XinHua.NewsAvatar border
TS
XinHua.News
Chandra Asri dan Michelin Garap Pabrik Karet Sintetis Kuartal I


Jakarta – PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) bersama Compagnie Financiere Du Groupe Michelin siap memulai pembangunan fasilitas pabrik karet sintetis di Cilegon, Banten, pada kuartal I-2016. Pabrik yang memiliki nilai investasi sebesar US$ 435 juta tersebut digarap oleh PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), perusahaan patungan (joint venture/JV) antara Chandra Asri dan Michelin.

Direktur Chandra Asri Suryandi mengatakan, jika pembangunan sesuai jadwal, pabrik karet sintetis akan beroperasi pada awal 2018. Sesuai rencana, hasil dari pabrik karet sintentis ini akan dijual ke pasar domestik dan pasar luar negeri tempat Michelin beroperasi.

“Kami memprediksi pasarnya akan cukup bagus. Karet sintentis ini bisa diolah menjadi bahan baku industri ban,” kata Suryandi di Jakarta, Senin (25/1).

Suryandi menegaskan, dalam rencana pembangunan pabrik ini, perseroan telah mengajukan insentif keringanan pajak atau tax holiday selama lima tahun. Tax holiday ini diperkirakan bakal membantu perseroan selama pembangunan pabrik. Sebab, pada periode tiga tahun pertama, biaya operasional yang dibutuhkan cukup besar.

Dalam perjanjian sebelumnya, dijelaskan, SRI dimiliki perseroan melalui entitas anak, PT Styrindo Mono Indonesia, dengan porsi kepemilikan saham 45%. Sedangkan Michelin memiliki 55% saham.

Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas produksi 120 ribu ton per tahun. Produk yang akan dihasilkan, yakni Synthetic Butadiene Rubber (PBR) dan Solution Styrene Butadiene Rubber (SSBR), bahan baku untuk produksi ban ramah lingkungan.

Selam proses produksinya, pabrik ini akan menggunakan bahan baku butadiene yang dihasilkan oleh PT Petrokimia Butadiene Indonesia, entitas anak perseroan. Hubungan antar produksi petrokimia ini menunjukkan integrasi usaha perseroan secara vertikal sekaligus menciptakan nilai tambah pada rantai produksi Perseroan.

Sementara itu, Chandra Asri telah menuntaskan pembangunan proyek peningkatan kapasitas Naphtha kracker senilai US$ 380 juta pada sejak akhir tahun lalu.

Suryandi menjelaskan, sejak shutdown dimulai pada 25 September 2015, perseroan telah menghentikan operasional pabrik selama 90 hari untuk proses tie-in. Proses ini adalah pengintegrasian fasilitas kracker berkapasitas baru dengan fasilitas yang sudah ada. Perseroan berhasil merampungkan pekerjaan mekanik kracker berkapasitas baru pada 9 Desember 2015.

Pada saat bersamaan, perseroan juga melakukan pemeliharaan mesin pabrik. Pasca ekspansi ini, kapasitas produksi tahunan produk petrokimia Chandra Asri meningkat hingga 43%.

Rinciannya, ethylene meningkat dari 600 ribu ton menjadi 860 ribu ton per tahun, propyelene bertambah dari 320 ribu ton menjadi 470 ribu ton per tahun, py-gas dari 280 ribu ton ke 400 ribu ton per tahun, dan mixed C4 dari 220 ribu ton menjadi 315 ribu ton per tahun.

“Proses peningkatan produksi dilakukan bertahap. Mulai akhir Januari ini, produksi ethylene misalnya masuk ke 860 ribu ton,” jelas Suryandi.

Dia menambahkan, hasil produksi tersebut akan disalurkan untuk pasar domestik, kecuali produk py-gas yang akan diekspor untuk kebutuhan pasar Thailand dan Singapura. Kenaikan produksi ini pun membuat kebutuhan terhadap naphtha meningkat.

“Sebelum ada kenaikan produksi, kami mengkonsumsi naphtha sebanyak 1,8 juta ton. Setelah kenaikan ini, kemungkinan konsumsi dapat naik 40%. Selama ini, kami ambil dari para pemasok naphta di Timur Tengah atau Singapura,” ujar dia.

Sementara itu, pelemahan harga minyak global, lanjut Suryandi, berpotensi membuat harga naphtha ikut turun. Kondisi seperti ini sedikit berdampak positif terhadap kinerja perseroan. Sebab, di industri petrokimia, harga jual produk tidak turun tajam selayaknya harga bahan baku. Hal ini membuat margin yang diperoleh perseroan cukup baik atau tidak menipis.

Suryandi menambahkan, dengan sudah adanya pabrik yang beroperasi, belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini tidak setinggi dua atau tiga tahun sebelumnya. Perseroan hanya mengalokasikan capex sekitar US$ 20 juta untuk pemeliharaan peralatan dan mesin pabrik.

Investor Daily

Farid Nurfaizi/MHD

Investor Daily

http://www.beritasatu.com/pasar-moda...kuartal-i.html


pabrik baru gan

xinhua melaporkan
0
2.9K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.3KThread40.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.