Ada banyak cerita Perpu ormas yang baru disahkan. Mulai dari video setnov tidur, anggota dpr selfie, namun ada satu foto yang sangat menggelitik saya menunjukkan kelemahan demokrasi negeri ini



Dilihat dari foto diatas apa yang menggelitik menurut agan-agan? Coba lihat hasil voting diatas. Setiap anggota memilih sesuai kepentingan partainya.Saya tidak menyalahkan voting. Karena voting diperlukan untuk memantapkan ketegasan iya atau tidak dari anggota-anggota yang terlibat. Tapi akan jadi salah kalau orang-orang ini terikat kepada kelompok tertentu, seperti anggota partai, dan lebih memikirkan "satu suara" dibanding permasalahannya itu sendiri.



Demokrasi dengan cara voting, merupakan pembulatan suara yang salah kalau orang-orangnya tidak kredibel untuk melakukan voting.Kredibel disini adalah mempunyai pengetahuan dan pertimbangan dengan krangka refrensi untuk kepentingan semua orang. Voting tidak ada salah sama sekali, sekali lagi saya sampaikan.

Sejak jaman socrates, socrates pernah membuat analogi dalam percakapan dengan adeimantus dengan cara membandingkan masyarakat dengan sebuah kapal:



Poin dari Socrates adalah voting merupakan keahlian, bukan intuisi.Tata cara voting harus diajarkan secara sistematis, bukan sekedar cara menentukan pilihan tapi membaca calon kandidat yang dipilih (ini keahlian khusus yang diperlukan). Membiarkan siapa saja yang tanpa pengetahuan untuk voting, sama saja tidak bertanggung jawab membawa kapal kedalam badai.

Ironisnya, socrates juga yang mengalami ketidak adilan dalam voting. Di tahun 399 SM, Socrates diadili karena diduga "meracuni" anak muda di athena. 500 juri dipanggil untuk menjadi pertimbangan, dan diputuskan bersalah dengan perbedaan hasil yang sangat kecil 48% tidak bersalah dengan 52% bersalah. Dan Socrates dihukum mati dengan cara memakan tanaman beracun hemlock, dan lukisan diatas adalah potret socrates mau memakan hemlock.



Semoga uraian sebelumnya sudah memberikan gambaran kelemahan demokrasi sekarang yaitu suara mayoritas.Jadi hendaknya bagaimana kita melaksanakan dengan lebih baik dan meminimalisir keputusan tidak adil?

1. Anggota dewan pada sidang paripurna melepas kepentingan golongan Ini yang saya gelitik sekali melihat hasil foto diatas. Kalau tiap anggota dewan memang berpikir sesuai apa yang baik menurut dia seharusnya hasil voting beragam dan gak serempak seperti kata partai. Kalau mau sesuai fraksi masing-masing, seharusnya bobot voting tiap fraksi satu saja.
   
2. Anggota dewan memiliki keahlian dan kepedulian mendalam akan suatu masalah Ini merupakan faktor pendukung. Kalau tiap anggota dewan memiliki keahlian seperti ini, tentu hasil voting tidaklah seragam seperti foto diatas.
   
3. Menggunakan sistem diskusi ahli, bukan segenap voting. Itupun diikuti dengan kredibilitas tiap anggotanya Untuk hal-hal yang sifatnya butuh keadilan yang seadilnya seperti merancang undang-undang maka perlu kita minimalisir suara mayoritas namun kembali kepada rasa keadilan sesuai buah pikiran masing-masing yang punya keahlian didalamnya