Horor Takokak 1948: Sejarah Indonesia yang Terlupakan
TS
moesadigo12
Horor Takokak 1948: Sejarah Indonesia yang Terlupakan
67 tahun lalu telah terjadi pembantaian besar-besaran yang pernah dilakukan oleh militer Belanda terhadap kaum republiken. Bagaimana bisa peristiwa itu terjadi?
Ilustrasi horor di Takokak, Cianjur, 1948. (Foto: arsipindonesia.com)
Horor Takokak 1948 adalah salah satu dari kisah sedih yang masih menjadi misteri hingga hari ini. Tidak banyak orang tahu, di kawasan perkebunan teh yang masuk dalam wilayah Cianjur bagian selatan tersebut, 67 tahun lalu telah terjadi pembantaian besar-besaran yang pernah dilakukan oleh militer Belanda terhadap kaum republiken. Bagaimana bisa peristiwa itu terjadi?
Spoiler for Ekses Perjanjian Renville:
Pada 8 Desember 1947, bertempat di atas anjungan USS Renville (sebuah kapal angkut pasukan milik Amerika Serikat), dilangsungkanlah perundingan antara Belanda dan Indonesia yang ditengahi oleh Komisi Jasa-Jasa Baik (beranggotakan Amerika Serikat, Belgia, dan Australia). Dalam perundingan itu, banyak poin kesepakatan yang dinilai berbagai pihak sangat merugikan Indonesia. Salah satunya keputusan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus mengosongkan Jawa Barat dan sebagian Jawa Timur dan memindahkan pasukannya ke daerah republik yang diklaim Belanda hanya meliputi kawasan Yogyakarta dan sekitarnya.
Sebagaimana ditulis dalam Siliwangi dari Masa ke Masa (ditulis oleh Sedjarah Militer Daerah Militer VI Siliwangi/Sendam VI Siliwangi pada 1968), hasil kesepakatan Perjanjian Renville diterima dengan setengah hati oleh pihak tentara. Kendati pada akhirnya menerima keputusan untuk mengosongkan Jawa Barat, namun secara diam-diam Panglima Besar Jenderal Soedirman sendiri (lewat Letnan Kolonel Soetoko) telah mememerintahkan pucuk pimpinan Divisi Siliwangi untuk tetap mengoordinasikan perlawanan bersenjata di Tanah Pasundan.
Untuk mengelabui pihak Belanda, tentu saja pasukan-pasukan ini beraksi tidak mengatasnamakan Divisi Siliwangi. Mereka bergerak sebagai “pasukan liar” yang seolah-olah tidak berkoordinasi dengan pihak republik. Sebut saja salah satunya adalah Kesatuan Djaja Pangrerot di Cililin yang tadinya berasal dari Yon Sugiharto.
Spoiler for Pembersihan di Daerah Pendudukan:
Namun, aksi rahasia yang dilakukan TNI itu bukannya tidak tercium oleh pihak militer Belanda. Guna mengantisipasi aksi-aksi yang dijalankan oleh “pasukan liar” tersebut, pihak militer Belanda memutuskan untuk menjalankan operasi-operasi pembersihan di daerah-daerah yang ditinggalkan oleh pasukan Siliwangi.
Salah satu kawasan di Jawa Barat yang dinilai “corak republik”- nya masih kental adalah Sukabumi. Di daerah itu bukan saja propaganda-propaganda prorepublik sering berlangsung, namun juga penyerangan pos-pos militer Belanda sering terjadi pula. Kadang-kadang terjadi secara sporadis.
Kekacauan-kekacauan itu tentu saja menimbulkan kemarahan pihak militer Belanda. Menurut seorang saksi sejarah bernama Atjep Abidin, 90, tidak jarang seusai terjadi penyerangan terhadap pos-pos militer Belanda, operasi pembersihan langsung dilakukan beberapa jam setelah kejadian penyerangan.
“Rakyat sipil dikumpulkan, setelah diintimidasi beberapa kaum lelaki dari mereka diambil dan dimasukkan ke penjara militer van Helden, yang terletak di Sukabumi,” ungkap anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Takokak ini.
Menurut Atjep, operasi pembersihan yang paling sering dilakukan yaitu di kawasan Nyalindung dan Sagaranten. Itu bisa saja terjadi, mengingat dua tempat tersebut memang dikenal sebagai basis fanatik kaum republik.
Selanjutnya, dari van Helden, secara berkala, orang-orang yang dinilai militer Belanda sebagai kaum republik itu dibawa ke wilayah Takokak. Itu adalah nama suatu kawasan yang terletak kira-kira 75 km di selatan Cianjur. Sejak zaman Hindia Belanda, kawasan yang berbatasan langsung dengan wilayah Sukabumi itu merupakan daerah perkebunan teh yang memiliki kontur pegunungan serta dipenuhi hutan dan jurang.
Seorang mantan gerilyawan di Sukabumi, Yusuf Soepardi, 91, mengakui bahwa saat itu nama Takokak sebagai tempat eksekusi mati kaum republik sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat Sukabumi dan Cianjur. “Kalau ada orang Sukabumi atau Cianjur dibawa oleh tentara Belanda ke sana, ya jangan berharap ia bisa pulang lagi ke rumah...,” ujar lelaki sepuh yang meniti karier militernya dari laskar rakyat tersebut.
0
49K
Kutip
153
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!