Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

resty.afikaAvatar border
TS
resty.afika
Kembali
Fajar yang tiba-tiba hadir seolah membuka luka yang pernah terpendam. Baiklah jika sebelumnya aku yang sering curhat padanya. Kali ini biarkan dia larut dalam kesedihannya.

Usai bertemu Wahyu dan Dimas, aku bergegas menemui Fajar. Tampak raut sedih dari wajahnya.

"Kamu kenapa lagi?" tanyaku basa basi.
"Aku putus sama Krisan" jawabnya lemas.
"Kok bisa? Katanya dia cinta mati sama kamu" aku mulai mencecarnya. Seolah aku mengatakan. 'Siapa suruh dulu lebih milih dia'.
"Ia tertarik sama teman kampusnya."
"Jadi kamu udah nggak menarik nih buat dia?"
"Iya kamu tahu sendiri kan pengorbanan aku ke dia?"
"Tau banget dong. Wong kamu sampai nyakitin aku." Kalimatku seolah menjurus ke arah menyalahkan dia.
"Iya aku emang salah."

Kami terdiam sesaat. Kemudian aku bergegas menepuk pundaknya. Seolah aku ingin dia tahu bahwa aku mencintainya. Namun biar aku sembunyikan dahulu. Biarlah aku hanya mengadu pada Tuhanku atas perasaanku ini. Aku harus pandai membaca pesan cinta-Nya.

"Aku nemenin Krisan dari dia awal masuk kuliah. Dari dia belum jadi apa-apa sampai sekarang prestasinya banyak banget." Keluhnya padaku.
"Sabar ya" Sedikit sekali yang aku ucapkan.


*****
Berdasarkan kabar angin yang aku dengar ia dekat dengan seseorang yang menurutnya pendidikannya jauh dari harapannya. Mohon maaf hanya lulusan SD.

Aku tahu betul, standar Fajar tidak serendah itu. Apa lagi sih yang di cari. Dia cari perempuan yang modelnya seperti apa lagi? Seolah aku ingin berteriak, 'Sini lihat aku, aku selalu ada kapanpun kamu butuh' Tapi yaa sudahlah.

"Iya loh si Ola ini, sukanya makan di pinggir jalan" Ujar Fajar suatu hari di sebuah rumah makan. Dia mengajakku bertemu untuk pamer.
"Ya dong makan di pinggir jalan. Aku juga sukanya gitu. Kalau makan di tengah jalan mah mati dong ditabrak mobil." Candaku sambil menyeruput es jeruk.
"Itu si Ola anaknya prihatin banget loh. Dikontrakannya cuma ada kasur lantai gitu. Barang-barangnya sedikit lagi." Lagi, ia membanggakan Ola.
"Aku tahu aku ngga sesedarhana Ola." Tiba-tiba air mataku tumpah. "Aku tahu aku sering makan di resto mahal. Aku tahu aku punya banyak barang yang kadang emang harganya ngga murah. Dan aku tahu aku ngga bisa prihatin kayak dia. Aku tahu aku kalau makan suka pilih-pilih" lanjutku kemudian.
"Tapi mama nggak setuju aku sama Ola." Satu kalimat yang membuatku bisa mengangkat kepala kembali.
"Kalau emang jodoh pasti dimudahkan kok." Jawabku menenangkan.
"Iya jadi si Ola punya tanah gitu, nggak banyak sih cuma 3 hektar"
Apa? 3 Hektar ngga banyak?!
"Terus?"
"Aku kagum aja, dia ngga mau jual tanahnya buat sekolahnya tapi dia pengen haji atau umrah aja"

Tiba-tiba hatiku sakit sekali. Apa aku tidak sesederhana itu? Apa aku terlalu boros? Apa aku terlalu banyak menuntut pada keadaan? Aku yang ikhlas nggak makan siang semasa sekolah. Aku yang rela harus menyisihkan sebagian uang saku untuk bayaran sekolah. Aku yang rela makan nasi hanya dengan garam.
Cukuplah bagiku masa kecilku saja yang menderita. Tidak untuk masa depanku.

"Emang orangtuanya Ola kerja apa?" aku bertanya hati-hati.
"Pengusaha batu bara" jawab Fajar santai.

Hatiku berdesir. Ini Ola yang terlalu sederhana atau Ola yang ingin tampak sederhana untuk menarik perhatian Fajar. Atau Ola yang tidak mau berikhtiar maksimal untuk pendidikannya?
Entahlah

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.2KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.