Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ryan.manullangAvatar border
TS
ryan.manullang
Refleksi 10 November, Bangkitlah Patriotisme Indonesia!!

2.bp.blogspot.com

Masihkah kita bisa bicara soal patriotisme sekarang ini?
Di tengah situasi negara yang pemimpinnya penuh dengan korupsi, serta berbagai masalah bangsa lainnya yang tak terselesaikan, masihkah kita bisa mencintai bangsa Indonesia sekarang ini?
Mari kita mulai dengan pengertian singkat. Patriotisme adalah rasa cinta pada bangsa dan negaranya sendiri. Rasa cinta itu terwujud di dalam tindakan nyata.

Ada empat aspek dari patriotisme.
Yang pertama, patriotisme mencakup afeksi, yakni perasaan sayang dan cinta, pada negara dan bangsanya.
Yang kedua, patriotisme mencakup kepedulian pada kekayaan maupun permasalahan negaranya sendiri.
Yang ketiga, patriotisme mencakup beragam upaya untuk memperbaiki situasi bangsa dan negara.
Yang keempat, patriotisme mencakup kesediaan untuk rela berkorban, demi kebaikan bangsa dan negaranya.

Dahulu kala patriotisme diterjemahkan sebagai aksi angkat senjata melawan penjajah Belanda dan Jepang. Para pejuang Indonesia bersedia merelakan hidup mereka, demi mengusir penjajah yang merugikan bangsa dan negara Indonesia. Namun sekarang ini penjajah, dalam arti kolonialisme Belanda dan Jepang, sudah tidak ada. Maka patriotisme pun harus diartikan dengan cara berbeda.
Sekarang ini patriotisme haruslah diartikan sebagai upaya untuk mewujudkan kebaikan bagi semua pihak di Indonesia. Berbagai upaya perlu dilakukan, mulai dari perbaikan kualitas pendidikan, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, dan sebagainya. Musuh utama patriotisme adalah sikap-sikap yang merugikan kehidupan bersama, seperti sikap materialistik (hanya peduli uang), hedonistik (hanya mencari kenikmatan), apatis (tidak peduli pada urusan bersama), dan egois (hanya memikirkan kepentingan pribadi, keluarga, ataupun golongannya).
Di sisi lain patriotisme sekarang ini haruslah diartikan sebagai upaya untuk memperjuangkan dan menegaskan eksistensi diri melawan kecenderungan-kecenderungan negatif jaman, seperti budaya suap dan sikap korup. Di tengah jaman yang terus berubah ini, orang justru harus menegaskan jati dirinya sebagai orang Indonesia yang tak tergoda untuk jatuh ke dalam korupsi. Ingat yang menjadi cita-cita patriotisme sekarang ini adalah upaya-upaya untuk mewujudkan kebaikan bersama bagi semua pihak di Indonesia.

Namun sebelum berbicara tentang rasa sayang dan cinta pada bangsa Indonesia, kita perlu terlebih dahulu bertanya, apa itu Indonesia? Indonesia adalah sebuah visi bersama dari para pendiri republik (Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan yang lainnya), yang terwujud melalui perjanjian sosial untuk membentuk suatu negara. Maka dapatlah dikatakan bahwa Indonesia adalah bentukan kita bersama, yakni beragam suku, etnis, dan agama yang begitu beragam, dan tersebar di seluruh Indonesia.
Namun visi bersama yang bernama Indonesia itu seolah terlupakan. Seperti dikatakan oleh Bung Karno dahulu, kemerdekaan Indonesia adalah sebuah jembatan emas untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Namun jembatan ini seolah goyang, dan nyaris runtuh. Visi bersama yang luhur itu ditutupi oleh kabut korupsi dan pelbagai masalah sosial lainnya yang membuat hidup bersama menjadi amat sulit. Padahal kalau dipikirkan lebih dalam, Indonesia sebagai visi bersama bukanlah pemerintahan yang korup, ataupun teroris yang melakukan bom bunuh diri.
Indonesia sebagai visi bersama, sebagai jembatan emas, jauh lebih tinggi dan luhur dari semua itu. Kita boleh membenci pemerintah yang korup, ataupun teroris yang melakukan bom bunuh diri. Namun kita –sebagai warga negara Indonesia tidak pernah boleh membenci Indonesia sebagai visi bersama yang nyaris, namun tak pernah boleh, terlupakan.

Jelaslah bahwa patriotisme di Indonesia kian luntur. Banyak orang-orang muda, yang seharusnya memiliki rasa cinta yang berapi-api kepada bangsanya, terlena oleh buaian teknologi dan barang-barang konsumsi yang menggiurkan. Mereka menjadi anak-anak muda pemburu teknologi, dan lupa pada cita cita kebaikan bersama bagi semua pihak. Mereka menjadi anak-anak muda yang tidak peduli, sekaligus apolitis (seolah bisa hidup sendiri, tanpa pihak lain).

