- Beranda
- Berita dan Politik
TKW Indonesia Sebarkan Paham Radikal ISIS Di Hongkong Dan Singapura
...
TS
rwu777
TKW Indonesia Sebarkan Paham Radikal ISIS Di Hongkong Dan Singapura
Quote:
Sekitar 500.000 migran dari Indonesia bekerja di Hong Kong, Taiwan dan Singapura, kebanyakan dari mereka adalah wanita yang dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, pengasuh anak atau pengasuh untuk orang tua.
Namun tidak banyak yang tahu bahwa diantara para pekerja migran ini ada yang menyebarkan paham jihad ISIS dari negeri tempat mereka bekerja.
Namun tidak banyak yang tahu bahwa diantara para pekerja migran ini ada yang menyebarkan paham jihad ISIS dari negeri tempat mereka bekerja.
Quote:
MENJADI PEMIMPIN JARINGAN ISIS DI HONGKONG
Ayu adalah pembantu rumah tangga asal Indonesia berusia 34 tahun, dan kepala jaringan pro-ISIS di Hong Kong. Ia merekrut, mengumpulkan dana dan menyebarkan propaganda untuk kelompok teroris tersebut. Dia hanyalah satu dari beberapa lusin pekerja rumah tangga Indonesia di Asia Timuryang diketahui mendukung aksi jihad ISIS.
Sebelum bekerja di Hong Kong, Ayu sempat melarikan diri dari mertua yang kasar di Indonesia dan meninggalkan bayinya untuk bekerja di Hong Kong pada tahun 2003.
Ia mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan untuk mengurangi rasa depresinya selama berada di Hong Kong.
Pada akhir 2011, setelah kehilangan pekerjaannya sebagai pembantu untuk ketiga kalinya di Hong Kong, ia pergi ke Macau dan tidur di jalanan selama berbulan-bulan, sampai ia overdosis obat-obatan.
Dalam keadaan kacau dan tak memiliki tempat berteduh, Ia mencoba mencari perlindungan spiritual. Ia berselancar di situs-situs Islam dan mulai tertarik dengan berita perang di Suriah.
Ia lalu berteman dengan jihadis internasional di media sosial.
DIUSIR GURU AGAMA ISLAM DAN DILAPORKAN KE POLISI KARENA DUKUNG ISIS
Dari Macau Ayu kembali ke Hong Kong dan mengikuti kursus Islam yang dijalankan oleh sebuah lembaga Islam, meski bukan lembaga ekstremis.
Ia meninggalkan kursus tersebut pada pertengahan tahun 2014 setelah guru agamanya mengusir dan melaporkan Ayu ke polisi karena menyuarakan dukungan untuk berdirinya negara Islam versi ISIS.
Ayu mulai menerjemahkan materi propaganda untuk ISIS, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan menyebarkannya di Twitter dan aplikasi pesan Telegram. Setelah menikahi seorang jihadi asal Indonesia yang ia temui di Facebook, ia diperkenalkan ke kalangan dalam kelompok pro-ISIS Indonesia.
Pekerja Migran Mudah Terpengaruh Ajaran Sesat Radikalisme
Sekitar 500.000 migran dari Indonesia bekerja di negara-negara etnis China di Hong Kong, Taiwan dan Singapura, kebanyakan dari mereka, dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, pengasuh anak atau pengasuh untuk orang tua.
Berdasarkan laporan resmi polisi Indonesia dan wawancara serta pemantauan media sosial yang dilakukan oleh Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang berbasis di Jakarta, sekitar 45 pembantu rumah tangga Indonesia di Hong Kong sendiri telah diidentifikasi sebagai pendukung negara Islam ISIS. Jumlahnya mungkin ada dua kali lipat dari data yang dimiliki.
Jumlah ini mungkin kelihatan kecil, namun radikalisasi pembantu rumah tangga dan pengasuh anak asal Indonesia yang bekerja di Asia Timur mengkhawatirkan.
Dibutuhkan orang yang berdedikasi untuk melakukan kerusakan terorisme yang cukup besar, dan pendukung jihad ini lebih punya kelebihan dibanding yang lain: Pendapatan mereka jauh lebih tinggi daripada kebanyakan orang Indonesia, mereka berbicara bahasa Inggris lebih baik dan memiliki lebih banyak kontak internasional.
