- Beranda
- The Lounge
Ketika Generasi 90'an "Shock" Melihat Kelakuan Generasi Kekinian
...
TS
napelogini
Ketika Generasi 90'an "Shock" Melihat Kelakuan Generasi Kekinian
Quote:
Termasuk di Kaskus, sudah banyak artikel yang mengulas tentang segala hal yang berbau tahun 90'an. Mulai dari persoalan sosial politik, pendidikan, budaya, gaya hidup, dan atau hanya sekedar cerita nostalgia.
Mereka yang pernah mengalami masa-masa di tahun 90'an, dengan kompak akan mengatakan. Bahwa era 90'an adalah era terbaik buat mereka.
Bahkan diantara mereka banyak yang mengatakan "bahwa zaman 80'an hingga 90'an, adalah zaman dimana anak-anak muda Indonesia saat itu di klaim sebagai generasi emas yang kuat dan berkarakter". Benarkah demikian?
Lalu apa yang mendasari mereka hingga ada klaim semacam itu? Apakah karena faktor kehidupan sosial budaya serta kehidupan politik saat itu yang relatif damai dan kondusif?
Atau mungkin karena saat itu serbuan teknologi informasi tidak segila seperti di zaman sekarang? Atau jangan-jangan generasi 80'an hingga 90'an tidak pernah dicekoki oleh yang namanya "micin"?
Padahal micin di zaman itu juga sudah banyak. Lagipula apa hubungannya dengan micin sebagai penyedap rasa?
Waktu terus berjalan, dan mereka para generasi 80'an dan 90'an pun "dipaksa" harus mengikuti jalannya proses perubahan.
Sampai satu ketika mereka dikejutkan oleh banyak hal yang terjadi di jaman sekarang.
Lalu apa yang membuat generasi 80'an dan 90'an terkejut melihat kehidupan di zaman sekarang? Ternyata ini penyebabnya :
1. Generasi Manja, Cengeng, Dan Amoral
Sebagai orang yang pernah mengalami kehidupan di zaman 80'an. Bisa jadi pada beberapa hal saya sepakat dengan mereka yang menyebut bahwa generasi hari ini, adalah generasi yang manja, cengeng, dan amoral.
Mohon maaf, saya tidak katakan generasi sekarang semuanya berkelakuan seperti itu. Tapi rata-rata kebanyakan memang begitu. Bagaimana tidak?
Terhitung sejak pasca reformasi hingga 2017, sudah berapa banyak media yang memberitakan kasus guru yang di buli dan di aniaya oleh murid dan orangtuanya? Begitu pula sebaliknya.
Saking banyaknya kasus, saya tidak bisa menyebutkan satu persatu bagaimana bobroknya moral dan akhlaq anak-anak muda zaman sekarang.
Sudah berapa orang tenaga pengajar yang dengan niat baiknya ingin mendidik akhlaq anak muridnya, tapi malah dipolisikan hingga di penjara? Silahkan dihitung sendiri!
Jadi rasanya wajar saja jika generasi 80'an dan 90'an merasa shock dan terheran-heran melihat kejadian seperti itu. Bagi mereka semua itu sulit diterima akal sehat dan hati nurani.
Bayangkan saja! Hanya karena seorang guru menjewer kuping anak muridnya yang bandel kelewat batas........Hanya karena sang guru menyuruh sholat, hanya karena memukul ringan tak berbekas apalagi menyakiti. Lalu sang guru pun dicaci maki, dituntut, di viralkan lalu dipenjara.
Saya menjadi saksi dan pelaku langsung, bagaimana dulu ada banyak pelajar SD dan SMP yang hanya karena bajunya tidak dimasukkan ke dalam celana ia akan dihukum berlari 3 x memutari lapangan basket atau sepak bola.
Saya adalah orang yang dulu pernah ditampar dengan keras beberapa kali hingga dibenturkan ke papan tulis. Hanya karena lempar-lemparan kertas dan menggoda teman perempuan.
