Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

qwenleoAvatar border
TS
qwenleo
Dua Puluh Dua
Aku butuh moment!
Dua Puluh Dua

***

Cinta... slama belasan tahun aku selalu meragukan apa itu yang di namakan cinta. Aku tak bisa memahami bagaimana cinta bekerja.

Apa itu di saat aku berbagi?
Apa itu di saat aku beradu kasih dengan mereka?
Apa itu aku saat merasakan getaran di dalam dada?
Apa itu saat aku merasa malu di dekatnya?
Atau di saat aku merasa ingin melakukan hal-hal yang lebih dalam? Berpegangan tangan? Berpelukan? Berciuman? Melakukan hubungan intim?

Tak ada satu pun hal yang bisa ku pahami dari itu semua. Aku selalu meragukan mereka semua. Tanpa terkecuali. Aku rasa, umur bukanlah patokan di mana kita bisa memahami apa itu cinta. Adik sepupuku yang baru saja lulus SMA langsung menikah. Ia bahagia sekarang dengan istri dan anaknya yang sudah berumur dua atau tiga tahun itu. Atau mungkin teman-teman SMA ku yang sekarang mereka sudah lulus kuliah dan mulai melangkahkan kaki mereka ke jenjang karir? Apa mereka yang saat ini sedang merencanakan pernikahan itu adalah definisi dan tolak ukur di mana seseorang bisa memahami cinta?

Atau... mereka yang telah lama sekali pacaran? Dari SMA hingga sekarang dan mereka masih saling beradu kasih ke jenjang yang mungkin lebih jauh.

Entahlah, aku masih tak bisa paham.

***

Di saat aku SMA dulu, tak pernah satu hari pun aku membicarakan mengenai makhluk yang di definisikan sebagai laki-laki itu. Pertama, mungkin aku terlalu bodoh untuk mengenal mereka, atau karena kondisi sahabatku yang luar biasa cantik hingga membuatku, wanita yang jauh dari definisi cantik itu, jauh dari yang namanya laki-laki.

Seperti yang ku kataan sebelumnya. Meskipun aku tak mmeiliki pacar, tapi sahabat adalah hal nomor satu untukku, aku tak ingin jauh dari mereka. Mungkin ini juga yang membuatku tak memiliki teman kencan waktu itu. Aku tau, teori ini tak berdasar. Tapi aku hanya mengatakan apa yang menjadi kemungkinan kemungkinan itu.

Aku tertawa geli. Bila ku ingat ingat, tak ada satupun sahabatku yang tak cantik. Aku selalu memiliki sahabat yang luar biasa cantik. Aku selalu di belakang mereka. Hal yang selalu membuatku minder dengan kehadiran laki-laki. Sejujurnya, aku tak pernah bisa mengukur seberapa menariknya aku. Yang selama ini ku lakukan hanya selalu tersenyum, tertawa, dan berlaku sebaik mungkin serta bercanda. Meski ada beberapa di kalangan teman-temanku (banyak) yang tak bisa menerima kehadiranku.
Aku kesepian.

***
Tahun 2015 silam, saat aku masih di semester 3, aku menyukai seseorang. Mungin sama halnya dengan laki-laki yang selalu ku kagumi selama ini, ia tampan dan benar-benar menarik dari segi fisik. Well, mungin orang lain akan mengataiku kalau aku hanya menyukai orang yang sempurna, seleraku dan penampilanku berbanding terbalik (terlalu tinggi), atau hal-hal lain yang aku takk bisa jelaskan (hanya mereka yang bisa menilaiku). Tapi dalam hatiku, aku tak tau ini perasaan tulus atau palsu, yang aku tau hanya saat aku berada di dekatnya, melihatnya dari kejauhan, memandanginya dari dunia maya, membuatku benar-benar bahagia. Saat aku mengingat hal-hal kecil yang pernah kita lakukan atau tak sengaja terjadi di antara kita, yang mana hal itu sebenar-nya hal-hal yang sangat tak penting, membuat jantungku berdetak keras. Hanya itu.

Mungkinkah diriku ini terlalu murah? Hal sekecil itu bisa membuatku menyukai seseorang seperti ini.
Aku masih ingat bagaimana ia menata rambutnya setelah berdoa pada yang di atas, melihat betapa rajinnya ia dengan-Nya. Dengan baik melakukan hal-hal menuju kepada-Nya

Aku mencintainya

Aku sekarang penasaran. Benarkah perasaan itu hanya ilusi. Perasaan hanya ada karena kita yang membuatnya demikian. Bila hal itu memang benar, berarti aku pandai sekali mengatur ilusiku, menyukai seseorang yang bahkan seakan hampir tak mengenalku, selama ini.

