Nama gue dilan dan baru ngaskus 2hari yang lalu,gue tertarik untuk buat cerita masa sma gue yang menurut gue sangat menarik.
Dan ini murni kisah nyata gue tanpa ditambahkan fantasi semata.
Cerita ini 17+ ya untuk mengindari,konten yang cukup sensitif,gua harap,kalian mengerti.
The First
Malam minggu,surganya para pendosa seperti gue. Sudah sekitar satu jam gue berputar kota bogor dimalam hari ini,tanpa tujuan gue mau kemana. Kerjaan gue hanya nongkrong,party,balapan dan melakukan kenakalan yang menurut gue asik.
Gue adalah tipe orang yang kalo ingin melakukan kenakalan sesuai mood. Ntahlah,gue pun gak ngerti,umur gue baru menginjak
enam belas tahun,sangat muda untuk seukuran pendosa seperti gue,mungkin karena gue kurang perhatian orang tua sedari kecil.
Sejak usia gue menginjak 13tahun gue sudah melepas keperjakaan gue hehe,dan mengenal yang namanya rokok,senua itu bukan salah dari orang tua yang mendidik gue,tapi ini adalah salah gue,salah,pergaulan yang membuat gue seperti ini,dewasa sebelum waktunya.
Quote:
Diwaktu istirahat ini,seperti biasa gue dan Rey mencari tempat aman untuk menyalakan rokok,mulut gue udah asem banget dan,gak tahan ingin membakar sebatang rokok dan menghisapnya dalam dalam,sedalam bastian menembus kue apem.
Akhirnya kamar mandilah tujuan kami berdua,satu kamar mandi kami pakai berdua untuk membakar racun ini,asap demi asap gue hembuskan ke udara,sebatang rokok Marlb*ro merah yang notabene gue beli karena rokoknya yang gak berat dan cepat habis.
Suara kaki terdengar cukup keras,suara itu seakan semakin dekat dan kami berdua saling melempar tanda tanya sampai akhirbga pintu kamar mandi kami diketuk.
"Dilan,Rey,keluar. Bapak sudah tau." terdengar suara yang familiar dari lusr pintu,yaitu suara pak hidayat guru Bahasa Sunda kamj.
Lalu gue membuka pintu dengan rokok yang masih menyala. Dan gue bernafas lega. "Oh bapak,ngudud pak" gue mengeluarkan rokok dari saku dan menawarkannya lalu pak hidayat mengambil rokok dari bungkusnya dan lalu membakarnya.
"Dil,Rey. Makasih nih udunya,oh iya. Kalem weh didieu mah ga bakal ada guru lain,jam segini mereka lebih milih kekantin dari pada kekamar mandi gini neangan maraneh" celetuk pa hidayat . "bapak kesini karena kebelet weh,terus ada kaki ngeggantung didalem kamar mandi berdua,sugan bapa teh ada murid mesum." lanjut pak hidayat sambil tertawa kecil.
Itulah masa SMP gue dulu,bebas bukan? Pak hidayat adalah guru yang sangat friendly dan paham dengan kenakalan siswa jaman past ,kalo asem ya ngeroko,asal jangan bawa ganja ke sekolah,beliau bilang. Sungguh indah masa itu.... Andai....
Nama gue Dilan Immanuel Bjork,dan inilah kisah gue.