Dua perempuan Indonesia yang merupakan pekerja migran di Asia Timur pernah digagalkan aksinya saat mereka mempersiapkan pemboman bunuh diri di istana kepresidenan Jakarta dan tempat wisata di Bali.
Sementara yang lainnya pergi ke Suriah untuk menikahi pejuang ISIS, memberikan dana kepada kelompok tersebut dari hasil pemgumpulan dana yang mereka lakukan dan merekrut anggota baru atau jihadis lokal yang terhubung dengan pejuang di Suriah dan Irak.
Merasa Dipermalukan Ketika Diperintah Majikan Memasak Daging Babi
Sebagai pendatang dari sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim yang bekerja di wilayah non-Muslim, pembantu rumah tangga dan pengasuh anak asal Indonesia di Hong Kong atau Singapura melakukan radikalisasi karena berbagai alasan yang berbeda dari para pekerja Indonesia di Timur Tengah.
Berdasarkan pemantauan media sosial IPAC sejak pertengahan tahun 2015, serta wawancara kami dengan beberapa lusin pekerja migran Indonesia dan pemimpin Muslim di Hong Kong, para pekerja ini tampaknya awalnya adalah Muslim yang biasa-biasa saja atau tidak saleh namun kemudian terpengaruh radikalisasi agama yang cepat saat tinggal di luar negeri.
Bagi sebagian orang, kesulitan hidup seorang migran dapat mengilhami kelahiran kembali jiwa spiritual mereka dalam bentuk yang berbeda.
Mereka mengalami keterasingan dan beberapa orang mengatakan bahwa mereka merasa dipermalukan, misalnya ketika mereka diperintah memasak daging babi untuk majikan non-Muslimnya.
"Bisakah kamu bayangkan menyentuh daging babi saat mengenakan hijab?" Salah satu dari mereka mengacu kepada kerudung full face (tertutup seluruh wajah).
Namun Tetap Paling Nyaman Bekerja Di Asia Timur
Buruh migran Indonesia di Asia Timur memiliki lebih banyak kebebasan untuk berkumpul selama hari libur dan untuk memiliki dan menggunakan telepon genggam daripada rekan-rekan mereka di Timur Tengah.
Pada hari Minggu, taman umum dan jalan layang di Hong Kong dipenuhi oleh sekelompok kecil pekerja Indonesia, yang bernyanyi, bermain kartu, berlatih bela diri atau bergabung dalam doa Islam yang dikenal dengan pengajian.
DIDEPORTASI KARENA DUKUNG ISIS DI SINGAPURA
"Saya online 24 jam setiap hari, Wi-Fi disini sangat bagus," kata Firda, seorang pembantu Indonesia yang bekerja di Singapura, "Awalnya saya menggunakannya untuk nonton film, tapi setelah beberapa lama saya merasa hampa. Saya memiliki pekerjaan dan uang yang lumayan banyak, majikanku baik padaku, tapi saya merasa kering secara rohani. "
"Saya mulai mendengarkan podcast Salafi saat membersihkan rumah," kata Firda. "Di Facebook, saya mengikuti orang-orang yang profilnya terlihat sangat Islami karena saya membutuhkan teman yang bisa membimbing saya dengan intens, tidak seperti di kelompok belajar bulanan."
Firda bertemu dengan pacarnya secara online, yang mengenalkannya ke situs pro-ISIS seperti milahibrahim.wordpress .com.
Pemerintah Singapura akhirnya mendeportasi Firda ke Indonesia beberapa bulan yang lalu karena berencana untuk bergabung dengan Negara Islam ISIS di Suriah.
Upaya deradikalisasi harus diatasi. Pemerintah Indonesia saat ini melakukan pelatihan untuk pekerja migran mereka sebelum berangkat ke luar negeri, namun hanya fokus pada bahasa dan keterampilan praktis.
Persiapan mereka sebaiknya juga memasukkan modul tentang ekstremisme agama, dan menggambarkan perekrutan oleh kelompok radikal sebagai bentuk eksploitasi karena jihadis sering mengambil uang dari pekerja-pekerja migran tersebut.
Yang lebih penting, media sosial untuk grup pekerja Indonesia di luar negeri harus diperbanyak agar migran memiliki komunitas sendiri yang positif daripada beralih ke grup radikal di dunia maya.
