Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rezzkyforceAvatar border
TS
rezzkyforce
Mengapa Anda kesulitan mengendalikan pengeluaran saat liburan?
Mengapa Anda kesulitan mengendalikan pengeluaran saat liburan?


Esta Shah selalu mengagendakan aktivitas seru sepulang dari liburan. Bukannya ingin melawan perasaan berat untuk kembali bekerja, justru sebaliknya dia berusaha menyiasati supaya tidak menghambur-hamburkan uang selama liburan.

Semuanya masih akan berlanjut sesudah liburan, sehingga saat mengingat ini 'Anda bisa lebih menahan diri untuk tidak royal dan tidak membeli barang (yang tidak perlu) menjelang pulang hanya demi memaksimalkan liburan,' kata Shah, profesor pemasaran dari Universitas Cincinnati.

Suasana liburan yang berlanjut ketika Shah sampai di rumah, membuat dia lebih bisa mengatur pengeluaran selama liburan, sebab dia tahu masih ada kesenangan yang menanti begitu liburan selesai. Dengan bersikap seperti ini, dia jadi lebih bijak mengatur pengeluaran liburan ketimbang menghamburkan uang membeli oleh-oleh yang akhirnya tidak terpakai menjelang perjalanan pulang.

Area gelap kolektif

Sepulang liburan, banyak orang dihadapkan dengan tagihan kartu kredit yang membumbung tinggi. Di Amerika Serikat, pengeluaran berlebih tersebut bisa menjadi faktor serius yang mempengaruhi perekonomian rumah tangga: 74% orang Amerika mengakui mereka jatuh ke dalam hutang senilai lebih dari sekitar Rp14,8 juta (1.100 dollar AS) sepulang berlibur, demikian hasil survei situs keuangan personal Learnvest pada 2017.

Di Inggris, umumnya wisatawan membelanjakan rata-rata 718 dollar AS atau sekitar Rp9,6 juta per orang saat berada di luar negeri - biasanya dihabiskan untuk belanja barang di toko bebas pajak hingga membeli berbagai pakaian keperluan liburan, ungkap penelitian yang dilakukan Association of British Travel Agents.

'Saya sudah mendampingi berbagai orang yang tidak memiliki persoalan finansial apapun - kecuali saat liburan,' kata Brad Klontz, psikolog dan penasihat keuangan di Hawaii yang bekerja mengatur pengeluaran kliennya.

Uang tunai

Lalu apa yang menyebabkan orang sulit mengatur pengeluaran mereka selama liburan?

Pikiran bawah sadar memiliki peran dibalik pengeluaran berlebih saat liburan dan susah sekali diatur, kata Klaus Wertenbroch, profesor pemasaran di kampus bisnis INSEAD di Singapura.

Di satu sisi, adanya perbedaan mata uang bisa juga menipu perasaan Anda sehingga Anda beranggapan seakan punya lebih banyak uang untuk dihabiskan di luar negeri, kata Wertenbroch.

Tahun 2007, sebuah laporan yang ditulisnya mendapati bahwa nilai nominal (wajah) dari uang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap nilai nyata dari uang tersebut: saat Anda berada di negara lain dimana nominal mata uangnya berbeda dengan nominal di tempat Anda berasal, ada kecenderungan Anda jadi lebih boros.

Ambil contoh Anda liburan dari Kanada ke Indonesia. Di Indonesia, dollar Kanada Anda bernilai sekitar Rp10.800. Di dompet, lembaran uang yang Anda miliki juga lebih tebal dan satuannya lebih besar. Menurut Wetenbroch, ini akan mempengaruhi mental Anda. Evaluasi Anda juga jadi bias karena hanya berpatokan pada nominal uang bukan nilai sesungguhnya dari uang tersebut.

'Malleable mental accounting'

Kemampuan wisatawan menafsirkan anggaran juga perlu dipertanyakan, sebab kadang terlalu rendah kadang terlalu tinggi atau biasa disebut 'malleable mental accounting', sehingga memicu tendensi untuk boros, ujar Shah. Ini karena kita cenderung menilai pengeluaran kita dari situasi saat ini dan bukan berpatokan pada anggaran ketat untuk mengatur pengeluaran.