Dulu saat SMP, saya dan belasan teman lainnya adalah orang yang pernah iseng mengintip seorang guru muda cantik yang sedang pipis lalu ketahuan. Demi Tuhan, kami semua saat itu di hukum habis-habisan.
Apa kemudian saya menangis histeris, seraya mendramatisir kejadiannya lalu mengadukannya ke orangtua? Merengek meminta agar si guru dituntut lalu di penjara. TIDAK!
Yang ada justru kami takut orangtua kami akan lebih marah karena anaknya bikin ulah di sekolah. Karena saat itu tak sedikit orangtua yang malah membela sang guru daripada anaknya sendiri.
Hebatnya lagi, dari hasil banyak cerita, bahwa situasi seperti itu lazim terjadi hampir di seluruh Indonesia. Karena bagi kami guru tetaplah guru yang wajib kami hormati dan kami cintai.........
2. Generasi Fakir Etika
Faktor kedua yang membuat generasi 80'an dan 90'an shock melihat generasi kekinian adalah, ketika anak-anak SD hingga mahasiswa jaman sekarang rata-rata seperti tak beretika (tak punya adab dan sopan santun).
Saya tidak katakan semuanya, tapi kebanyakan iya. Bagaimana tidak?
Coba kita perhatikan, di jaman sekarang yang namanya status guru atau dosen itu hanya berlaku ketika di sekolah atau kampus saja. Selebihnya mungkin tidak....
Bayangkan! Ketika di luar sekolah ada banyak anak-anak SD, SMP, SMU, hingga perguruan tinggi yang cuek bebek. Bahkan seolah tak kenal pada guru-gurunya ketika berpapasan.
Budaya mencium tangan sang guru atau dosen sepertinya tak dipakai lagi. Ini fakta!
Bukan cuma itu, anak-anak jaman sekarang sudah tidak bisa lagi membedakan mana teman sebaya dan mana teman kakak atau teman orangtuanya. Semua diperlakukan sama....
Miris ketika banyak anak-anak SD yang memanggil nama kakak kelasnya yang SMP atau SMU tanpa embel embel "Kakak atau abang".
Seolah mereka tak diajarkan bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua.
3. Generasi "Humblebragger"
Seiring pesatnya arus teknologi, generasi muda jaman sekarang seolah dimanjakan oleh beragam gadget canggih.
Dari anak tukang becak hingga anak sang raja. Dari professor hingga anak TK semua punya smartphone.
Setiap kali saya buka aplikasi media sosial. Fenomena "Humblebragging" itu selalu muncul. Baik dalam bentuk foto atau sekedar status. Kadang miris kadang juga pengen tertawa karena statusnya yang "rada-rada".
Dalam bahasa sederhana "Humblebragging" bisa diartikan sebagai bentuk "pamer terselubung". Dengan kata lain "Humblebragging" adalah cara seseorang untuk menyombongkan diri dengan cara merendah.
"Lagi sibuk ngurus acara amal nih, lelah harus bolak balik ketemu menteri sosial"
"lagi bingung di showroom Lamborgini buat hadiah ulang tahun pembantu yang selalu naik angkot"
Dengan modal hp semua hal difoto dan dipamerkan. Bahkan untuk hal yang tidak penting sekalipun.
Mulai dari tiket bioskop, behel gigi, kunci mobil, merek celana dalam, hingga cangkir kopi produk Amerika. Persetan dibilang norak, masa bodo dibilang kampungan yang penting eksis dan bisa pamer.....
Tak cukup dengan itu, mereka yang mengaku generasi milenial juga hobi merekam setiap peristiwa. Saking asiknya merekam momen, mereka lupa bahwa orang yang tengah direkam ternyata sedang meregang nyawa dan butuh pertolongan.
Mengambil foto, merekam, atau membuat status adalah haknya. Namun sayangnya semua itu tidak diimbangi oleh filter moral dan kearifan. Apalagi jika yang selama ini dipamerkan di medsos ternyata hoax atau palsu.