Aku selalu menyukai apapun darinya. Bahkan hanya sekedar bayangannya semata. Aku ingan dulu aku pernah selalu mengiriminya chat setiap malam. Ia menjawabku dengan hangat dan aku selalu di sambut dengan ceria olehnya. Bahkan saking PD nya aku. Saking percaya dirinya aku, aku meninggalkan hal-hal yang waktu itu aku percayai. Secara tak langsung dan sedikit tak jelas, aku mengajaknya pacaran denganku. Aku tau waktu itu aku berada dalam kondisi bercanda, tapi ia langsung menolakku keras-keras. Ia mengatakan bahwa aku pasti akan menemukan orang itu nanti. Di kampus, di KKN, atau di manapun nanti aku berada.

Aku tak terlalu terluka, hanya saja tauma itu terus saja mengikutiku. Membuat kepercayaan diriku yang benar-benar dalam jumlah sedikit menjadi semakin habis.

Aku semakin kalah.

***

Berbeda dari yang lain. Laki-laki yang ku sukai itu tetap bertahan dalam ilusi persaanku hingga waktu yang lama. Selalu menghampiriku di waktu senggangku, selalu menyapaku setiap malam. Selalu ada di saat aku menginginkannya. Tentu saja, semua itu hanya dalam bentuk bayangannya saja.

Pernah aku bertemu dengannya pada sebuah acara gathering. Aku benar-benar bahagia karena ia masih menyapaku dengan hangat. Aku menyapanya balik dengan caraku. playful, cheerful, atau apalah itu. Aku tau, karena aku anaknya benar-benar memiliki banyak omong.
Pernah sekali aku menjadi sebuah Host di tempat kerja kami, yang mana seluruh cabang menghadiri acara tersebut. Saat itu ia menjadi juru kamera. Aku bahagia, ia berada di sana. Aku bisa melihatnya, meskipun aku tak bisa berbicara banyak dengannya.

Hingga akhirnya, dua bulan sebelum pengunduran dirinya, ia memintaku untuk membantu di tempat di mana cabangnya berada. Tanpa banyak berpikir, meskipun hatiku mungkin pada waktu itu sudah tak se-menggebu dulu (satu tahun yang lalu), tapi aku tetap measa bahagia bisa bertemu dengannya. Mungkin juga pada waktu itu detakannya tak secepat dulu, tapi perasaan itu masih ada.

Di saat itu lah, akhirnya aku dan dia bisa membicarakan banyak hal. Sebanyak saat ia masih baru pertama kali bekerja dan di tugaskan bekerja di cabang di mana aku berada, di mana kita awal kali bertemu. Aku memuaskan diriku di sana, berbicara ngalor ngidul tanpa arah, yang penting ada bahan pembicaraan.

Di bulan terakhir pun, ia kembali memintaku membatu di cabangnya. Dengan kondisi di mana aku mengetahui fakta bahwa ia akan segera pindah sejak bulan sebelumnya. Pada awalnya aku memang sedikit kaget, tapi aku bisa menanganinya. Hatiku padanya tak seberat di awal. Tapi sekali lagi ku katakan, perasaan itu masih ada di sana.

Dia menghilang. Aku pun tak mencoba mencarinya. Hingga sosoknya benar-benar kulupakan tanpa jejak. Aku benar-benar tak ingat bahwa ia pernah menghuni hatiku selama lebih dari satu tahun.

***

Dari bulan februari hingga bulan september, banyak sekali kejadian yang telah terjadi. Aku berpacaran dengan maniak chat, orang yang hanya menyamar sebagai orang yang ia yakini lebih baik. Dan satu orang yang sejak tahun lalu, aku lupa sejak kapan tepatnya, yang jelas ia adalah orang yang sebentar ada sebentar tak ada, benar-benar angin yang sangat baik.

Laki-laki itu tiba-tiba kembali.

Aku hampir menangis, salah, aku menangis di malam gelap, di depan saudara laki-lakiku.

Ia kembali dan langsung mengajakku mengunjungi suatu tempat, hanya berdua, aku dan dia, kita.

