Sebenernya heboh menentang taksi online ini bukan hal baru. Bertahun-tahun yang lalu di kota tempat tinggal saya pernah ada demo besar-besaran juga menentang masuknya Taksi Blue Bird. Para supir taksi existing merasa terancam dengan masuknya Blue Bird. Kenapa sih kok mereka merasa terancam? Apakah hal yang sama dengan alasan yang sama terjadi kembali?
Quote:
Perkembangan zaman tidak bisa dibendung.
- Sopir dokar zaman dulu juga ga bisa berkutik saat kendaraan bermotor mulai meraja lela.
- Radio juga sempat kembang kempis saat MTv pertama kali mengudara, sampai-sampai ada lagu yang dibuat khusus untuk hal itu yang judulnya "Video Killed The Radio Star"
- TVRI juga perlahan turun gunung sejak RCTI, TPI, dkk muncul.
- Bahkan RCTI, SCTV, TPI (uda bubar jalan) juga ga bisa membendung munculnya pesaing-pesaing baru.
- Punya hape dulu serem gan, satu SIM card harganya bisa 300-500 ribu. Pulsa juga paling dikit 100rb, uda gitu dipake telpon beberapa menit langsung abis. Ga ada paket-paketan. Toh akhirnya sekarang harganya jadi 3rb perak karena persaingan yang semakin ketat.
- Naik pesawat dulu mahal banget. Mending naik bis/ kereta de. Tapi sekarang harganya uda terjun bebas sampe seringkali lebih murah dari kereta api karena banyaknya persaingan maskapai penerbangan. Efek lainnya, penumpang bis dan kereta pun pasti berkurang karena tiket pesawat yang jadi lebih murah.
- Nokia yang dulunya raja handphone juga akhirnya musti terima nasib
- Toko hape dan elektronik lain di mal juga uda mulai ngerasain efek dari belanja online.
- Bis kota dan metro mini dulu raja gan, sekarang jangan harap, enakan naik busway, murah, pake AC, mau oper bis juga ga nambah bayar.
- Zaman dulu kalo kita kerja asal betah duduk di situ hampir pasti naik jabatan terus gan walaupun mungkin butuh 10-20 tahun. Sekarang jangan harap. Ga jarang orang yang direkrut jadi atasan kita justru orang yang masih jauh lebih muda daripada kita.
Dari semua contoh di atas apakah semua barang lama pasti hancur karena adanya pesaing baru? Kayanya cuma TVRI de yang kemundurannya drastis. Kenapa? Cuma satu hal yang jadi alasan paling penting, karena TVRI punya pemerin...eh salah, karena TVRI kurang inovasi. Pendatang baru selalu berusaha memberi hal yang baru untuk menarik orang lain dari apapun yang selama ini membuat mereka nyaman. Jadi kalau pemain lama tidak melakukan hal yang sama, ya tinggal tunggu waktu aja ngabisin jatah umur.
Jadi apa yang seharusnya dilakukan?
Quote:
IMPROVISE ADAPT OVERCOME
- Bayangkan kalau Telkomsel dan Indosat yang notabene termasuk salah dua operator seluler pertama di Indonesia masih ngotot jual SIM Card seharga 500rb sedangkan operator lain jual 3rb perak, dengan pelayanan yang kurang lebih sama. Perlukah karyawan Telkomsel dan Indosat demo biar operator lain ditutup?
- Radio sampe sekarang masih bertahan gan. Ga sedikit artis-artis yang tenar di TV sampe sekarang berawal atau bahkan masih jadi penyiar radio. Apa hal itu dimulai dengan demo besar-besaran penyiar radio seluruh Indonesia?
- Maskapai penerbangan juga sekarang berlomba-lomba memperbaiki pelayanan karena ketatnya persaingan. Efeknya PT. KAI pun melakukan perbaikan luar biasa terhadap kualitas kereta api, stasiun dan pelayanan lainnya. Apa ada demo karyawan Garuda Indonesia buat nutup Lion Air, dkk. Atau pernah kah karyawan PT. KAI melakukan demo agar ada penyesuaian tarif tiket pesawat agar tetep mahal dan ga nyaingin tiket kereta? Nyatanya walaupun tiket kereta api seringkali lebih mahal dari tiket pesawat, penumpangnya masih penuh-penuh aja tu.