Saya, napelogini.........Terima kasih.
Oleh : napelogini @kaskus
Photo : Google
Mereka yang pernah mengalami masa-masa di tahun 90'an, dengan kompak akan mengatakan. Bahwa era 90'an adalah era terbaik buat mereka.
Bahkan diantara mereka banyak yang mengatakan "bahwa zaman 80'an hingga 90'an, adalah zaman dimana anak-anak muda Indonesia saat itu di klaim sebagai generasi emas yang kuat dan berkarakter". Benarkah demikian?
Lalu apa yang mendasari mereka hingga ada klaim semacam itu? Apakah karena faktor kehidupan sosial budaya serta kehidupan politik saat itu yang relatif damai dan kondusif?
Atau mungkin karena saat itu serbuan teknologi informasi tidak segila seperti di zaman sekarang? Atau jangan-jangan generasi 80'an hingga 90'an tidak pernah dicekoki oleh yang namanya "micin"?
Padahal micin di zaman itu juga sudah banyak. Lagipula apa hubungannya dengan micin sebagai penyedap rasa?
Waktu terus berjalan, dan mereka para generasi 80'an dan 90'an pun "dipaksa" harus mengikuti jalannya proses perubahan.
Sampai satu ketika mereka dikejutkan oleh banyak hal yang terjadi di jaman sekarang.
Lalu apa yang membuat generasi 80'an dan 90'an terkejut melihat kehidupan di zaman sekarang? Ternyata ini penyebabnya :
1. Generasi Manja, Cengeng, Dan Amoral
Sebagai orang yang pernah mengalami kehidupan di zaman 80'an. Bisa jadi pada beberapa hal saya sepakat dengan mereka yang menyebut bahwa generasi hari ini, adalah generasi yang manja, cengeng, dan amoral.
Mohon maaf, saya tidak katakan generasi sekarang semuanya berkelakuan seperti itu. Tapi rata-rata kebanyakan memang begitu. Bagaimana tidak?
Terhitung sejak pasca reformasi hingga 2017, sudah berapa banyak media yang memberitakan kasus guru yang di buli dan di aniaya oleh murid dan orangtuanya? Begitu pula sebaliknya.
Saking banyaknya kasus, saya tidak bisa menyebutkan satu persatu bagaimana bobroknya moral dan akhlaq anak-anak muda zaman sekarang.
Sudah berapa orang tenaga pengajar yang dengan niat baiknya ingin mendidik akhlaq anak muridnya, tapi malah dipolisikan hingga di penjara? Silahkan dihitung sendiri!
Jadi rasanya wajar saja jika generasi 80'an dan 90'an merasa shock dan terheran-heran melihat kejadian seperti itu. Bagi mereka semua itu sulit diterima akal sehat dan hati nurani.
Bayangkan saja! Hanya karena seorang guru menjewer kuping anak muridnya yang bandel kelewat batas........Hanya karena sang guru menyuruh sholat, hanya karena memukul ringan tak berbekas apalagi menyakiti. Lalu sang guru pun dicaci maki, dituntut, di viralkan lalu dipenjara.
Saya menjadi saksi dan pelaku langsung, bagaimana dulu ada banyak pelajar SD dan SMP yang hanya karena bajunya tidak dimasukkan ke dalam celana ia akan dihukum berlari 3 x memutari lapangan basket atau sepak bola.
Saya adalah orang yang dulu pernah ditampar dengan keras beberapa kali hingga dibenturkan ke papan tulis. Hanya karena lempar-lemparan kertas dan menggoda teman perempuan.
Dulu saat SMP, saya dan belasan teman lainnya adalah orang yang pernah iseng mengintip seorang guru muda cantik yang sedang pipis lalu ketahuan. Demi Tuhan, kami semua saat itu di hukum habis-habisan.
