gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Mengenal Kokura yang Nyaris Dihancurkan Bom Atom pada 1945



Senin, 6 Agustus 1945. Bom atom untuk pertama kalinya digunakan dalam peperangan. Setelah diuji coba di New Mexico pada Juli 1945, Amerika Serikat (AS) bersiap untuk menggunakan senjata terbaru mereka saat itu untuk menundukkan Jepang, satu-satunya kekuatan utama Blok Poros yang tersisa saat itu. Bom tersebut menghancurkan kota Hiroshima pada pukul 8.15 JST. Tiga hari berselang, pukul 11.02 JST, giliran Nagasaki yang luluh lantak akibat bom tersebut. Namun, sebelum dua kota itu dipilih untuk dihancurkan, sebuah kota yaitu Kokura juga menjadi target untuk dihancurkan dengan bom atom oleh AS. Bagaimanakah kisahnya? Seperti apa kota ini?

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Profil Kokura

Kokura adalah sebuah kota yang dulunya ada di Prefektur Fukuoka, Pulau Kyushu, Jepang. Kota seluas 209,52 kilometer persegi ini terletak di bagian barat Jepang yang menghadap ke Semenanjung Korea dan merupakan salah satu kawasan industri di Jepang. Kota Kokura Utara menghadap ke Selat Shimonoseki / Selat Kanmon yang memisahkan Pulau Kyushu dengan Pulau Honshu. Pada Zaman Edo (1603 - 1868), kota ini adalah sebuah kota kastil yang dipimpin oleh klan Ogasawara dan Hosokawa.
Pada masa Restorasi Meiji, sistem klan dihapuskan. Prefektur Kokura dibentuk pada 1871. Terdapat 25 kota di prefektur ini dan Kokura menjadi pusat pemerintahannya. Prefektur Kokura kemudian digabungkan dengan Prefektur Fukuoka pada 1876 dan Kokura naik status menjadi kota besar pada 1900.
Pada 10 Februari 1963, Kokura dan 4 kota lainnya (Moji, Tobata, Yahata, dan Wakamatsu) membentuk sebuah kota baru yang disebut Kitakyushu, yang berarti Kyushu Utara. Kota ini disahkan pendiriannya pada 1 April 1963. Dalam struktur administrasi Kitakyushu, Kokura dibagi menjadi dua ward(区 ku, setingkat distrik atau kecamatan), Kokura Kita (Kokura Utara) seluas 39,27 kilometer persegi, yang menjadi pusat administrasi Kitakyushu, dan Kokura Minami (Kokura Selatan) seluas 170,25 kilometer persegi.

Kastil Kokura, dibangun pada 1602 oleh Hosokawa Tadaoki. Foto diambil pada 2008.

Pusat perbelanjaan Isetan di Kokura.

