BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Pangeran Muhammad bersih-bersih di Arab Saudi

Pangeran Muhammad bin Salman, putra mahkota Kerajaan Arab Saudi yang gencar melakukan perubahan.
Sedang terjadi "pembersihan" besar-besaran di Kerajaan Arab Saudi dan Pangeran Muhammad bin Salman (kerap ditulis Pangeran Mohammed), yang tengah mengonsolidasikan kekuatan sejak diangkat sebagai putra mahkota, diduga kuat sebagai aktor pendorongnya.

Pada Sabtu (4/11/2017), dikabarkan Kantor Berita Arab Saudi (SPA), Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud mengeluarkan Dekrit Kerajaan untuk pembentukan Komite Tinggi yang dipimpin oleh Pangeran Mohammed.

Komite tersebut diberi kekuasaan amat besar--melebihi hukum, regulasi, instruksi, perintah dan keputusan yang berlaku--untuk menindak semua orang yang dianggap telah melakukan korupsi.

Mereka juga diberi hak untuk penyelidikan, penahanan, pencekalan, atau membekukan aset dari siapapun yang dipandang melakukan tindak korupsi.

Dalam pernyataan resminya, Raja Salman menyatakan tindakan tersebut dilakukan karena "kami telah melihat eksploitasi oleh beberapa orang berjiwa lemah yang menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan publik, dengan tujuan, secara tidak sah, menumpuk uang."

Pemerintah Arab Saudi telah semakin gerah dengan korupsi yang semakin merajalela dalam beberapa tahun terakhir dan Pangeran Muhammad telah berjanji untuk menjadikan bisnis lebih transparan.

"Kami semakin gelisah dengan kasus korupsi. Semua yang bersalah akan dihukum. Tak seorang pun berada di atas hukum, baik dia seorang pangeran atau seorang menteri," kata Pangeran Muhammad dalam wawancara dengan Al Arabiya pada Mei 2017.

Hanya beberapa saat setelah maklumat tersebut keluar, tim yang dipimpin Pangeran Muhammad langsung bergerak. Tak tanggung-tanggung, puluhan orang ditahan, termasuk 11 pangeran, empat menteri, beberapa bekas menteri, pejabat negara, serta pebisnis.

Belum jelas kasus korupsi apa yang dituduhkan kepada mereka, tetapi, mengutip Al Arabiya, Komite Tinggi itu mengumumkan tengah membuka kembali berkas-berkas terkait banjir di Jeddah pada 2009 dan respon pemerintah saat menyebarnya virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Setelah penangkapan dilakukan, The New York Times mengabarkan bahwa hotel The Ritz Carlton di Riyadh langsung dikosongkan. Diduga mereka yang ditangkap ditahan sementara di hotel mewah tersebut.

Pangeran Alwaleed Bin Talal Bin Abdulaziz Al Saud, salah satu tokoh bisnis terkemuka Arab Saudi yang ditahan oleh Komite Tinggi.
Termasuk yang ditahan adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, yang kerap disebut sebagai "Warren Buffet dari Arab" karena investasinya yang menyebar ke mana-mana. Salah satu orang terkaya di dunia ini--No. 45 dalam daftar Forbes 2017--juga merupakan tokoh kontroversial karena gaya hidup dan keberaniannya menyuarakan pendapat.

Penahanannya sempat mengagetkan pasar saham dunia karena Alwaleed, melalui perusahaan Kingdom Holding, adalah investor di beberapa perusahaan besar, termasuk Citigroup, Newscorp, dan Twitter, serta sejumlah jaringan hotel ternama.
Konsolidasi kekuasaan
Walau penahanan tersebut diumumkan sebagai usaha untuk pemberantasan korupsi, namun para pengamat Timur Tengah lebih melihatnya sebagai upaya untuk menempatkan semua kekuasaan, terutama militer, di bawah kendali MbS--sebutan lain Pangeran Muhammad.

Apalagi, sebelum penangkapan dilakukan, tiga menteri diberhentikan dari jabatannya, yaitu Menteri Ekonomi dan Perencanaan Adel bin Mohammed Faqih, Menteri Pertahanan Nasional Pangeran Miteb bin Abdullah bin Abdulaziz, dan Panglima Angkatan Laut Admiral Abdullah bin Sultan bin Mohammed Al-Sultan.