Pengajian bisa berperan - asalkan pemimpin mereka dilatih untuk menasihati orang-orang yang rentan terhadap radikalisasi tanpa mengasingkan mereka, apalagi mengusir mereka, seperti yang terjadi pada Ayu di Hongkong.
Ayu adalah pembantu rumah tangga asal Indonesia berusia 34 tahun, dan kepala jaringan pro-ISIS di Hong Kong. Ia merekrut, mengumpulkan dana dan menyebarkan propaganda untuk kelompok teroris tersebut. Dia hanyalah satu dari beberapa lusin pekerja rumah tangga Indonesia di Asia Timuryang diketahui mendukung aksi jihad ISIS.
Sebelum bekerja di Hong Kong, Ayu sempat melarikan diri dari mertua yang kasar di Indonesia dan meninggalkan bayinya untuk bekerja di Hong Kong pada tahun 2003.
Ia mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan untuk mengurangi rasa depresinya selama berada di Hong Kong.
Pada akhir 2011, setelah kehilangan pekerjaannya sebagai pembantu untuk ketiga kalinya di Hong Kong, ia pergi ke Macau dan tidur di jalanan selama berbulan-bulan, sampai ia overdosis obat-obatan.
Dalam keadaan kacau dan tak memiliki tempat berteduh, Ia mencoba mencari perlindungan spiritual. Ia berselancar di situs-situs Islam dan mulai tertarik dengan berita perang di Suriah.
Ia lalu berteman dengan jihadis internasional di media sosial.
DIUSIR GURU AGAMA ISLAM DAN DILAPORKAN KE POLISI KARENA DUKUNG ISIS
Dari Macau Ayu kembali ke Hong Kong dan mengikuti kursus Islam yang dijalankan oleh sebuah lembaga Islam, meski bukan lembaga ekstremis.
Ia meninggalkan kursus tersebut pada pertengahan tahun 2014 setelah guru agamanya mengusir dan melaporkan Ayu ke polisi karena menyuarakan dukungan untuk berdirinya negara Islam versi ISIS.
Ayu mulai menerjemahkan materi propaganda untuk ISIS, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan menyebarkannya di Twitter dan aplikasi pesan Telegram. Setelah menikahi seorang jihadi asal Indonesia yang ia temui di Facebook, ia diperkenalkan ke kalangan dalam kelompok pro-ISIS Indonesia.
Pekerja Migran Mudah Terpengaruh Ajaran Sesat Radikalisme
Sekitar 500.000 migran dari Indonesia bekerja di negara-negara etnis China di Hong Kong, Taiwan dan Singapura, kebanyakan dari mereka, dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, pengasuh anak atau pengasuh untuk orang tua.
Berdasarkan laporan resmi polisi Indonesia dan wawancara serta pemantauan media sosial yang dilakukan oleh Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) yang berbasis di Jakarta, sekitar 45 pembantu rumah tangga Indonesia di Hong Kong sendiri telah diidentifikasi sebagai pendukung negara Islam ISIS. Jumlahnya mungkin ada dua kali lipat dari data yang dimiliki.
Jumlah ini mungkin kelihatan kecil, namun radikalisasi pembantu rumah tangga dan pengasuh anak asal Indonesia yang bekerja di Asia Timur mengkhawatirkan.
Dibutuhkan orang yang berdedikasi untuk melakukan kerusakan terorisme yang cukup besar, dan pendukung jihad ini lebih punya kelebihan dibanding yang lain: Pendapatan mereka jauh lebih tinggi daripada kebanyakan orang Indonesia, mereka berbicara bahasa Inggris lebih baik dan memiliki lebih banyak kontak internasional.
Dua perempuan Indonesia yang merupakan pekerja migran di Asia Timur pernah digagalkan aksinya saat mereka mempersiapkan pemboman bunuh diri di istana kepresidenan Jakarta dan tempat wisata di Bali.
Sementara yang lainnya pergi ke Suriah untuk menikahi pejuang ISIS, memberikan dana kepada kelompok tersebut dari hasil pemgumpulan dana yang mereka lakukan dan merekrut anggota baru atau jihadis lokal yang terhubung dengan pejuang di Suriah dan Irak.
Merasa Dipermalukan Ketika Diperintah Majikan Memasak Daging Babi
Sebagai pendatang dari sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim yang bekerja di wilayah non-Muslim, pembantu rumah tangga dan pengasuh anak asal Indonesia di Hong Kong atau Singapura melakukan radikalisasi karena berbagai alasan yang berbeda dari para pekerja Indonesia di Timur Tengah.