Keberuntungan Kokura

Pada Semester kedua 1945, Perang Dunia II hampir usai. Dua kekuatan utama Blok Poros di Eropa, Italia dan Jerman, sudah ditaklukkan Sekutu masing-masing pada 11 September 1943 dan 8 Mei 1945. Perang di Eropa sudah berakhir. Namun, Perang di Asia masih berlangsung. Jepang, yang kini sendirian dan tinggal menunggu waktu hingga kalah, tetap bersikeras melanjutkan peperangan melawan Sekutu, yang disebutnya sebagai Perang Asia Timur Raya. Meskipun Sekutu rajin mengebom kota-kota di Jepang pada 1945, bahkan mengebom Tokyo pada Maret 1945, Jepang masih belum bersedia menyerah.
AS telah menyiapkan rencana untuk menginvasi daratan Jepang mulai 1 November 1945 sampai tahun 1947. Operasi ini disebut Operasi Downfall dan akan melibatkan 5 juta tentara AS dan 1 juta tentara Inggris. Jepang sendiri diperikirakan akan mengerahkan 4,3 juta tentara dan sekitar 31 juta penduduk sipil untuk melawan invasi ini bila benar-benar dilakukan. Namun, di saat yang sama, AS juga mengembangkan bom atom. Senjata ini mulanya akan digunakan untuk menghancurkan Berlin, ibu kota Jerman. Namun, sebelum bom itu selesai dibuat, Jerman sudah menyerah.
Melihat kemungkinan korban tewas bila Operasi Downfall benar-benar dilakukan, terutama dari pihak Sekutu, AS memutuskan untuk menggunakan bom atom yang dimilikinya untuk menghancurkan semangat juang dan kemampuan industri militer Jepang. Target dari bom atom ini adalah kota industri di Jepang yang memasok peralatan militer dan persenjataan bagi angkatan bersenjata Jepang.
Bom atom pertama, Little Boy, diluncurkan pada 6 Agustus 1945. Ada tiga kota yang dijadikan pilihan target, Hiroshima, Kokura, dan Nagasaki. Pemilihan ketiga kota ini pun bukan tanpa alasan. Ketiganya merupakan kota di mana terdapat banyak persediaan suplai untuk militer Jepang juga pusat industri militer yang menyuplai mesin perang Jepang di Asia. Kokura dan Nagasaki adalah pilhan alternatif bila kondisi cuaca di Hiroshima tidak memungkinkan untuk meluncurkan bom atom.
Cuaca yang mendukung di Hiroshima membuat kru pesawat pembawa bom tersebut, Enola Gay, dibantu oleh data dari kru pesawat lainnya yang melakukan analisis cuaca dan keadaan sasaran pengeboman di Hiroshima, Kokura, dan Nagasaki, memutuskan untuk memilih Hiroshima, yang saat itu berpopulasi sekitar 340.000 – 350.000 jiwa. Kemudian, seperti yang dicatat oleh sejarah, bom atom tersebut akhirnya meledak di ketinggian 580 meter dari permukaan kota, melepaskan energi sebesar 63 terajoule, dan dalam sekejap menewaskan 70.000 – 80.000 penduduk sipil, 20.000 personil militer Jepang, dan melukai 70.000 lainnya. Kokura selamat dari bom atom pertama. Demikian pula Nagasaki, yang sayangnya hanya berlangsung tiga hari.
Bom atom pertama belum membuat Jepang melunak. Jepang masih menolak Deklarasi Potsdam untuk segera menyerah. Pada 9 Agustus 1945, bersamaan dengan deklarasi perang Uni Soviet terhadap Jepang, AS bersiap memberikan kejutan kedua untuk Negeri Matahari Terbit.
Pesawat Bock’s Car digunakan untuk membawa bom atom yang berjuluk Fat Man ini. Kokura dan Nagasaki menjadi dua kota pilihan pengeboman dengan Kokura sebagai pilihan utama. Jadwal pengeboman ini dimajukan dari 11 Agustus 1945 menjadi 9 Agustus 1945 karena terdapat informasi bahwa cuaca akan memburuk mulai 10 Agustus 1945. Pesawat Enola Gay, yang tiga hari sebelumnya digunakan untuk meluncurkan bom pertama, mengecek keadaan cuaca di Kokura.
Keberuntungan sekali lagi menghampiri kota tersebut dan penduduknya. Pengeboman malam hari oleh 200 pesawat B-29 milik AS terhadap kota Yahata yang terletak di sebelah barat Kokura pada malam 8 Agustus 1945 menimbulkan kabut asap yang menutupi pandangan para awak pesawat terhadap kota Kokura. Ditambah dengan hembusan angin dan langit yang berawan, Kokura menjadi tidak cocok untuk dijadikan target pengeboman. Kru pesawat membutuhkan langit yang cerah dan tanpa halangan agar dapat melihat target sasaran dengan jelas dan dapat menentukan dengan pasti lokasi penerjunan bom. Sebenarnya, pesawat pengebom AS sudah dilengkapi dengan radar yang dapat membantu mendeteksi lokasi. Namun, Mayor Charles Sweeney, 25 tahun, komandan misi pengeboman ini, lebih memilih mengandalkan penglihatan langsung ketimbang radar. Akhirnya, Sweeney memutuskan untuk tidak menjatuhkan bom di Kokura. Pesawat Bock’s Car, yang sudah berada di langit Kokura sejak pukul 9.45 JST, pergi meninggalkan kota tersebut. Kokura urung dihujani bom atom dan penduduknya yang berjumlah 130.000 jiwa selamat dari bencana besar yang nyaris mereka alami seandainya langit kota mereka cerah tanpa awan pada hari itu.
Pilihan pun akhirnya dijatuhkan kepada Nagasaki yang terletak 152 kilometer sebelah barat daya Kokura. Bom akhirnya dijatuhkan pada pukul 11.01 JST dan meledak 47 detik setelah diluncurkan pada ketinggian sekitar 500 meter. Energi yang dilepaskan mencapai 84 terajoule. 35.000 – 40.000 orang tewas dan 60.000 orang terluka.
Keberuntungan yang menghampiri Kokura diklaim juga dikarenakan usaha manusia. Satoru Miyashiro, 86 tahun, seorang mantan pekerja di pabrik baja Yawata pada 1945, mengatakan kepada Mainichi Shimbun, koran terkenal di Jepang, pada 2015 bahwa ketika mendengar dari radio bahwa di langit kotanya terdapat sebuah pesawat AS melintas, ia dan rekan-rekan satu pabriknya, diinstruksikan oleh supervisornya, menciptakan asap dari tungku yang diisi dengan tar batubara. Asap dari tungku inilah yang diduga menjadi penghalang bagi kru pesawat AS yang menginspeksi kota dan mengurungkan rencana pengeboman Kokura.
Kokura bukan hanya selamat dari bom atom. Kota ini juga menjadi satu dari beberapa kota di Jepang yang luput dari pengeboman oleh pesawat pengebom AS. Di Jepang, terdapat ungkapan Kokura’s Luck yang bermakna terhindar dari bahaya tanpa menyadari akan bahaya tersebut.


Demikian kisah mengenai kota yang selamat dari dua bom atom pada 1945 ini. Generasi sebelum kita telah menjadi saksi dari sebuah tragedi terbesar terhadap kemanusiaan sepanjang sejarah. Sebuah periode yang mana begitu banyak nyawa manusia melayang dalam berbagai pertempuran di berbagai lokasi di dunia maupun tempat-tempat dengan kondisi yang sangat mengerikan. Sayangnya, untuk mengakhiri tragedi ini, sebuah tragedi lain harus terjadi di Jepang dengan korban ratusan ribu jiwa. Semoga Anda mendapatkan pengetahuan baru dari thread ini. Terima kasih telah membaca dan semoga hari Anda menyenangkan.


Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI
Referensi XII
Referensi XIII
Referensi XIV
Referensi XV



Diubah oleh gilbertagung 21-09-2018 03:01
0
31.8K
135
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.