Apa kemudian saya menangis histeris, seraya mendramatisir kejadiannya lalu mengadukannya ke orangtua? Merengek meminta agar si guru dituntut lalu di penjara. TIDAK!
Yang ada justru kami takut orangtua kami akan lebih marah karena anaknya bikin ulah di sekolah. Karena saat itu tak sedikit orangtua yang malah membela sang guru daripada anaknya sendiri.
Hebatnya lagi, dari hasil banyak cerita, bahwa situasi seperti itu lazim terjadi hampir di seluruh Indonesia. Karena bagi kami guru tetaplah guru yang wajib kami hormati dan kami cintai.........
2. Generasi Fakir Etika
Faktor kedua yang membuat generasi 80'an dan 90'an shock melihat generasi kekinian adalah, ketika anak-anak SD hingga mahasiswa jaman sekarang rata-rata seperti tak beretika (tak punya adab dan sopan santun).
Saya tidak katakan semuanya, tapi kebanyakan iya. Bagaimana tidak?
Coba kita perhatikan, di jaman sekarang yang namanya status guru atau dosen itu hanya berlaku ketika di sekolah atau kampus saja. Selebihnya mungkin tidak....
Bayangkan! Ketika di luar sekolah ada banyak anak-anak SD, SMP, SMU, hingga perguruan tinggi yang cuek bebek. Bahkan seolah tak kenal pada guru-gurunya ketika berpapasan.
Budaya mencium tangan sang guru atau dosen sepertinya tak dipakai lagi. Ini fakta!
Bukan cuma itu, anak-anak jaman sekarang sudah tidak bisa lagi membedakan mana teman sebaya dan mana teman kakak atau teman orangtuanya. Semua diperlakukan sama....
Miris ketika banyak anak-anak SD yang memanggil nama kakak kelasnya yang SMP atau SMU tanpa embel embel "Kakak atau abang".
Seolah mereka tak diajarkan bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua.
3. Generasi "Humblebragger"
Seiring pesatnya arus teknologi, generasi muda jaman sekarang seolah dimanjakan oleh beragam gadget canggih.
Dari anak tukang becak hingga anak sang raja. Dari professor hingga anak TK semua punya smartphone.
Setiap kali saya buka aplikasi media sosial. Fenomena "Humblebragging" itu selalu muncul. Baik dalam bentuk foto atau sekedar status. Kadang miris kadang juga pengen tertawa karena statusnya yang "rada-rada".
Quote:
Dalam bahasa sederhana "Humblebragging" bisa diartikan sebagai bentuk "pamer terselubung". Dengan kata lain "Humblebragging" adalah cara seseorang untuk menyombongkan diri dengan cara merendah.
"Lagi sibuk ngurus acara amal nih, lelah harus bolak balik ketemu menteri sosial"
"lagi bingung di showroom Lamborgini buat hadiah ulang tahun pembantu yang selalu naik angkot"
Dengan modal hp semua hal difoto dan dipamerkan. Bahkan untuk hal yang tidak penting sekalipun.
Mulai dari tiket bioskop, behel gigi, kunci mobil, merek celana dalam, hingga cangkir kopi produk Amerika. Persetan dibilang norak, masa bodo dibilang kampungan yang penting eksis dan bisa pamer.....
Tak cukup dengan itu, mereka yang mengaku generasi milenial juga hobi merekam setiap peristiwa. Saking asiknya merekam momen, mereka lupa bahwa orang yang tengah direkam ternyata sedang meregang nyawa dan butuh pertolongan.
Mengambil foto, merekam, atau membuat status adalah haknya. Namun sayangnya semua itu tidak diimbangi oleh filter moral dan kearifan. Apalagi jika yang selama ini dipamerkan di medsos ternyata hoax atau palsu.
Quote:
Saya, napelogini.........Terima kasih.
Oleh : napelogini @kaskus
Photo : Google
0
82.7K
660
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.1KThread•91KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya