Untuk Dianggap Dewasa, Wanita di 7 Suku Ini Harus Melalui Tradisi yang Sadis!
TS
yukepodotcom
Untuk Dianggap Dewasa, Wanita di 7 Suku Ini Harus Melalui Tradisi yang Sadis!
WELCOME TO YUKEPO OFFICIAL THREAD
Sebuah tradisi bagi suku tertentu dianggap memiliki nilai luhur dan makna tersendiri yang harus tetap dipertahankan. Namun, tak sedikit pula tradisi dari berbagai daerah terkesan sangat mengerikan dan kejam bila kita lihat dari sudut pandang di era modern ini. Tradisi mengerikan tersebut juga tidak pernah memandang gender, bahkan para wanita dari berbagai suku pun harus merasakan kekejaman tradisi setempat.
Nah, apa saja tradisi mengerikan yang harus dihadapi oleh para wanita dari berbagai belahan dunia? Simak langsung rangkumannya di bawah ini! Para wanita, yuk kepo supaya lebih bersyukur!
Spoiler for 1. Sunatan untuk wanita dewasa, suku Sabiny, Uganda:
Mendengar kata sunat atau khitan mungkin identik dengan pria. Namun, hal ini juga dirasakan oleh para wanita di beberapa negara. Biasanya, para wanita disunat saat ia masih kecil jadi rasa sakitnya mungkin nggak terlalu teringat hingga dewasa. Berbeda dengan tradisi sunat wanita suku Sabiny di Uganda yang dilakukan saat wanita tersebut sudah dewasa. Bagian yang disunat adalah bagian klitoris wanita. Porsi sunatnya pun beragam, ada yang dipotong hanya sebagian ada juga yang dipotong keseluruhan klitoris dan labianya. Rasa sakit yang dirasakan wanita ini konon bertujuan agar hasrat seksual seorang wanita berkurang sehingga ia akan selalu setia pada pasangannya. Lalu, suku Sabiny juga percaya bahwa wanita yang disunat akan menjadi wanita yang kuat dan tegar sehingga saat mereka melahirkan kelak mereka sudah tidak kaget lagi. Duh, ngeri banget!
Spoiler for 2. Menyetrika payudara di Kamerun:
Saat ini banyak wanita yang mendambakan payudara indah dan besar bahkan mereka rela melakukan berbagai cara dengan operasi dan biaya yang cukup mahal. Namun, wanita di Kamerun justru melakukan hal yang cukup ekstrem sebagai tradisi yakni menyetrika payudaranya agar bisa terhindar dari hal-hal yang buruk. Warga di sana memercayai payudara yang menonjol akan memicu birahi pria, oleh karena itu hal ini dipercaya bisa menghindari para wanita dari pelecehan seksual. Wanita yang beranjak dewasa akan disetrika payudaranya dengan logam atau batu panas yang ditempelkan langsung lalu memakai korset agar bentuk dadanya tersamarkan.
Spoiler for 3. Menyayat perut oleh wanita etnis Tiv di Nigeria:
Seorang wanita sudah pasti akan mengalami haid dan mereka yang sudah haid dianggap wanita dewasa. Begitu juga para wanita etnis Tiv. Namun saat pertama kali haid, wanita di sana harus melakukan tradisi menyayat perut sebagai tanda bahwa mereka sudah dewasa dan membuktikan diri mereka sebagai seorang wanita sejati. Ritual menyayat perut ini masih dilakukan secara tradisional sehingga tidak ada bantuan obat bius ataupun tim medis. Jadi kebayang dong gimana rasa sakitnya? Tradisi ini dipercaya oleh warga setempat untuk meningkatkan kesuburan seorang wanita.
Spoiler for 4. Berendam di laut saat haid yang dilakukan suku Nootka, Kepulauan Vancouver:
Masih terkait dengan ritual kedewasaan, gadis yang baru pertama kali haid atau disebut dengan istilah ‘menarche’, harus berendam tanpa busana di laut untuk beberapa hari. Jelas, hal ini bukanlah hal yang menyenangkan karena saat haid biasanya banyak wanita yang mengalami kram haid dan mood yang cenderung buruk. Kemudian saat para gadis ini sudah lemah tak berdaya lagi barulah para anggota suku Nootka membantunya sambil bersorak karena mereka menganggap sang gadis sudah mampu melewati ujian kedewasaan. Tradisi ini dilakukan karena dipercaya kelak wanita yang melakukan ritual ini akan bisa melewati berbagai macam ujian kehidupan.
Spoiler for 5. Dikubur di pasir oleh suku Luiseno, California:
Tradisi kedewasaan yang satu ini masih seputar haid, namun cara yang dilakukan oleh suku Luiseno ini juga tak kalah mengerikan. Gadis yang baru saja haid pertama kali, akan dikubur dengan pasir saat matahari sedang terik, sehingga pasirnya pun cukup panas. Gadis ini tak boleh mengeluh kesakitan saat dikubur dan harus mendengarkan berbagai wejangan dari para wanita yang sudah lebih tua. Tradisi ini dilakukan agar seorang wanita kelak bisa menjadi wanita yang berperilaku terhormat dan menjadi istri yang baik.
Spoiler for 6. Diasingkan selama tiga bulan dilakukan oleh suku Ngoni, Malawi:
Tradisi kedewasaan yang dirasakan oleh suku Ngoni ini tak tanggung-tanggung karena mereka harus menjalani proses diasingkan di daerah terpencil selama tiga bulan dan tubuh para gadis ini dibaluri semacam tepung putih yang konon sebagai penanda untuk memisahkan fisik dan rohani gadis tersebut dari masyarakat. Belum selesai, setelah diasingkan para gadis ini harus duduk telanjang di perairan seperti sungai atau danau untuk beberapa saat. Mereka baru bisa keluar bila para wanita tetua setempat telah mengizinkannya keluar.
Spoiler for 7. Lomba lari saat haid oleh suku Navajo, Indian:
Lomba lari mungkin bukan hal yang terlalu berat. Namun, berbeda dengan lomba lari yang dialami oleh para gadis suku Navajo. Mereka harus lomba lari saat haid pertama selama empat hari dengan menggunakan pakaian tradisional yang terbuat dari kulit rusa. Pakaian tradisional tentu sangat berat sehingga membuat gerak badan cukup sulit dan mereka diharuskan berlari mulai dari matahari terbit menuju arah matahari terbenam. Setelah empat hari lomba lari, gadis ini diharuskan membuat kue yang lantas akan mereka bagikan kepada para anggota suku lainnya.
Nah, gimana nih para wanita, semoga kalian lebih bersyukur ya saat haid pertama kalian sudah dianggap sebagai wanita dewasa tanpa harus melakukan tradisi yang mengerikan dan menyakitkan seperti tradisi di atas. Memang kedewasaan tidak bisa diukur dari kemampuan seseorang dalam menahan rasa sakit, karena reseptor sakit setiap orang berbeda-beda dan tidak ada hubungan yang jelas antara kedewasaan dengan kemampuan menahan sakit. Tapi itulah yang namanya tradisi, tidak dapat serta merta disalahkan maupun dihentikan, karena masyarakat sudah terlalu terbiasa dan memercayai bahwa tradisi tersebut baik untuk mereka. Dan mungkin, dibalik kesadisannya, sebenarnya tersemat kebenaran dibalik tradisi-tradisi tersebut. Siapa tahu?