Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

vanerioAvatar border
TS
vanerio
Sekeping Hati Djenar
Djenar masih duduk di sudut hatinya yang kosong, gelap, dan hampa tak bernyawa. Dia seakan tak ingin lagi melanjutkan hidupnya yang tampak indah dan berwarna itu. Air matanya terus mengalir bersama dengan cermin yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah. Rasanya, semua yang dialami Djenar hanyalah mimpi semata yang akan berakhir ketika kedua bola matanya terbuka, begitu pula dengan lukanya yang akan terobati dengan sendirinya.

Djenar tak lagi berdaya, semangatnya untuk menjadi istri yang baik sekaligus anak yang baik seakan menghilang bersama dengan rangkaian cerita yang tak sengaja didengarnya. Kemunafikan yang selama ini ditakutinya terbukti secara nyata, menampar pipinya yang kini memerah dan memaksanya untuk bangun menghadapi realita yang ada.

Suami Djenar yang sadar betul bahwa, istrinya tanpa sengaja mendengar pembicaraan dengan ibunya, mencoba mengejar Djenar. Tetapi, langkahnya terhenti di depan pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Suaminya mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Djenar, memberikan penjelasan dari apa yang didengarnya.

“Bagaimana? Kau sudah bicara dengan Djenar?” tanya Ibu, kepada suami Djenar yang tampak kecewa.
“Belum bu, aku mau masuk kedalam kamar, tetapi aku melihat dia seakan sangat tertekan, jadi aku biarkan dia menenangkan diri.”
“Baiklah,”

Suami Djenar pergi meninggalkan ibunya yang juga kecewa dengan apa yang sedang terjadi. Suami Djenar menuju teras atas, di mana tempat itu adalah tempat favoritnya untuk menyendiri, dan mencari inspirasi dari berbagai masalah yang datang silih berganti tanpa henti.

Pembantunya datang dengan membawakan segelas teh hijau kesukaannya. Ibunya yang menyuruh pembantu untuk membawakannya. Ibunya tahu betul, saat ini ketenanganlah yang sedang dibutuhkan oleh anak semata wayangnya itu. Ibunya ingin sekali duduk disampingnya membelai mesra kepalanya, lalu memberikan sebuah petuah seperti halnya yang pernah dilakukan dulu. Tetapi, hari ini bukanlah hari kemarin yang mempunyai alur cerita yang sama.

Ibunya mencoba untuk berpaling dan membiarkan anaknya itu duduk termenung dalam sebuah kesedihan. Beliau berjalan perlahan menuju kamar Djenar yang masih tertutup rapat. Ibunya mengetuk pintu, memanggil nama Djenar beberapa kali. Djenar tetap terdiam dan membisu dalam tangis yang tak kunjung berhenti.

Air mata itu mengalir deras, membasahi semua keluh yang terasa sangat menyakitkan bagi Djenar. Ingin rasanya ia mengambil sebilah pisau dan mengakhiri hidupnya. Sayangnya, nurani Djenar masih tak mampu untuk melakukan hal itu, rasa cintanya masih begitu besar kepada suaminya yang kini hendak pergi meninggalkannya.

***

Belaian lembut tangan seorang lelaki menemtramkan hatinya, sedikit menutup goresan luka yang entah sampai kapan akan ditanggungnya. Djenar mencoba untuk tetap tegar dan kuat dihadapan suaminya yang tak jadi pergi, sesuai dengan yang diharapkan oleh Djenar.

“Aku tahu, kau masih sangat mencintaiku, terima kasih untuk tetap bertahan disini dan setia menemaniku.”
Djenar membalikkan badannya, melihat sosok lelaki yang selalu mencintainya dengan kedua bola matanya yang kini berbinar. Lelaki itu bukanlah suami Djenar, melainkan Mike, sahabat Djenar yang selama ini setia memberikan cintanya kepada Djenar walau tak pernah terbalas.
“Maaf Mike, aku kira kau suamiku.”
“Dia pergi lagi?”
“Iya, biasalah karena alasan pekerjaan.”

Mike masih menatap Djenar dalam-dalam, tangannya sekarang tak lagi memeluk Djenar. Dia ingin sekali memberontak, mengejar suami Djenar menghajarnya dengan kedua tangannya, membalaskan rasa sakit hati yang saat ini dirasakan oleh Djenar. Hanya saja, tembok yang menjulang begitu tinggi untuk diraih Mike agar bisa melakukan keinginannya itu.

Mike paham benar perasaan Djenar. Dia tak ingin Djenar memarahinya, dan tak memaafkannya bila hasrat itu terus berkobar dalam dirinya. Mike terlalu mencintai Djenar dengan segala yang ada pada dirinya. Senyuman Djenar kepadanya adalah surga yang tak pernah bisa tergantikan, sedangkan amarah Djenar adalah neraka yang tak tertahankan.

“Lusa, aku ingin pulang ke Indonesia, apa kau mau ikut?”
“Aku tak tahu Mike, aku tak bisa jauh dari suamiku.”

Sebenarnya, Mike sangat membenci kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Djenar itu. Amarahnya kepada suami Djenar begitu menggebu-gebu. Terlebih lagi, Mike tahu benar bagaimana cinta Djenar kepada suaminya itu begitu besar. Sebaliknya, Mike juga paham benar jikalau suami Djenar hanya bermain-main dan tak pernah sekalipun mencintai Djenar.

