Ruang angkasa merupakan lingkungan yang berbahaya bagi manusia. Di luar perlindungan medan magnet bumi, radiasi dari matahari dan bintang-bintang bisa merusak DNA para astronaut.

Oleh sebab itu manusia harus banyak belajar terlebih dahulu mengenai bagaimana melindungi diri dari ancaman seperti itu, sebelum memilih untuk mencoba tinggal di luar planet bumi.

Hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar yang manusia hadapi saat ingin bermimpi untuk dapat meninggali Planet Merah. Untuk memulainya, badan antariksa internasional dan perusahaan-perusahaan swasta yang menggeluti bidang yang sama, seperti SpaceX, mengalihkan pandangan mereka ke Bulan.

Guna mendirikan sebuah permukiman di satelit alami bumi tersebut para ahli harus dapat memecahkan banyak masalah. Salah satunya adalah manusia yang akan bermukim di bulan harus terlindung dari pemboman partikel bermuatan, variasi suhu permukaan ekstrem, dan juga dari serangan mikrometer.

Sebuah studi tentang permukaan bulan di bumi telah menemukan calon yang berpotensi menjadi tempat terbaik untuk membangun permukiman manusia permanen. Calon tersebut adalah sebuah tabung lahar, sebuah terowongan bawah tanah yang diukir secara alami oleh salah satu gunung berapi yang sudah tidak aktif lama di bulan.

Sejumlah tabung lahar utuh ditemukan di daerah perbukitan Marius di bulan oleh para peneliti dari Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), Jepang dan Purdue University di Indiana, Amerika Serikat.

Dengan menggunakan data radar dari pengorbit lunar Selenological and Engineering Explorer (SELENE) JAXA dan data gravitasi dari wahana bulan GRAIL NASA, tim ini dapat menemukan lokasi awal lubang selebar 50 meter dan sedalam 50 meter.

Gua yang dimaksud diperkirakan panjangnya mencapai 50 kilometer dan lebar 100 meter. Bebatuan di dalamnya mungkin berisi endapan es atau air yang bisa diubah menjadi bahan bakar, menurut data yang dikirim kembali oleh pengorbit tersebut, yang dijuluki Kaguya-terinspirasi nama putri bulan dalam sebuah dongeng Jepang.

Gua ini menjadi tabung lahar terbesar kedua di bumi. Jika ia terletak di dalam permukaan Bumi.

"Penting untuk mengetahui di mana dan seberapa besar tabung lahar bulan jika kita akan membangun basis di bulan," kata seorang peneliti di JAXA.

Para astronom sudah mengincar bukit Marius vulkanik sebagai lokasi potensial pendaratan dan kolonisasi. "Impian menempatkan orang ke dalam tabung lahar di bulan telah berlangsung selama beberapa dekade, dan pekerjaan ini merupakan langkah penting untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan."

"Mereka tahu tentang lubang jendela atap di Bukit Marius, tapi mereka tidak tahu seberapa jauh rongga bawah tanah itu mungkin ada," kata Jay Melosh, seorang profesor ilmu Bumi, atmosfer dan planet di Purdue.

"Kelompok kami di Purdue menggunakan data gravitasi di daerah itu untuk menyimpulkan bahwa bukaan itu adalah bagian dari sistem yang lebih besar. Dengan menggunakan teknik radar ini, mereka dapat mengetahui seberapa dalam dan tinggi rongga itu."

Tabung lahar dari bawah gunung berapi berfungsi sebagai saluran lahar dialirkan. Karena sifat konveksi, bagian luar lahar bisa mendingin dan mengeras menjadi selongsong batu - dan ketika sisa lahar keluar, maka hanya terowongan bawah tanah kokoh yang tertinggal.

Bulan sudah tidak memiliki gunung berapi aktif, tapi berbeda pada masa lalu. Magma padat telah terdeteksi jauh di bawah permukaannya. Gunung berapi terakhir di satelit alami bumi ini diperkirakan telah punah beberapa ratus juta tahun yang lalu.

Konsekuensi utama dari hal ini bagi manusia adalah bahwa banyak bagian bulan memiliki jaringan terowongan lahar yang mudah diakses dari dekat permukaan. Tabung Marius Hills yang dimaksud terbentuk sekitar tiga setengah miliar tahun yang lalu.

Meski demikian, terowongan bawah tanah tidak ideal untuk ditinggali manusia yang ada di bumi. Tapi bulan, sebuah batu besar dengan medan magnet dan atmosfer yang jauh lebih lemah, adalah kasus yang berbeda.

Kehidupan manusia di sana akan terus-menerus menghadapi ancaman radiasi, meteor yang mematikan-yang bisa merobek baju ruang angkasa yang mereka kenakan, serta suhu ekstrem karena tidak adanya atmosfer.

Pada siang hari, suhu di bulan bisa mencapai sekitar 100 derajat Celsius pada malam hari bisa mencapai serendah minus 173 derajat Celsius, menurut Space.com. Oleh karena itu kehidupan bawah tanah akan memberikan perlindungan dari ketiganya.

Informasi yang lebih baik lagi, para fisikawan sebelumnya telah menduga bahwa tabung lahar bulan bisa jauh lebih besar daripada yang ditemukan di bumi. Hal ini karena gravitasi bulan yang lebih lemah.

Ukuran yang diduga lebih besar ini bahkan diperkirakan cukup besar sehingga bisa memuat sebuah kota besar sekalipun. Yang berarti ukuran tabung lahar bulan puluhan kali lebih besar dari Gua Kazumura, kompleks tabung lahar terbesar yang diketahui di bumi, yang terletak di pulau Hawaii.