Lalu bagaiman bentuk konkret dari rasa cinta pada Indonesia sebagai visi bersama yang luhur tersebut? Setidaknya ada dua. Yang pertama, kita bisa menjadi pencipta sebagai penyebar ide-ide pencerahan yang berguna untuk perkembangan Indonesia, baik dalam bidang, ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Yang kedua, kita bisa turun ke lapangan untuk menciptakan gerakan sosial, ataupun organisasi, bagi perkembangan masyarakat, dan konsisten berjuang di dalamnya. Ini semua penting supaya bangsa Indonesia sungguh bisa merdeka, baik secara politik, ekonomi, maupun pemikiran. Ide-ide pencerahan amat diperlukan, sehingga pikiran kita sebagai bangsa tidak sempit, dan kemudian bisa melihat kemungkinan-kemungkinan lain untuk menciptakan kemajuan. Aksi nyata juga amat diperlukan, supaya ide-ide tersebut bisa menjadi gerakan nyata yang memperbaik kualitas hidup masyarakat. Di sisi lain juga amat penting ditekankan penguasaan sains dan teknologi sekarang ini. Tak berlebihan jika dikatakan, bahwa siapa yang menguasai sains dan teknologi, dialah yang menjadi penguasa dunia sekarang ini.
Ini penting supaya Indonesia tidak melulu menjadi pengikut pemikiran bangsa lain, ataupun konsumen produk semata, tetapi juga menjadi bangsa inovator yang mencipta dan berkarya untuk kebaikan bersama. Di balik semua itu, peran serta orang muda amatlah diperlukan.

Mengapa orang muda? Karena merekalah yang memiliki semangat untuk berpikir berbeda, dan menerapkannya ke dalam realitas. Mereka masih memiliki idealisme luhur yang amat sulit ditemukan di kalangan orang-orang tua. Tentu saja yang penting adalah semangat muda, yakni semangat untuk selalu berpikir berbeda dari yang umum, demi kebaikan bersama. Karena mungkin saja terjadi adanya orang-orang muda yang berpikiran seperti orang-orang tua yang kolot dan miskin inovasi. Banyak orang muda sekarang hidup mapan dibuai kekayaan dan teknologi. Mereka merasa bahwa semuanya baik-baik saja, dan tidak ada masalah yang perlu dipikirkan, selain mencari nilai tinggi di dalam sekolah mereka. Mereka mapan sehingga miskin inovasi, dan berpikiran kolot, seperti layaknya orang tua. Sikap patriotis tidak ada artinya untuk mereka. Ada juga orang-orang yang seolah memiliki patriotisme tinggi, namun sebenarnya hanya menggunakan alasan-alasan berbau patriotis untuk menyembunyikan ambisi pribadi mereka untuk menjadi terkenal. Mereka berprestasi di berbagai bidang, dan meraih penghargaan internasional dengan membawa nama Indonesia. Namun jika diselidiki lebih dalam, motif mereka adalah ketenaran pribadi, dan tidak ada hubungannya dengan rasa cinta pada bangsa dan negara Indonesia. Mereka adalah para egois berselubungkan cita-cita patriotis semu. Ini terjadi karena mereka salah didik. Bukan berita baru bahwa sistem dan paradigma pendidikan di Indonesia kacau balau. Pendidikan mengikuti pola pasar bebas yang penuh dengan kompetisi. Akibatnya para peserta diri hanya berfokus untuk menang (dapat nilai tertinggi dengan berbagai cara, termasuk menyontek), dan tak peduli pada nilai-nilai luhur kehidupan, atau visi bersama yang amat luhur, yang bernama Indonesia.

Memang sulit sekali untuk mencintai, jika kita tidak mempunyai alasan untuk mencintai. Kita diminta untuk mencintai Indonesia. Namun kita tidak pernah diberi alasan yang cukup masuk akal, mengapa kita harus mencintainya? Akibatnya cinta kita pun setengah hati, dan tak jadi realitas. Kita perlu mencintai Indonesia, karena seluruh hidup kita berhutang pada sistem maupun visi bersama yang disebut sebagai Indonesia. Kita adalah Indonesia! Kita memiliki sekaligus dimiliki oleh bangsa dan negara kita, yakni Indonesia. Namun memiliki haruslah dengan cinta, dan bukan dengan niat untuk menguasai. Memiliki dengan niat menguasai, pada akhirnya, sama dengan menghancurkan.
Masalah lain yang muncul adalah perbedaan antara visi pribadi dan visi bangsa. Namun ini sebenarnya pemahaman yang salah. Jika saya peduli dengan diri saya sendiri, maka saya pun juga harus peduli dengan bangsa tempat saya hidup dan bertumbuh di dalamnya. Maka tidak ada perbedaan yang sungguh signifikan antara kepentingan pribadi saya di satu sisi, dan kepentingan bangsa dan negara di sisi lain. Kesadaran semacam ini bisa muncul, jika pendidikan di Indonesia sudah memiliki paradigma yang tepat. Nyatanya banyak orang –terutama orang muda- tak memiliki akses ke pendidikan yang bermutu. Akibatnya mereka tetap terjebak di dalam kebodohan dan kemiskinan. Kita sebagai bangsa dengan pemerintah sebagai ujung tombaknya harus mengupaya pendidikan bermutu yang berlaku untuk semua.

