Yogyakarta - Video perdebatan antara polisi dan dokter RSI Hidayatullah Yogyakarta beredar luas. Di dalam video itu tampak dokter menganjurkan pasien yang dibawa polisi untuk dibawa ke rumah sakit lain.
Kapolsek Umbulharjo Kompol Sutikno menjelaskan bahwa penolakan pasien itu bermula saat pihaknya membawa korban pengeroyokan, Bayu Ardianto, warga Banguntapan, Bantul, ke RS Hidayatullah, Selasa (24/10) malam.
Tetapi sesampainya di IGD, korban ternyata tidak diterima pihak RS.
"Katanya dokter, alatnya kurang lengkap," ungkapnya kepada wartawan di kantornya, Rabu (25/10/2017).
Sutikno melanjutkan, supaya penolakan korban yang diantar kepolisian tidak terulang lagi. Siang ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan manajemen RS Hidayatullah Yogya. Menurutnya pangkal masalah ini hanyalah miskomunikasi.
"Sebelum-sebelumnya kalau ada korban yang kami amankan memang langsung kami bawa ke RS Hidayatullah, karena jaraknya dekat (dengan mapolsek). Ya baru kali ini (ada penolakan)," ungkapnya.
Korban pengeroyokan tersebut adalah Bayu Ardianto, warga Banguntapan, Bantul. Dia menjadi korban pengeroyokan saat menonton orgen tunggal di Kampung Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogya, Selasa (24/10) pukul 21.30 WIB.
Kondisi korban saat menonton orgen tunggal ini sudah dalam kondisi mabuk, akhirnya muncul kericuhan antara korban dengan penonton lainnya. Setelah itu korban pulang ke rumah untuk mengambil sebilah pedang, yang panjangnya sekitar 90 cm.
Sesampainya di lokasi orgen tunggal itu, korban langsung menyabetkan pedangnya ke salah satu penonton. Warga yang tidak terima akhirnya mengeroyok korban sampai korban mengalami luka parah dan mengalami pendarahan di bagian kepala.
Pihak rumah sakit juga telah menyampaikan permintaan maafnya.
Direktur RSI Hidayatullah, dr Edy Raharjo menyampaikan tidak ada niat sedikit pun dari pihak rumah sakit untuk menolak merawat korban yang saat itu dibawa oleh polisi. Tetapi karena kondisi ruangan di IGD penuh dan peralatan medis yang tidak memadai, akhirnya dokter IGD menyarankan korban dirujuk ke RS lain agar lekas mendapat pertolongan.
"Mudah-mudahan (kejadian yang sama) tidak terjadi di rumah sakit lain, peristiwa ini sebagai pelajaran. Walaupun (ruangan rumah sakit) penuh, masih lah dipikirkan karena pasti ada cara lain. Namun peristiwa kemarin itu sebenarnya karena kondisional saja," ucapnya.
sumber
Orang lagi luka parah antara hidup dan mati kok dioper-oper. Nyawa dulu lah yang diutamakan, duid belakangan. Piye to!!!