Quote:
Presiden Joko Widodo berpidato saat menutup Konferensi Internasional Alumni Al Azhar di Islamic Center NTB di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/10). Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengatakan Indonesia merupakan negara penganut Islam terbesar di dunia dengan keberagaman suku dan agama. (AHMAD SUBAIDI)
MATARAM, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyoroti paham radikal yang semakin marak di Indonesia. Salah satunya adalah fenomena mudahnya mengafirkan orang.
"Sekarang ini saya lihat banyak sekali fenomena yang gampang mengafirkan orang," ujar Jokowi dalam acara penutupan Multaqa IV Alumni Al Azhar se-Indonesia di Gedung Islamic Center, Kota Mataram, NTB, Kamis (19/10/2017).
Jokowi melihat, paham radikal itu berkembang seiring dengan berkembangnya penyebaran ajaran melalui media sosial. Salah satunya adalah melalui situs berbagi video YouTube.
Sayangnya, tidak ada sebuah mekanisme untuk memfilter seluruh proses penyebaran paham radikal di media sosial tersebut. Akibatnya, konten negatif pun tetap dapat diakses oleh netizen.
"Pertanyaannya, siapa yang menyaring? Siapa yang screening bahwa yang disampaikannya itu benar dan bukan pendapat pribadi, bukan tafsir pribadi?" ujar Jokowi.
Oleh sebab itu, Jokowi mengajak masyarakat untuk sama-sama memfilter konten di media sosial.
"Hat-hati, kalau tidak kita sendiri saring atau screening, akan sangat berbahaya sekali dan bisa memengaruhi karakter bangsa, mempengaruhi nilai-nilai keislaman dan bisa mempengaruhi santri-santri kita," ucap Jokowi.
http://nasional.kompas.com/read/2017...gafirkan-orang
mungkin pemahamannya yg kurang sampe bisa bilang gtu..