Masalah lain yang banyak muncul adalah sikap sektarian sempit yang hanya berfokus pada kebaikan suku, etnis, ataupun kelompok agamanya semata. Patriotisme Indonesia dilindas oleh sikap sempit sukuisme, dan berbagai sikap sempit lainnya. Inilah sikap cinta tanah air yang terkotak-kotak dan setengah hati yang mengancam visi bersama yang luhur dari para pendiri bangsa kita. Pemerintah sendiri tidak menghargai niat baik dari orang-orang yang bersedia mengorbankan diri untuk kepentingan bangsanya. Tidak hanya merasa tidak dihargai, orang-orang itu pun cenderung merasa dirugikan. Hal ini menjadi contoh bagi orang-orang lainnya yang mungkin memiliki niat baik untuk membela kepentingan bangsanya.

Banyak juga orang salah berpikir soal patriotisme. Mereka menyangka bahwa l para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri adalah pahlawan negara yang patut mendapat julukan seorang patriot. Padahal mereka pergi ke luar negeri bukan untuk membela negara, melainkan untuk cari uang, karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak di tanah airnya sendiri. Jadi kita pun harus kritis terhadap penggunaan konsep patriotisme di dalam percakapan sehari-hari. Sikap patriotis hanya dapat berjalan dengan lancar, jika orang memiliki integritas. Dalam arti ini integritas adalah ketahanan diri untuk tetap berpegang pada nilai-nilai kehidupan, lepas dari beragam tantangan yang mengancam. Dalam arti ini integritas juga berarti keberanian untuk mengambil posisi yang benar, walaupun posisi itu terkesan tidak populer. Tanpa integritas yang kokoh, tidak akan ada patriotisme. Integritas ditambah dengan cinta pada bangsa akan,menjadi daya dorong pencipta patriotisme yang kuat.

Cinta pada bangsa dan negara Indonesia berarti mengenali, mencintai, dan memperjuangkan kebaikan bersama orang-orang yang ada di dalamnya. Tidak ada cinta tanpa niat untuk mengenali. Dan tidak ada cinta, tanpa perjuangan nyata untuk membuat keadaan menjadi lebih baik. Patriotisme juga mesti dibedakan dari sikap meledak-ledak sementara untuk mencintai bangsa. Sikap meledak-ledak ini akan lenyap ditelan waktu dan kebosanan. Patriotisme harus lahir dari afeksi hati pada visi bersama yang bernama Indonesia. Afeksi tersebut kemudian dituangkan di dalam proyek hidup yang bertujuan untuk menciptakan kebaikan bersama di Indonesia. Patriotisme Indonesia adalah proyek besar yang membutuhkan komitmen seumur hidup. Maka diskusi tentang patriotisme harus lebih sering digulirkan. Wacana tentang patriotisme harus lebih sering terdengar, terutama oleh anak-anak muda harapan bangsa. Tujuannya adalah supaya kesadaran patriotik semacam itu bisa tersebar dan terus berkembang. Semuanya demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yakni kemerdekaan yang menjadi jembatan emas menuju keadilan dan kemakmuran.

Cara lain adalah dengan menggali secara mendalam dasar negara kita, yakni Pancasila. Diperlukan kajian kritis dan refleksi atas makna Pancasila bagi perkembangan bangsa dan negara Indonesia sekarang ini. Slogan yang tepat adalah; Indonesia., kenalilah, cintailah, dan perjuangkan! Kita tidak bisa sungguh mengenal Indonesia, sebelum memahami secara mendalam makna dari Pancasila. Juga diperlukan kesadaran dari setiap warga negara untuk membentuk dirinya semaksimal mungkin dengan cara belajar tanpa henti. Kesadaran untuk membentuk dan mengembangkan diri dibalut dengan sikap peduli pada sesama manusia yang membutuhkan. Semua ini bisa dikembangkan dari aksi-aksi kecil, namun konkret, yang perlahan namun pasti bisa berkembang menjadi gerakan bersama.

Patriotisme juga tidak hanya berarti sikap buta-fanatik pada kepentingan bangsa dan negara tertentu. Patriotisme lahir dari afeksi dan niat baik, maka tidak pernah bermuara pada penghancuran pihak-pihak lain secara tidak beradab, walaupun pihak-pihak itu berseberangan kepentingannya dengan kepentingan bangsa dan negara. Maka patriotisme harus dibalut dengan sikap kritis dan cinta universal. Tanpa dua hal itu, patriotisme hanya menjadi sikap sempit buta di dalam membela kepentingan bangsa dan negara tertentu.

Kita memomentumkan kembali hari pahlawan 10 November di Indonesia. Jadikan momen ini sebagai saat untuk melakukan refleksi tentang patriotisme, dan memperkuat hati untuk berbuat sesuatu demi terciptanya kebaikan bersama di Indonesia. Bangkitlah patriotisme Indonesia!






sumber tulisan
Diubah oleh ryan.manullang 09-11-2017 18:10
0
9.3K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.