Plastik dari rumput laut buatan Indonesia mendapat pengakuan dunia
TS
kangjati
Plastik dari rumput laut buatan Indonesia mendapat pengakuan dunia
Spoiler for Hallo:
HALLO AGAN SISTA YANG CANTIK DAN GANTENG
Rumput laut merupakan bahan yang umum dikonsumsi masyarakat modern perkotaan. Meski sedari dulu Indonesia memang negara pengonsumsi rumput laut, namun popularitasnya dalam industri makanan bertambah akhir-akhir ini, seiring menjamurnya rumah makan Jepang dan Korea
Selain sebagai bahan makanan atau pencuci mulut, ternyata tumbuhan alam tersebut kini juga memiliki manfaat lain bree, yaitu sebagai pembungkus makanan. Bukan hanya seperti di gulungan sushi, pembungkus yang dimaksud kali ini adalah dalam bentuk seperti kemasan plastik. Bingung ya? dari pada ente bingung mending langsung cek artikel berikut nih
Evowaremerupakan sebuah jenama Tanah Air yang telah mendapat pengakuan internasional atas inovasi yang mereka ciptakan. Salah satunya adalah The Ellen MacArthur Foundation yang menjadikan Evoware salah satu pemenang kontes Circular Design Challenge dengan nilai hadiah 1 juta Dolar AS (Rp13,5 miliar).
Dengan visi kesadaran lingkungan serta misi untuk mengganti kemasan plastik untuk makanan, mereka menciptakan kemasan biodegradasi atau yang dapat ikut dikonsumsi, terbuat dari sari rumput laut.
"Kami ingin menciptakan dunia yang lebih bersih dengan menghentikan sampah plastik dari akar," kata salah satu pendiri Evoware, David Christian, kepada Fast Company (10/6).
Menurut data peneliti dari University of Georgia, Dr. Jenna R. Jambeck, Indonesia telah menjadi negara pembuang limbah plastik di urutan kedua sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia, setelah Tiongkok.
Oleh sebab itu pembungkus makanan yang dapat larut (tidak menjadi sampah) dan tanpa rasa dianggap memiliki potensi untuk membuat pengalaman menikmati makanan kemasan menjadi lebih nyaman.
Mengapa rumput laut?
Spoiler for Kenapaaa yaaa :
Gagasan bahwa rumput laut merupakan sumber bioplastikyang layak bukanlah sesuatu yang baru. Tanaman ini kaya akan polisakarida, bahan baku alami, dan penelitian di bidang ini membentang lebih dari satu dekade.
Pendiri Evoware memilihnya karena beberapa alasan. Seperti rumput laut tidak menciptakan limbah, dapat larut saat terkena air, menyedot karbon dioksida saat tumbuh dan dapat tumbuh tanpa pupuk, air, atau sumber tambahan lainnya. Rumput laut juga bergizi karena mengandung serat dan vitamin tinggi.
Dari sisi sosialnya mereka turut ingin membantu petani rumput laut di Indonesia meningkatkan mata pencaharian mereka.
Dibutuhkan satu hektare samudra untuk menghasilkan 40 ton rumput laut kering setiap tahunnya. Volume tersebut menyerap 20,7 ton emisi karbon dioksida (CO2) selama proses budi daya. Sumber utama aktivitas Evoware selama produksi percontohannya adalah budi daya rumput laut dari Sulawesi.
Untuk saat ini proses pengolahan rumput laut Evoware masih sangat manual. Meliputi proses persiapan (dan pengeringan) bahan baku yang diikuti oleh pembentukan, penekanan, dan pemotongan material menjadi satu lapisan.
Meski hasil akhir material tersebut hambar dan tidak berbau, jika diperkenankan dapat juga ditambahkan rasa.
Lapisan yang sudah jadi diklaim memiliki umur simpan dua tahun sehingga cocok untuk menjadi pembungkus makanan kering.
Lapisan luar halus, seperti plastik, tapi bagian dalamnya kasar. Ketebalannya bisa dikendalikan sesuai keinginan, tergantung juga dari jenis makanan atau barang yang dibungkus.
"Kami terus belajar," kata Edwin Aldrin Tan, juga pendiri Evoware dan penasihat pengembangan bisnis dan penasihat keuangan yang berbasis di Jakarta dikutip dari Green Biz (1/11).
Meski dia tidak akan membagikan rincian lain tentang formulasi material tersebut, namun ia meyakinkan bahwa tidak ada bahan kimia yang ditambahkan di sepanjang proses.
Salah satu konsumen Evoware adalah Bruxel Waffle, yang menjual kue wafel vegetarian Belgia di festival di Bali. Evoware sendiri terus mengirim sampel ke perusahaan-perusahaan produk konsumen di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia.
Selain itu, perusahaan ini sedang mengusahakan material versi berlapis-lapis yang mungkin lebih sesuai untuk mengemas cairan atau semi-cairan. Untuk ini bahannya tidak hanya rumput laut, "bahan sekundernya adalah permen karet damar," tambah Edwin.
Butuh nilai ekonomis
Quote:
Berkata kepada BBCIndonesia.com(19/11), pengamat bisnis lingkungan, Agus Sari, mengatakan bahwa produk yang menawarkan solusi terhadap permasalahan sampah plastik semacam ini selalu segar. Sebab sampai saat ini persoalan sampah plastik di tanah air sudah memprihatinkan.
Jika pada akhirnya pemerintah akan keluar uang untuk menanggulangi masalah sampah yang luar biasa tersebut, ''kenapa tidak keluar uang untuk pencegahan, dan bukan penanggulangan?'' ujar Agus.
Dari sisi ekonomi, menurutnya untuk bisa bersaing di pasar, produk semacam ini akan kalah bersaing jika hanya menawarkan solusi.
''Buat pasar, solusi itu urusan secondary. Yang primer, seberapa murah?'' kata Agus. ''Hanya mengedepankan environmental awareness saja tidak akan cukup untuk jualan.''
Agus menyimpulkan, kalau harganya terlalu mahal untuk produksi massal maka produsen tetap akan membeli kemasan plastik, karena mereka tidak mau menambah biaya.
''Ini kan bukan produk yang tidak ada di pasar, tapi mengganti yang sudah ada di pasar.''
''Supaya mereka bisa berperan lebih banyak, satu, harus ada insentif pajak supaya harga bisa bersaing. Kedua, perlu ada regulasi, sekalian saja larang plastik diedarkan.''
"Kami ingin menciptakan dunia yang lebih bersih dengan menghentikan sampah plastik dari akar," kata salah satu pendiri Evoware, David Christian
Nah mustinya orang-orang seperti ini yang harus banyak di Indonesia bukan malah yang cuma bisanya ngerusak alam dan lingkungan di sekitar kita, saya salut mas
SEMOGA INFO INI BISA MENGHIBUR & BERMANFAAT UNTUK AGAN SISTA SEMUA
Quote:
Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat Di marih
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh SUMUR: Beritagar.id