- Trus kalo di kantor tiba-tiba ada bos baru yang lebih muda dari kita, mau demo gitu sekantor? Tar kalo bosnya ganti lagi dan bukan kita mau demo lagi gitu?
Quote:
Hal yang sama terjadi dengan urusan taksi online. Kenapa sih orang kok lebih milih taksi online dibanding naik angkot dan taksi jadul? Saya coba bikin beberapa alasan yang umum ya:
1. Simpel. Kita ga perlu telpon dan jelasin alamat ke petugas taksinya. Tinggal klik klik beres. Ga ada acara nunggu mereka ngetem di depan pasar.
2. Murah. Uda ga perlu keluar pulsa buat nelpon, tarifnya juga lebih murah. Coba kalo pake ojek jadul, "ke depan berapa bang?" "20rb" "Buset deket doang 20rb?" "Ya kalo mau murah jalan aja mbak" ......
3. Nyaman. Kendaraannya hampir semuanya adalah kendaraan baru. Kalo mobil ya paling ga AC-nya adem lah. Kalo naik angkot boro-boro pake AC, orang knalpotnya aja kadang ada di dalem ruang penumpang.
4. Lebih aman dari tipu-tipu. Ga sedikit supir taksi jadul ngerjain penumpang yang keliatan bukan dari kota setempat. Jalurnya dibikin muter-muter biar argonya mahal. Kalo taksi online silakan aja diajak muter-muter orang tarifnya sama. Sekalian sambil dikasi tur juga malah seneng penumpangnya.
Nah 4 alasan tadi sebenernya adalah masalah utama bagi supir angkot, taksi dan ojek jadul. Secara logika orang normal nih, kalo uda ketemu permasalahan terus apa langkah selanjutnya?
Menurut orang Indonesia selanjutnya kita harus demo besar-besaran, pukulin supir taksi online yang lewat, telanjangin supir taksi online yang masuk bandara, terus tuntut pemerintah untuk menutup usaha taksi online. Dan kebetulan bukan hanya pesaingnya, pemerintah pun kayanya mendukung langkah ajaib ini. Alih-alih meminta mereka untuk membenahi diri, memperbarui armada dan meningkatkan pelayanan, pemerintah justru ikut arus membuat pembatasan ini itu yang jatuhnya bikin orang geleng-geleng aja saking ajaibnya.
Saya sebagai pengguna angkutan umum ingin memberi janji kepada para pemilik usaha angkot terutama, seandainya saja armada kalian bersih, ber-AC, ga ngetem kelamaan dan sembarangan, ga maksain penumpang masuk kalau uda penuh, ga nyetir ugal-ugalan saya janji saya pasti akan terus naik angkot daripada naik taksi online. Karena tarif kalian pasti lebih murah dan saya ga perlu capek-capek buka aplikasi, tinggal berdiri di pinggir jalan kalian pasti lewat menyelamatkan saya. Tapi uda berapa puluh tahun saya nungguin ga pernah ada satu pun dari kalian yang berinisiatif untuk itu. Yang ada semakin lama semakin ngawur nyetirnya, semakin ancur armadanya, semakin preman supirnya. Itu sama aja kalian buka warung tapi pake bahan makanan yang uda basi, dimasak sama orang yang ga bisa masak, pake bumbu yang ngasal, uda gitu harganya mahal pula, terus marah kalo orang lebih milih untuk makan di rumah makan sebelah.
Abis itu dengan ajaibnya protes ke pemerintah dan pemerintah dengan lebih ajaibnya ngebela kalian. Rumah makan baru tadi diharuskan menggunakan bahan basi dan merekrut orang yang ga bisa masak untuk jadi koki dan harga sudah ditentukan sama mahalnya.
Buset dah. I love Indonesia....I wish.