sering terjadi:
1. Diet
Quote:
Informasi tentang gagal diet pada tahun 2017 ini, saya dapatkan dari teman saya. Mungkin agak frustasi dengan keadaan yang terjadi sehingga program diet yang dicita-citakan belum tercapai.
Hmm, semoga pada tahun 2018 tercapai ya kawan? Dan jangan lupa, diet yang baik diimbangi dengan pola hidup sehat, mengkonsumsi makanan sehat, dan rajinlah olahraga.
2. Self Quality
Quote:
Contoh dari self quality salah satunya adalah pada perubahan prilaku kearah yang lebih disiplin. Mungkin, teman saya ini yang saya jadikan sebagai narasumber termasuk tipikal orang idealis.
Self quality berfungsi sebagai ajang pembenahan diri, dan bisa menggunakan paramater sendiri.
Paling mudah itu begini. Hal-hal baik apa sajakah yang sudah kita lakukan kemaren? Lalu, apakah hal baik itu dilanjutkan lagi pada hari ini? Bagaimana dengan esok? Apakah lebih baik lagi? Demikian seterusnya.
Tentu saja, manusia yang secara pribadi terkadang bertindak secara impulsif, parameter yang kita gunakan kadang berbeda dengan penilain orang lain.
3. Jadi Sukses
Quote:
Tiap orang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Ukuran sukses juga tergantung perspektif masing-masing individu.
Ada yang menilai sukses itu dari segi materi, jabatan, usaha, dan lain sebagainya. Pokoknya, resolusi tahun baru itu semakin sukses. Begitu kira-kira meski tanpa alasan konkrit.
Bagi saya, karena saya tipe orang dengan keadaan dan pola pikir sederhana, maka sukses itu adalah ketika saya terbangun dari tempat tidur, tidak ada slang infus ditangan.
Atau saya turun dari lantai tanpa bantuan kursi roda, dan bisa menjalankan aktifitas tanpa perlu merepotkan orang lain. Dengan kata lain, saya sehat.
Dengan sehat, ada banyak hal yang bisa lalukan, baik untuk diri sendiri, orang lain, meski tidak semuanya saya lakukan secara simultan. Sehat!
4. Skripsi
Quote:
Topik tentang skripsi ternyata masih saja menghantui benak saya meski sudah berjalan bertahun-tahun.
Ini masih ada korelasinya dengan sakit ketika menjelang sidang pada bab ke III.
Detik-detik koreksi pada bab III yang krusial, bakal calon skripsi saya sukses dicorat-coret dosen pembimbing dengan ketus tanda tedeng aling-aling. Duh biyung...!!!
Saya yang baru saja selesai menjalani operasi gegara penyakit Maag akut sialan, terpaksa pulang ke kos dengan cara dipapah sambil berharap menemukan Doraemon dan meminjam kantong ajaibnya.
5. Menikah
Quote:
Jika ada pertemuan keluarga, hal yang paling dihindari dan menyebalkan adalah pertanyaan tentang "kapan kahwin"?
Apalagi saat itu kondisi saya berstatus siaga satu seperti Gunung Agung. Usia dah mulai merangkak, lah, masih jomblo. Bukan jones tapi lho ya? Tapi jojoba. Jomblo-jomblo tapi bahagia.
Bersyukur, masa-masa suram seperti jaman jahiliyah itu telah sukses saya lewati meski entah berapa kali pertemuan keluarga, kuping saya selalu panas disindir-sindir.
6. Berhenti Merokok
Quote:
Ini yang gampang-gampang syusah. Bagaimana saya bisa menyimpulkan?
Soalnya saya dulu menjadikan ini sebagai proyeksi dalam resolusi. Sialnya, di veto oleh diri saya sendiri.
Kendati akhirnya berhenti juga, tapi prosesnya gak kalah rumit dengan perundingan Israel sama Palestina. Harus berdarah-darah dulu dan terkapar di rumah sakit. Barulah kapok dan berhenti.
Banyak orang berniat berhenti merokok. Meski kadang gak harus terkait dengan momen tahum baru, namun ada saja yang mengangkat isu rokok dan dijadikan resolusinya.
Wajar lah, namanya resolusi, siapapun bebas dengan argumentasinya.
Nah, itu dia beberapa resolusi yang menurut saya sering gagal tercapai dalam aktualisasinya.
Sebab manusia itu unik dan berbeda, maka dalam membuat sebuah resolusi tentunya berbeda pula.
Ada baiknya resolusi tetap dibuat dengan metode masing-masing dan dapat dijadikan sebagai pemacu supaya dapat terealisasi.
Jika masih banyak resolusi yang belum tercapai menjelang tahun 2017, maka tetaplah optimis akan tercapai di tahun berikutnya.
Sebagai perenungan, paramater sederhana bisa kita gunakan untuk bahan evaluasi.
Mungkin evaluasi dari hari ke hari, kemudian minggu, bulan, dan selanjutnya pada detik-detik pamungkas seperti pada saat ini.
Jangan ubah targetnya, namun ubahlah cara menggapainya.
Semoga apapun resolusi yang terbaik yang akan dicanangkan pada tahun depan, mampu kita realisasikan.
Lalu, apa resolusimu? Dan berapa resolusi yang gagal tercapai di tahun 2017?...
©
Skydavee
Sumber gambar: google