Contohnya jika Anda semula menganggarkan pengeluaran hanya US$100 (Rp1,3 juta) per hari selama liburan, namun kemudian Anda mengeluarkan tambahan US$30 untuk makan lalu memilih menggolongkan pengeluaran makan sebagai kebutuhan sehari-hari kemudian tidak mematuhi anggaran awal yang sudah dibuat.

'Anggaran sudah tidak sebagus bayangan Anda sebelumnya - semuanya kacau balau hanya karena motivasi di balik pengeluaran,' kata dia.

Dan, menetapkan anggaran yang konservatif juga tidak selalu berjalan mulus imbuh Shah. Misalnya Anda memutuskan untuk menyisihkan 1.000 dollar AS selama liburan sepekan, sebab Anda sadar Anda mengalokasikan terlalu banyak uang untuk pengeluaran dan masih ada sisa US$500 di hari terakhir, ini juga membuat Anda cenderung lebih boros menjelang kepulangan, demikian hasil riset Shah. '

'Saat Anda membulatkan anggaran, tercipta semacam 'efek lisensi' sehingga Anda menganggap punya alasan secara mental untuk lebih banyak mengeluarkan uang,' jelas dia.

Merasa ada tekanan berada di situasi 'kalau bukan sekarang, kapan lagi' juga bisa membuat Anda lebih boros, kata Deepak Chhabra, profesor dari Arizona State University yang mengambil spesialisasi di bidang pariwisata.

Apakah itu dilakukan lewat belanja suvenir liburan yang unik atau memanjakan diri dengan makan malam enak, 'saat itu Anda melihat hidup dengan perspektif singkat saja dan cenderung terbawa suasana,' kata Chhabra. Faktor negara asal juga mempengaruhi seberapa lama Anda berlibur ke suatu tempat - demikian hasil penelitiantahun 2016 yang digelar oleh situs perjalanan Expedia.

Penelitian itu mengungkapkan bahwa wisatawan dari negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan cenderung tidak memakai seluruh jatah cuti mereka, berbeda dengan orang Eropa. Chhabra berpendapat mereka dengan durasi liburan per tahun yang lebih singkat punya kecenderungan tidak bisa mengerem pengeluaran saat liburan.

Melihat foto liburan teman melalui medsos juga bisa membuat Anda mengalami FOMO (fear of missing out) atau kekhawatiran ketinggalan zaman, sehingga wisatawan muda punya kecenderungan besar lebih boros karena mereka punya prinsip berlebihan yang menilai pengalaman tidak ternilai harganya, berbeda dengan generasi lainnya, kata Chabbra.

Setelah melihat kenalan Anda menghamburkan uang untuk liburan, Anda pun bisa termotivasi menghabiskan lebih banyak uang saat liburan. Motivasi melihat kenalan bahkan lebih kuat jika dibandingkan motivasi yang muncul setelah Anda melihat iklan liburan, kata dia. 'Anda merasa perlu sejajar dengan apa yang orang lain lakukan,' kata dia.

Apa saja yang wajib diketahui?

Daripada membuat anggaran berdasarkan pengeluaran yang ingin Anda buat, perlakukan liburan seperti halnya Anda menjalani hidup sehari-hari, begitu anjuran Shah.

Pahami betul nilai tukar dan berapa besar nilai uang Anda jika dibandingkan dengan biaya perjalanan. Cari keterangan soal biaya transportasi, makan, dan hiburan, sehingga Anda lebih familier dengan nilai tukar uang sebelum Anda berangkat liburan.

Atur anggaran per hari - ketimbang mingguan - berdasarkan riset yang sudah Anda lakukan untuk biaya makan, transportasi, aktivitas, dan hal lain yang Anda rencanakan beli saat liburan sehingga pengeluaran lebih mudah terlacak.

Dan, yang terakhir, usahakan atur pengeluaran berdasarkan periode yang singkat: termasuk untuk penerbangan dan akomodasi selama beberapa bulan yang lebih sulit terlacak ketimbang jika Anda mengaturnya sesuai pengeluaran per hari, kata Shah.

Semoga bermanfaat gan emoticon-Cendol Gan
0
1.3K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.