Aku tau rencana itu harus di tunda, tapi ia berkata bahwa ia akan mengajakku lagi, tapi ia tak tau, kapan itu.
Aku bahagia luar biasa. Mungkin ini adalah saat di mana peasaanku akan terbalas. Mungkin sekarang adalah waktu di mana semua pertanyaanku mengenainya akan terjawab, dan mungkin juga inilah waktu di mana moment yang selalu ku tunggu.

Tetapi, ada satu hal besar, saat itu, sesuatu benar-benar terasa berbeda. Ia tak terasa seperti dahulu kala. Ia dulu baik, sopan, kalem, tertutup, tak banyak bergerak. Meski di depanku, somehow, ia berani sedikit menunjukkan ungkapan isi hatinya. SEDIKIT. Pada awalnya, aku masih berada pada pihaknya, kepercayaanku padanya masih 100%, tapi tidak untuk waktu yang lama.

Aku tak bisa menjelaskan bagaimana berbedanya ia. Tapi ia mulai memintaku untuk menemaninya ke suatu tempat, yang dingin, gelap dan memiliki pemandangan yang cantik. Dan entah mengapa, ia juga selalu mengatakan ia akan mengajakku menginap bila itu di perlukan.
It is nonsense. It is unreasonable.

Mungkin beberapa kali ia mengajakku, dan aku selalu pada kondisi yang tak memungkinkan. Mungkin, kalau aku benar-benar pada kondisi lenggang, aku benar-benar akan berangkat bersamanya.

Teman-temanku mulai membuatku ragu akan dirinya. Mereka membuatnya sama dengan laki-laki pada umumnya. Well, aku yang lebih tau dia bagaimana dari pada mereka, dan... aku masih tak bisa melupakannya. Tidak dengan saat ia tiba-tiba menghubungiku setelah sekian lama.
Tapi, aku sedikit terkejut saat ia tiba-tiba memintaku menciumnya, di mana kondisi kita benar-benar bukan seseorang yang dekat. By chat of course. He is coward!

Like... I know that I love you so damn bad, but... who the hell are you asking me for a kiss???

Hingga pada akhirnya, kita berhasil jalan berdua setelah ia memintaku dengan beberapa kali paksaan. Jam setengah dua malam (tentu saja aku harus berpikir beberapa kal. Kalau ia tak memaksaku, aku tak mungkin mengiyakan, itu pun dalam kondisi ia harus mau menjemputku di kos yang benar-benar pelosok dan jauh. Tentu saja itu bukan hal yang sulit).

Kita memutari kota selama kurang lebih satu atau dua jam. Aku bahagia, bahkan aku hampir tak mempercayai bahwa hal itu benar-benar terjadi padaku. Aku beberapa kali menyadarkan diriku, benarkah hal itu terjadi? Selama aku berada di belakangnya, memegang bajunya, tak sekali aku ingin memeluknya dari belakang. Aku ingin menikmati waktu itu sebaik mungkin, aku ingin merasakan betapa hangat tubuhnya.

Tapi my ego (freud) ask me to stop.

Hingga akhirnya ia mengantarku pulang. Tapi, sebelum ia benar-benar sampai di tempat ku, ia mengajakku untuk mencari penginapan dan beberapa kali mengajakku untuk mencari di mana kita bisa tidur, mungkin berdua.

Ngapain? Enakan di kosan.

Itulah jawabanku padanya. Ia... aku tau... aku hanya memasang wajah bodoh di depanya.

Dalam hatiku, ia masih nomor satu. Dalam hatiku, rasa sayang ini masih sangat dalam untuknya. Tapi saat ia melakukan hal itu padaku, keraguanku mulai muncul. Aku masih percaya padanya. Dan aku bisa jamin aku bisa mengaturnya, setidaknya selama ini. Tapi aku mulai takut.
Aku tak ingin ia merasa kesal karena aku menolak ajakannya. Aku tak ingin ia merasa kesal karena keinginannya tak terpenuhi. Aku tak ingin ia kesal karena aku mengeluhkan betapa ngantuknya aku saat ia menjemputku.

Aku tak ingin ia menyesal karena telah jalan bersamaku.

Aku ingin dia mencintaiku sedalam aku mencintainya. Aku ingin ia mempertahanku, menjadikanku miliknya, membahagiakan kita berdua.
Aku menginginkannya....

Aku menginginkan cintanya....
Diubah oleh qwenleo 18-12-2017 12:51
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
817
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32KThread45KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.