Berdasarkan pemantauan media sosial IPAC sejak pertengahan tahun 2015, serta wawancara kami dengan beberapa lusin pekerja migran Indonesia dan pemimpin Muslim di Hong Kong, para pekerja ini tampaknya awalnya adalah Muslim yang biasa-biasa saja atau tidak saleh namun kemudian terpengaruh radikalisasi agama yang cepat saat tinggal di luar negeri.
Bagi sebagian orang, kesulitan hidup seorang migran dapat mengilhami kelahiran kembali jiwa spiritual mereka dalam bentuk yang berbeda.
Mereka mengalami keterasingan dan beberapa orang mengatakan bahwa mereka merasa dipermalukan, misalnya ketika mereka diperintah memasak daging babi untuk majikan non-Muslimnya.
"Bisakah kamu bayangkan menyentuh daging babi saat mengenakan hijab?" Salah satu dari mereka mengacu kepada kerudung full face (tertutup seluruh wajah).
Namun Tetap Paling Nyaman Bekerja Di Asia Timur
Buruh migran Indonesia di Asia Timur memiliki lebih banyak kebebasan untuk berkumpul selama hari libur dan untuk memiliki dan menggunakan telepon genggam daripada rekan-rekan mereka di Timur Tengah.
Pada hari Minggu, taman umum dan jalan layang di Hong Kong dipenuhi oleh sekelompok kecil pekerja Indonesia, yang bernyanyi, bermain kartu, berlatih bela diri atau bergabung dalam doa Islam yang dikenal dengan pengajian.
DIDEPORTASI KARENA DUKUNG ISIS DI SINGAPURA
"Saya online 24 jam setiap hari, Wi-Fi disini sangat bagus," kata Firda, seorang pembantu Indonesia yang bekerja di Singapura, "Awalnya saya menggunakannya untuk nonton film, tapi setelah beberapa lama saya merasa hampa. Saya memiliki pekerjaan dan uang yang lumayan banyak, majikanku baik padaku, tapi saya merasa kering secara rohani. "
"Saya mulai mendengarkan podcast Salafi saat membersihkan rumah," kata Firda. "Di Facebook, saya mengikuti orang-orang yang profilnya terlihat sangat Islami karena saya membutuhkan teman yang bisa membimbing saya dengan intens, tidak seperti di kelompok belajar bulanan."
Firda bertemu dengan pacarnya secara online, yang mengenalkannya ke situs pro-ISIS seperti milahibrahim.wordpress .com.
Pemerintah Singapura akhirnya mendeportasi Firda ke Indonesia beberapa bulan yang lalu karena berencana untuk bergabung dengan Negara Islam ISIS di Suriah.
Upaya deradikalisasi harus diatasi. Pemerintah Indonesia saat ini melakukan pelatihan untuk pekerja migran mereka sebelum berangkat ke luar negeri, namun hanya fokus pada bahasa dan keterampilan praktis.
Persiapan mereka sebaiknya juga memasukkan modul tentang ekstremisme agama, dan menggambarkan perekrutan oleh kelompok radikal sebagai bentuk eksploitasi karena jihadis sering mengambil uang dari pekerja-pekerja migran tersebut.
Yang lebih penting, media sosial untuk grup pekerja Indonesia di luar negeri harus diperbanyak agar migran memiliki komunitas sendiri yang positif daripada beralih ke grup radikal di dunia maya.
Pengajian bisa berperan - asalkan pemimpin mereka dilatih untuk menasihati orang-orang yang rentan terhadap radikalisasi tanpa mengasingkan mereka, apalagi mengusir mereka, seperti yang terjadi pada Ayu di Hongkong.
Ane pribadi merasa kasihan dengan TKI-TKI ini. Gimana menurut agan?
Quote:
Sumber:
https://mobile.nytimes.com/2017/07/18/opinion/isis-jihad-indonesia-migrant-workers.html?
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 7 suara
Menurut agan tenaga kerja China di Indonesia berapa jumlahnya?
21,000 Orang
57%Ga ada sama sekali
43%Diubah oleh rwu777 05-12-2017 13:15
0
3.8K
Kutip
36
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671KThread•40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru