BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Bila cantik sudah menjadi kebutuhan
Seolah pantang bagi warga Kota Sorong untuk mengaku sakit. Bagi mereka, sakit hanya berlaku untuk orang berduit.




Dengan langkah takut setengah ragu, Alfonsina warga kompleks belakang Ringo Jalan Baru, Kota Sorong, Papua Barat mendatangi Puskesmas Malawei. Seumur hidup, baru kali ini Alfonsina periksa ke Puskesmas karena takut biaya pengobatan mahal terlebih lagi ia bersama keluarganya belum memiliki kartu layanan kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Seperti hari biasanya, siang kemarin, Rabu (2/10/2017), Alfonsina menunggu giliran dipanggil. Kondisinya sedikit payah, dengan keluhan demam tinggi, wanita berusia 40 tahun itu mengantre sebagai pasien di Puskesmas Malawei.

Setiap hari Puskesmas Malawei melayani 200 hingga 400 pasien yang datang. Tak hanya mereka yang memiliki keluhan penyakit umum yang datang berobat dan kontrol, pasien dengan penyakit spesifik, seperti HIV/AIDS juga datang. Maklum, Puskesmas Malawei, Kota Sorong merupakan salah satu dari enam Puskesmas terlengkap. Bahkan, layanan kesehatan satu ini memberikan fasilitas ruang inap bagi pasien.


Puskesmas Malawei Kota Sorong
© Hardaning Tyas /Beritagar.id


"Saya baru kali ini periksa ke Puskesmas. Itu pun didesak anak -anak di rumah karena semalam demam tinggi dan mengigau, takutnya terkena malaria tropika," pungkas Alfonsina saat ditemui Beritagar.id.

Selama ini, kata dia, jika pusing atau sakit hanya konsumsi obat yang dijual bebas di kios dekat rumahnya jadi andalan. Alfonsina tak menampik, ia khawatir akan penyakitnya sekaligus biaya yang harus ditanggung jika harus rawat inap. Belum lagi ia belum mengantungi kartu BPJS.

Secara terpisah, Kepala Puskesmas Malawei, Marjono, MPH., mengatakan layanan kesehatan di Puskesmas Malawei terbagi menjadi dua, pasien umum dan pasien yang menggunakan layanan kartu BPJS.

"Untuk pasien umum yang tidak menggunakan kartu BPJS dikenai tarif sesuai dengan Perda yang telah ditetapkan Pemerintah Kota Sorong," ungkap Marjono.

Marjono menjelaskan jenis pelayanan kesehatan yang disediakan di puskesmas ini, antara lain untuk kesehatan ibu dan anak, penyakit menular dan ruang isolasi bagi penderita HIV serta disediakan poli lansia dengan fasilitas dua ruang rawat inap untuk penyakit umum dan satu ruangan untuk isolasi penyakit menular.

"Untuk lima tahun terakhir ini riwayat penyakit tertentu, seperti malaria cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dan kebanyakan pasien yang datang mengeluhkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( ISPA), " imbuhnya.

Sebagai garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat secara langsung, menurut Marjono, pihaknya seperti program yang dicanangkan Dinas Kesehatan Kota Sorong, selalu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Puskesmas, Posyandu, dan Pos lansia menjadi titik untuk untuk melakukan sosialisasi. Ia ingin mengajak masyarakat memiliki paradigma untuk selalu menjaga kesehatan agar tidak sakit sebab mengobati lebih sulit dibanding mencegah.

Penurunan angka kesakitan penyakit umum, seperti malaria dan ISPA juga terjadi di dua Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sele Be Solu dan RSUD milik Pemda Kabupaten Sorong yang berada di wilayah Kota Sorong.

Fakta terjadinya penurunan angka pasien di beberapa titik layanan kesehatan yang menjadi tempat pengamatan Beritagar.id seolah mengamini olahan data mikro Survei Ekonomi Nasional (Susenas) BPS 2016 oleh Lokadata Beritagar.id yang menempatkan Kota Sorong sebagai kota dengan angka keluhan sakit terendah dan keluar sebagai pemenang Kaskus Beritagar.id Kota Pilihan 2017 untuk kategori Kota Sehat.



Tentu bukan pekerjaan rumah yang mudah untuk menekan angka keluhan sakit warga. Sebabnya, Pemkot Sorong pun terus menggalakkan sosialisasi dan edukasi tentang pola hidup sehat melalui Puskesmas maupun Puskesmas Pembantu yang tersebar di Distrik dan Kelurahan.

Kampanye hidup sehat dengan tujuan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit gencar dilakukan. Salah satu wujud upaya pemkot dalam menyosialisasikan hidup sehat pada warga Sorong adalah melalui kegiatan evaluasi nasional 2017, pencegahan dan pengendalian penyakit di Kota Sorong yang digelar pada akhir Oktober lalu.

Dirjen Kementerian Kesehatan Dr. H. Mohamad Subuh, MPPM, mengatakan, "Pencegahan dan pengendalian penyakit ini bisa dilakukan dengan pencegahan terhadap orang sehat supaya tidak jatuh sakit. Paling tidak bisa ditekan hingga 80 persen masyarakat sehat dan 20 persen sakit," kata Subuh.

Warga masih takut mengeluhkan masalah kesehatan

Penurunan angka keluhan sakit di beberapa pusat layanan kesehatan yang kami pantau sudah tentu berkat sedikitnya warga Sorong yang menyambangi puskesmas dan rumah sakit di sana untuk mengeluhkan masalah kesehatan mereka.

Kota Sorong, sebagai pintu gerbang Papua dan kota termaju di wilayah Papua Barat dalam lima tahun terakhir, berbagai fasilitas kesehatan mulai tumbuh, mulai dari RSUD yang sudah ada sejak 10 tahun silam, puskesmas, dan rumah sakit swasta. Namun sepertinya, tak banyak warga Sorong yang berani berterus terang dengan kondisi kesehatan mereka dan menikmati fasilitas kesehatan yang sudah disediakan pemerintah.

Relawan penggerak rumah singgah Sedekah Rombongan (SR) Sorong Bergerak, Faisal, mengatakan, nyatanya banyak masyarakat kurang mampu di Kota Sorong yang tidak melakukan cek kesehatan maupun mendatangi rumah sakit dan puskesmas. Fenomena ini terjadi, kata dia, disebabkan kurangnya sosialisasi fasilitas kesehatan gratis dengan menggunakan kartu BPJS kesehatan.

"Biasanya, pasien kurang mampu ini takut untuk memeriksakan kesehatannya karena terbentur biaya. Mereka mengira biaya rumah sakit mahal, " kata Faisal.

SR Sorong Bergerak merupakan komunitas swadaya anak-anak muda Sorong yang bertujuan memberikan bantuan dan pertolongan bagi pasien kurang mampu. Menurutnya, jumlah masyarakat yang sakit cukup banyak, tetapi jarang yang memeriksakan kesehatan secara intensif.

Bagi warga Sorong, peranan Sedekah Rombongan (SR) Sorong bergerak sangat membantu masyarakat kurang mampu terutama yang membutuhkan layanan kesehatan. Gerakan membantu warga Sorong yang tidak mampu untuk mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak telah dilakukan oleh kelompok ini sejak 2012.

Alfonsina misalnya, ia tidak pernah punya niat menyambangi puskesmas karena merasa takut akan biaya berobat mengingat kondisi keluarganya yang tidak mampu. Profesinya sebagai ibu rumah tangga dan suaminya yang hanya sebagai nelayan musiman, membuat perempuan ini tidak memedulikan kondisi kesehatannya.

Selengkapnya: https://beritagar.id/artikel/laporan...=Kota%20Sorong

Baca juga dari kategori Kota Pilihan:

Loyalitas para konsumen terhadap salon kecantikan
Lansia pun bisa berdaya
Lebih dekat dengan Kampung KB di Kota Banjar
Geliat generasi milenial negeri Serambi Mekkah

Diubah oleh BeritagarID 16-11-2017 03:10
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
15.1K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread730Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.