Ternyata Lennonjuga menunjukkan sifatnya yang pemberontak dan selera humornya yang sinis dalam film-film seperti A Hard Day's Night (1964), dalam buku yang ditulisnya seperti In His Own Write, konferensi pers dan wawancara. Ia menggunakan kepopulerannya untuk kegiatannya sebagai aktivis perdamaian, seniman dan penulis.

Lennon dua kali menikah, yaitu dengan Cynthia Powell pada tahun 1962 dan seniman Jepang, Yoko Ono pada tahun 1969. Ia memiliki dua orang anak, Julian Lennon (lahir tahun 1963) dan Sean Taro Ono Lennon (lahir tahun 1975). Ia meninggal di New York pada usia 40 tahun, ditembak oleh Mark Chapman, penggemarnya yang gila?..

Apa korelasi antara Chapman yang menjadi seorang pemeluk kristen fundamental, serta kematian John Lennon? Bukan menyalahkan, namun Lennon sendiri yang telah memicunya. Chapman segera mengetahui bahwa pada Maret 1966, Maureen Cleave, jurnalis asal Inggris, mengutip perkataan Lennon berbunyi “The Beatles lebih populer daripada Yesus” di harian Evening Standard.Entah apa hubungannya, namun novel J.D. Salinger berjudul The Catcher in the Rye yang bercerita tentang kekacauan diri seorang remaja, turut mempengaruhi dirinya secara dalam. Apapun itu, yang jelas kebencian—meski rasa kagum masih mendominasi—dalam diri Chapman pada Lennon mulai tumbuh.

Mengikuti jejak sang kekasih, Chapman menjadi murid di Covenant College, Georgia. Hal yang kemudian berujung pahit, karena nilai-nilainya anjlok. Percobaan bunuh diri seringkali ia lakukan, meski tak berhasil. Chapman segera dikeluarkan dari kampus, lalu menyusul putusnya hubungan dengan Jessica. Meski sempat balik lagi menjadi konselor di perkemahan, namun dirinya keluar karena beradu mulut kontra atasan.

Coba melupakan segala kemerosotan hidup, Chapman menjadi petugas keamanan dan mengambil kursus pelatihan senjata. Meskipun kembali mengikuti tes kuliah, ia tak berhasil. Semakin banyak kegagalan, lagi-lagi membawa Chapman pada percobaan bunuh diri yang—juga—untuk kedua kalinya gagal pada tahun 1977.

Pada masa ini, banyak hal yang telah dilalui Chapman mulai dari keliling dunia dari Tokyo sampai Dublin (terinspirasi dari film Around the World in Eighty Days), menikah dengan tour guide semasa berlibur pada 1979, bekerja di Rumah Sakit Castle Memorial sambil melakukan terapi depresi (lalu dipecat karena adu mulut dengan seorang suster), lantas menjadi petugas keamanan malam hari (di mana ia mulai hobi menenggak alkohol).

Chapman mulai terobsesi (lagi) secara psikedelia dengan artwork, literatur The Catcher in the Rye, dan sang pujaan John Lennon. Ia diduga kembali berimajinasi bersama teman khayalannya semasa kecil dulu.

Bahkan dengan santainya, ia menjatuhkan pistol lalu lanjut membaca The Catcher in the Rye. Ia menyerahkan diri tanpa perlawanan kepada polisi, dan mengaku memang dirinyalah yang membunuh Lennon. Petugas kepolisian sempat kaget dan langsung menilai bahwa pria tersebut memiliki gangguan jiwa.

Ketika di pengadilan, petugas hukum sempat bertanya tentang alasannya membunuh Lennon. Ia berkata bahwa “semuanya terjadi begitu saja ketika aku tengah membuka buku telepon lantas melihat foto Lennon”. Meski begitu, sejumlah teman dekatnya berkata bahwa pernyataan Lennon yang bilang kalau “The Beatles lebih populer daripada Yesus” adalah musabab utama. Chapman digambarkan sangat murka atas hal itu.

Singkat kata, Chapman dijatuhi hukuman penjara 20 tahun karena terbukti melakukan pembunuhan tingkat kedua. Namun sampai detik ini ia masih berada dalam bui karena janda Lennon, Yoko Ono, menolak pembebasan tersebut—bahkan terhitung telah tujuh kali Chapman pindah lokasi sel tahanan. Saking pedihnya luka di hati, seniman avant-garde asal Jepang tersebut sampai-sampai membuat sebuah advertorial di sejumlah surat kabar pada 8 Desember 2006 bahwa “meskipun 8 Desember dijadikan ‘Hari Pengampunan’, aku takkan pernah memaafkan Chapman”.