Suami Djenar dan Mike adalah sahabat dekat, begitu pula dengan Djenar. Mereka bertiga melanjutkan sekolah di prancis, dan bekerja di salah satu perusahaan terbesar di kota Paris. Mike paham benar bagaimana suami Djenar yang memanfaatkan Djenar hanya untuk sebuah status, agar dirinya tak lagi mendapatkan tekanan dari kedua orang tuanya yang menginginkannya segera menikah.

Jika di kenang kembali, Mike adalah orang pertama yang menyatakan cintanya kepada Djenar. Tetapi, Djenar tak kunjung juga menjawabnya dan memilih untuk diam, hingga pada akhirnya Mike mengetahui jika Djenar dan suaminya akan segera menikah.

“Jadi untuk alasan ini, kau tak pernah menjawab pertanyaanku waktu itu?”
“Maaf kan aku Mike, keadaan ini tak seperti yang kau pikirkan.”
“Semoga Djenar, tetapi aku cukup tahu dengan semua ini.”

Mike telah membuang jauh kenangan yang cukup menyakitkan baginya itu.. Walaupun, butuh waktu lama bagi Mike untuk bisa sembuh dan kembali bertemu dengan Djenar yang kini sudah menyandang status baru. Mike pun sedikit menjaga jaraknya agar tak terjerumus dalam jerat asmara untuk kedua kalinya. Tetapi, pesona Djenar masih terlalu kuat, rasa itu masih bersemayam dengan baik di hati Mike yang membuatnya kembali mencintai Djenar seutuhnya.

Cinta itu telah merasuk keseluruh tubuh Mike. Setiap hari hanya bayangan Djenar yang terbayang di kepala Mike. Dia benar-benar telah jatuh terlalu larut. Mike sadar akan keadaan yang saat ini sedang dihadapinya, tetapi dia tak bisa menolaknya. Cinta itu terus menggila dan menjalar hingga menjadi sebuah virus yang telah merusak sistem kerja Mike.

Status pernikahan yang telah di sandang Djenar tak pernah dipedulikannya. Janji yang pernah terucap antara dirinya dan cermin dihadapannya waktu itu, seakan telah lupa dan hilang begitu saja. Mike terus melangkah, mencoba untuk menerobos benteng yang telah di bangun oleh Djenar untuk melawan gempuran cinta yang tak pernah padam.

“Sore ini cerah sekali, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke taman, daripada kau harus memikirkan lelaki itu.”
Djenar menerima uluran tangan Mike dengan hati yang masih tergores luka. Inilah yang sebenarnya dihindari oleh Djenar. Tetapi, sulit rasanya menolak cinta yang besar di depan mata. Djenar benar-benar terbuai oleh sebuah ketulusan yang selama ini tak pernah dirasakannya.
Semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan Mike. Tiba-tiba, beberapa orang datang dan menembak semua orang yang ada di tempat itu. Suasana menjadi kacau, semua orang berteriak ketakutan, berlari kesana-kemari menyelematkan diri mereka dari senjata yang telah membabi-buta.

Beberapa orang mati seketika, beberapa orang lagi terluka cukup parah. Mike dan Djenar berhasil menyelamatkan diri, walau nyawa mereka belum sepenuhnya aman. Djenar memeluk erat Mike, dia tampak sekali ketakutan, jantungnya berdebar sangat kencang. Entah mengapa, situasi ini membuat Djenar merasa sangat nyaman, dia merasa menjadi seorang perempuan seutuhnya. Hatinya begitu damai di penuhi oleh cinta yang begitu luar biasa.

Tak lama kemudian, beberapa polisi datang, mereka terdiam sejenak melihat suasana yang semakin kacau. Mereka bergitu agresif dan seakan tak peduli dengan senjata yang tak pernah berhenti menghadirkan ketakutan itu. Hampir semua toko hancur dan tak lagi berbentuk.

“Aku takut,” kata Djenar yang semakin erat memeluk Mike.
“Tenang, ada aku disini yang akan selalu menjagamu,” kata Mike.

Mike bediri, ketika salah seorang polisi datang mendekati mereka, dan membawa ketempat yang aman. Sebuah mobil melaju dengan begitu cepat, tanpa peduli siapa pun. Mobil itu mengarah ke arah Mike, tiba-tiba saja Djenar mendorong Mike hingga terjatuh, Djenar melayang jauh dan terluka cukup parah, sementara mobil itu tetap melaju cepat meninggalkan Djenar yang tak berdaya.

Beberapa orang segera menolong Djenar dengan membawanya ke rumah sakit terdekat. Beruntung nyawa Djenar berhasil diselamatkan. Tetapi, sebagian ingatannya hilang karena benturan yang sempat terjadi ketika Djenar terhempas.

***

Rasa itu hadir kembali, Djenar tak tahu harus seperti apa menjalani hidupnya yang sebenarnya tak pernah mencintai lelaki yang selalu dianggapnya sebagai seorang suami. Tetapi, Djenar pun tak ingin kembali menemui orang yang dicintainya, yang telah memberi banyak luka untuk dirinya.

Air mata Djenar masih terus mengalir deras. Ingin sekali dia mengakhiri hidupnya, hanya saja Djenar telah berjanji untuk berakhir dengan cinta yang indah. Cinta yang selalu menghiasinya di saat mata terpejam dan malam semakin hening dalam larutan bintang-bintang yang fana.


Diubah oleh vanerio 16-12-2017 10:47
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
922
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.