Ketiganya diganti oleh mereka yang disebut dekat dengan sang putra mahkota, yaitu Pangeran Khalid bin Abdulaziz sebagai menteri pertahanan nasional, Muhammad bin Mazyad Al-Tuwaijri sebagai menteri ekonomi dan perencanaan, serta Vice Admiral Fahd bin Abdullah Al-Ghifaili sebagai Panglima Angkatan Laut.

Pangeran berusia 32 tahun itu, sejak diangkat sebagai putra mahkota menggantikan Muhammad bin Nayef dan menteri pertahanan pada 21 Juni 2017, memang langsung tancap gas untuk mulai membangun pondasi untuk mewujudkan visinya sebagai pemimpin Arab Saudi kelak.

Langkah-langkah yang diambilnya kerap dianggap terlalu berani, pun sulit ditebak. Segala keputusan memang keluar dari mulut Raja Salman, tetapi bukan rahasia lagi jika Pangeran Muhammad adalah pendorongnya.

Keputusan pemerintah Arab Saudi untuk mengizinkan perempuan menyopir mobilnya di jalanan umum mulai tahun depan dan pembangunan resor mewah dengan aturan "longgar" untuk turis di Laut Merah adalah beberapa dari langkah berani dan sulit ditebak itu.
#TheRedSeaProject promises you an unforgettable experience. Catch a glimpse at this video [URL="https://S E N S O RXGVNM991w7"]pic.twitter.com/XGVNM991w7[/URL]
— مشروع البحر الأحمر (@TheRedSeaSA) August 1, 2017
Gebrakan-gebarakan tersebut merupakan bagian dari rencana pembangunan jangka panjang Arab Saudi yang disebut Pangeran Muhammad sebagai "Vision 2030".

Melalui Visi 2030 itu, pemerintah Arab Saudi akan menekankan arah pembangunan pada diversifikasi ekonomi agar tak hanya mengandalkan minyak bumi yang harganya terus turun.

Dalam wawancara dengan The Guardian, Pangeran Muhammad menyatakan bahwa negara Islam ultra-konservatif itu telah dalam keadaan "tidak normal" selama 30 tahun terakhir, sebagai akibat dari doktrin-doktrin kaku yang mengatur kehidupan masyarakat.

"Kami hanya kembali kepada apa yang kami percayai--sebuah Islam moderat yang terbuka kepada dunia dan seluruh agama. 70 persen penduduk Saudi lebih muda dari 30 tahun. Sejujurnya kami tak mau buang waktu 30 tahun hidup kami untuk memerangi pemikiran ekstremis. Kami akan menghancurkan mereka sekarang dan secepatnya," tegas sang pangeran.

Fawaz Gerges, Profesor Hubungan Internasional dari London School of Economics, kepada CNN menyatakan bahwa saat ini kita tengah menyaksikan "lahirnya orde baru di Arab Saudi."

Pangeran Muhammad, jelas Gerges, tidak hanya mengonsolidasikan kekuatannya tetapi juga meletakkan dasar dari visinya untuk kerajaan tersebut dan mulai mempraktekkannya. Ia melihat banyak yang sempat meremehkan kemampuan sang putra mahkota untuk mewujudkan ambisinya itu.

Dia juga memperkirakan Pangeran Muhammad tak hanya menindak tegas mereka yang berpotensi menjadi oposisi, tetapi juga mencegah pendarahan dalam ekonomi dan dilarikannya sumber daya dari Arab Saudi ke negara-negara lain.

"Arab Saudi tengah menjalani transisi besar-besaran. Butuh beberapa lama bagi orde baru ini untuk menjadi mapan dan jelas," pungkas Gerges.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-di-arab-saudi

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Cerita di balik coretan tempat cincin pernikahan Kahiyang

- 21 Burung endemis Indonesia dalam ancaman kepunahan

- Bromo Tengger Semeru Ultra 100 menelan korban jiwa

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
18.1K
101
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Beritagar.id
Beritagar.idKASKUS Official
13.4KThread730Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.