Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lizdaryuAvatar border
TS
lizdaryu
Untukmu, Mas Satria... [ jika benar kau seorang Ksatria ]
Untukmu, Mas Satria... [ jika benar kau seorang Ksatria ]
sumber gambar : photobucket.com

Untukmu, Mas Satria...

[ jika benar kau adalah seorang Ksatria ]


Hai,
Sudah-kah kamu menyapa Mbak Mantan yang sangat sulit kamu lupakan itu? Hihi.
Maaf, bukan maksudku menggodamu. Aku hanya sedang berusaha mencairkan suasana diantara kita yang terasa kian beku. Rasanya sudah lama sekali kita tidak saling memberi kabar. Bagaimana kabarmu hari ini?

Mas Satria,
Boleh-kah aku bercerita tentang alasanku yang tak lagi ada pada kontak sosmed-mu? Ah, mungkin saja sampai detik ini kamu belum sadar bahwa aku telah ‘menghilang’ dari dunia-mu. Duh, betapa tidak pentingnya aku bagimu. Hingga ke-tiadaan-ku pun tidak segera kamu sadari.

Mas Satria,
Dahulu, saat kita sepakat untuk bersama berkominten menuju hal yang sangat serius, aku merasa sangat bahagia. Namun, sebelum kebahagiaan itu benar-benar terwujud, ada bagian dari otak ‘nakal’-ku yang penasaran terhadap suatu hal. Kamu pasti tahu hal itu. Benar! Itu tentang Mbak Mantan.

Rasa penasaranku semakin bertambah ketika aku melihatmu mem-posting sesuatu tentang MANTAN di sosial media-mu. Detik itu juga aku bertanya padamu,
“Apakah kamu masih merindukan Mbak Mantan?”
dan kamu pun mengaku,
“Iya, aku masih merindukannya.”


Ya Tuhan...


Jawabanmu itu, Mas... seolah mengakhiri semua mimpi-mimpiku tentang komitmen serius antara kita berdua. Yang aku rasakan hanyalah rasa marah, sedih, kesal, benci, kecewa, pedih dan sisanya adalah rasa cemburu!


Kamu berusaha meminta maaf padaku. Tetapi sungguh sangat disayangkan, dalam keadaan seperti itu, aku tak dapat menerima penjelasan apapun! Walau hanya sekedar kata –maaf---.

Tak ada lagi yang aku inginkan selain satu hal. Akhiri. Akhiri segala hal antara aku dan kamu sekarang juga!


Cukup lama aku merenungi hal ini...
Waktu semakin berlalu tanpa kata, tanpa sapa, tanpa bahasa.
Aku menyendiri dalam sunyi.

Aku menyadari satu hal. At least, kamu telah berbicara jujur padaku. Meski kejujuranmu itu membuatku... Ahhh~
Aku menyesal telah marah padamu. Aku merasa seperti telah melakukan hal yang tak adil padamu.

Tidak seharusnya aku diam dan menjauhimu. Aku merasa perlu mendengarkan penjelasanmu. Aku perlu bicara denganmu. Semua masalah tak akan pernah selesai jika kita hanya diam, tak bergerak.

Namun...
Kamu terlanjur merasa bersalah dan terus berpaling dariku.
Kamu berkata padaku bahwa kamu merasa ragu untuk menjalani semuanya bersamaku.
Kamu katakan padaku bahwa kamu merasa khawatir jika suatu saat kamu menyakitiku (lagi).

Aku katakan padamu, mungkin kamu hanya perlu waktu untuk melupakannya. Aku bersedia menunggumu sampai waktu itu tiba. Tetapi, kamu tak mengizinkanku menunggumu. Kamu tidak ingin aku membuang waktuku sia-sia.
Lagipula, katamu lagi, tak ada yang bisa menjamin bahwa kamu bisa melupakan Mbak Mantan yang begitu mempesona itu!

Kamu benar. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kamu bisa menghapus semua kenangan indah bersama Mbak Mantan.

Seseorang pernah memberi nasihat, ‘Cintai-lah orang yang juga mencintaimu’.
Jika mengingat nasihat itu, aku selalu bertanya dalam hati, untuk apa aku masih mencintaimu? Padahal sudah jelas, yang kamu cintai adalah Mbak Mantan. Uh, ini membuatku lelah. Aku memilih untuk berhenti. Cukup logis, ‘kan?

Oh ya, berbicara tentang logika. Kamu selalu bertindak logis saat ber-urusan denganku, tetapi... kepadanya kamu selalu bertindak dengan ‘hati’. Itu bukti bahwa kamu masih sangat mencintainya. Kamu pernah dengar ini? Cinta ini... kadang-kadang tak ada logika na.. na.. na.. na.. na... na... na... Aku lupa kelanjutannya, hahaha (Aku yakin kamu tahu tertawaku ini sedikit terpaksa)

By the way, terima kasih telah mengajariku untuk berpikir logis. Walau untuk urusan hati, hal itu masih sangat sulit untuk kulakukan. Tapi aku tetap mencoba untuk melakukannya.

Kupikir memang...
Tak seharusnya aku memilih orang yang masih ‘ragu’ untuk menjadi pendamping hidup.
Tak seharusnya aku memaksa orang yang masih belum ‘siap’ untuk hidup bersama.
Tak seharusnya aku melangkah bersama orang yang belum ‘selesai’ dengan masa lalunya.

Aku mengatakan semua ini padamu bukan berarti aku marah padamu.
Tidak ada lagi marah...
Tidak ada lagi kecewa...
Tidak ada lagi benci...
Apalagi cemburu!
Aku telah melepaskan semua itu.
Karena bagiku sekarang ini, semua itu hanyalah bagian dari masa lalu. Aku adalah manusia yang hidup di masa kini, bukan masa lalu.

Masa lalu bisa menjadi penjara, jika kita terus ingin kembali dan mengubahnya.
Masa lalu bisa menjadi teman baik, jika kita jadikan ia sebagai pelajaran.
Aku memilih yang ke-dua!


Saat kamu membaca tulisan ini, ingatlah bahwa Tuhan masih memberi memberi kita waktu untuk memperbaiki diri. Semoga kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Aku tidak berjanji bahwa aku akan setia menunggumu hingga kamu ‘siap’. Terlebih lagi, aku tidak berani berharap bahwa suatu saat nanti kamu akan ‘kembali’ kepadaku.

Kelak, jika Tuhan takdirkan kita bertemu (lagi), aku berharap, aku telah menjadi sosok manusia yang lebih baik dari hari ini, dan kamu... telah menjadi sebaik-baik Ksatria, entah dengan siapapun sosok wanita tercinta disampingmu, maybe.



*Kisah dari seseorang lebih dari setahun yang lalu, semoga menginspirasi untuk terus menjadi manusia yang baik dan berjodoh dengan manusia baik lainnya. Penuh cinta!

Liz Daryu emoticon-heart
Polling
0 suara
Menurut kalian, apakah Satria masih pantas diharapkan dan didoakan?
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
2.4K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43.1KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.