“Wong Dayak mangan wong“, sambil berlari ketakutan anak kecil itu menghindar begitu dia tahu ane mendekat. Ane cuma senyum. Ternyata stigma orang dayak biasa menyantap iwak wong masih membekas sampai saat ini.
Quote:
Anggapan ini tidak perlu dibantah ataupun di benarkan, apalagi yang mengucapkannya hanya anak kecil. Namun pesan yang tersirat dari sebutan anak kecil tadi ada benarnya. Menarik untuk dikaji, orang Dayak pernah melakukan perburuan kepala dengan alasan tertentu (yang oleh orang barat dijadikan alat propanda), hanya penganut kepercayaan lokal (tidak beragama) dan bermukim jauh di pedalaman. Saat ini, semuanya secara perlahan berubah, penilaian negatif masih sering ditemui, tapi kebanyakan menganggapnya angin lalu atau hanya lelucon. Saya pribadi, menganggapnya hanya sebuah dinamika dan sejarah kehidupan yang harus dilalui, karena semua suku pernah berada pada sisi yang bernilai sama dengan Suku Dayak. Saya coba merangkum beberapa penilaian yang terjadi pada Suku Dayak.
Quote:
DAYAK PEMBURU KEPALA DAN KANIBAL.
Dari beberapa Tetua Adat/Tumenggung yang pernah saya temui, tidaklah benar orang dayak kanibal, anggapan tersebut sebenarnya tidak ada buktinya. Yang benar orang dayak pernah berburu kepala tetapi dihentikan setelah para Kepala Suku dan Tumenggung, melakukan pertemuan besar di Tumbang Anoi, Kalimantan Tengah, tahun 1894 yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Tumbang Anoi. Kayau (Ngayau), bukan berburu manusia untuk dimakan dagingnya, hanya kepala, untuk menghilangkan rasa takut dan rasa dihantui, hati korban diiris sedikit untuk dimakan.
Konon kabarnya, beratus tahun lalu orang dayak melakukan perburuan kepala manusia (ngayau/kayau), tujuannya untuk dipersembahkan kepada roh orang tua yang akan di Tiwah, dijadikan bukti kesaktian bahkan sebagai barang hantaran dalam lamaran pernikahan. Ada juga yang percaya, tengkorak kepala hasil kayu dapat meningkatkan hasil panen. Orang dayak yang pernah dan berhasil ngayau sangat disegani dan sekaligus ditakuti. Tidak semua orang dayak pelaku Kayau. Dari semua tetua/tokoh adat yang pernah saya temui, semuanya mengaku tidak pernah melalukan kayau. Kakek dan orang tua sayapun mengaku tidak pernah. (Apakah karena takut berurusan dengan hukum?)
Quote:
DAYAK MELAYU.
Ini biasanya terjadi pada penduduk yang mendiami pinggiran sungai Melawi, mereka dulunya berasal dari suku Dayak, saat terjadi asimilasi dengan pendatang yang beragama Islam, agar terdengar lebih modern dan maju, mereka mengaku dirinya suku melayu. Selain itu, dulu orang dayak yang pergi ke kota malu mengaku dirinya dayak. Karena dalam benak mereka sendiri terpatri anggapan, jika mereka mengaku suku dayak maka mereka mengakui jika mereka orang-orang terkebelakang. Sering terjadi salah penilaian, bahwa penduduk yang bermukim dipinggiran sungai suku Melayu, sementara suku Dayak berada di daerah penghuluan dan pedalaman. Sebenarnya, mereka yang bermukim di pinggiran sungai adalah suku Dayak penganut Islam dan mengaku suku Melayu.
Quote:
DAYAK ISLAM.
Pertanyaan seperti ini, dulunya sering ane temui, bahkan ada teman dari luar kalimantan terheran-heran ketika mengetahui saya penganut Islam. Karena Menurut pandangan mereka orang Dayak tidak ada yang beragama Islam. Orang yang beragama Islam di kalimantan (khusus kalbar) hanya suku Melayu. Sepanjang sungai Kapuas dan Melawi, sangat mudah ditemuai orang-orang Dayak pemeluk Islam. Lazim terdengar dilingkaran keluarga atau teman dekat, orang dayak yang sudah naik haji mendapat panggilan Haji Dayak. Kecenderungan yang terjadi, setelah memeluk Agama Islam mereka bermukim disepanjang sungai, sementara yang memeluk Katolik atau Protestan bermukim di pedalaman. Itulah mengapa, ketika ada orang luar masuk ke perkampungan dayak, mereka hanya mendapati orang-orang Dayak non muslim.
Quote:
DAYAK KAFIR.
Entah siapa yang menyebarkan ajaran sesat ini, sampai dengan hari inipun saya sering mendapati sebagian saudara-saudara saya bilang orang dayak kafir. Dulu, yang saya pahami dari kata ini hanya untuk orang-orang dayak yang tidak menganut agama Islam. Kenyataanya, walaupun sudah menganut agama samawi, tetap saja masih ada anggapan mereka orang-orang kafir.
Quote:
DAYAK SENGANAN
Julukan untuk orang-orang dayak penganut Islam, julukan ini justru dari kalangan dayak sendiri dan hanya ada di Kalimantan Barat. Dan ajaibnya, mereka tidak merasa tersinggung atau marah mendapat julukan senganan. Tapi dibalik itu sejatinya tersembunyi makna lain. Penyebutan Senganan, menandakan bahwa mereka sebetulnya tidak lagi diakui dalam keluarga Dayak tetapi dalam kehidupan sehari-hari, mereka tetap berdampingan. Dimasa sekarang, saya hampir tidak pernah lagi mendengar seseorang menyebut Senganan kepada suku Dayak yang menganut agama Islam. Dulunya saya mendapati sebutan ini disepanjang sungai Melawi, Sungai Pinoh dan Sungai Kayan (dua sungai terakhir adalah anak sungai Melawi).
Inilah dinamika yang dialami oleh orang-orang suku Dayak. Sehingga bukan hal yang aneh, dalam satu keluarga Dayak, masing-masing menganut agama yang berbeda dan aman-aman saja. Jika ada kerusuhan dengan suku Dayak dan pengamat mengatakan kerusuhan berupa perang agama, ane dengan tegas mengatakan pengamat tersebut buta dan menyebarkan kebohongan.
Quote:
Saya/ane hanya menulis berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami dan hasil pembicaraan informal dengan beberapa tokoh/tetua adat. Karena dalam pandangan saya, mereka lebih mengerti tentang budaya setempat. Ini hanya bagian kecil dari banyak mitos atau fakta lainnya.