Halo agan - sistah yang kece, baik hati dan rajin menabung
Quote:
Hari ini ane akan membagi informasi bagaimana cara menghubungi dosen dengan sopan agar terhindar dari gagal sidang cuman gara-gara ketidaksopanan kita saat nge chat dosen. Seperti yang diketahui agan dan sista, anak-anak milenial jaman now ngechat dosennya dengan langsung bilang "Pak, besok bisa ketemuan ga?", tanpa ada kata "maaf" "terimakasih" "maaf mengganggu" .
plis gan... walaupun nyebelinnya total totatalan, beliau patut dihargain juga sebagai dosen.
Kuy disimak cara yang sopan dan aman saat menghubungi dosen
Universitas Indonesia (UI) mengeluarkan imbauan tata krama berjudul 'Etika Menghubungi Dosen Melalui Telepon Genggam' yang mulai berlaku sejak September 2017. Imbauan ini bertujuan agar mahasiswa menjaga sopan santun saat berinteraksi dengan dosen.
Sejumlah fakultas di UI mencantumkan hal tersebut di laman situsnya, salah satunya Fakultas Teknik UI.Imbauan tersebut disajikan dalam dua bahasa melalui infografik.
Setidaknya ada 7 poin imbauan yang dibuat UI. Pertama, mengenai waktu yang tepat menghubungi dosen, yaitu bukan di waktu ibadah atau di atas pukul 8 malam. Kedua, mengawali pembicaraan dengan baik menggunakan salam atau sapaan.
Ketiga, mengutarakan sopan santun dan kerendahan hati lewat kata "maaf" di awal kata. Keempat, menyampaikan identitas jelas agar bisa dikenali.
Kelima, penggunaan bahasa yang baik dalam konteks formal, tanpa disingkat. Keenam, penyampaian pesan yang jelas dan langsung ke inti masalah, tapi tetap sopan. Ketujuh, mengakhiri pesan dengan baik seperti berucap salam atau terima kasih.
Spoiler for Ini nih gan petunjuk buat hubungin dosen yang baik dan benar:
Adakah yang salah dengan perilaku mahasiswa masa kini? Bagaimana sebaiknya etiket mahasiswa terhadap dosen?
Sejak beberapa waktu lalu, dikeluarkannya imbauan ini mengundang tanggapan viral warganet, khususnya para pengguna jejaring sosial. Kebanyakan mereka menilai mahasiswa zaman sekarang mengalami yang namanya "pelunturan budaya sopan santun".
Rifelly Dewi Astuti selaku Kepala Humas UI menegaskanbahwa etiket tersebut adalah imbauan, bukan aturan. Isinya pun bersifat wajar dan normatif. Fungsinya agar mahasiswa punya petunjuk cara-cara berkomunikasi yang tepat dengan dosennya. "Mungkin saja kan ada yang tidak sopan," katanya saat berbincang dengan detikNews.
Manajer Pendidikan dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia Lina Miftahul Jannah dikutip Tempo.co menjelaskan, dikeluarkannya imbauan itu sejak 26 September 2017 karena ada keluhan dari para dosen terkait gaya komunikasi mahasiswa.
Lina mencontohkan pada bimbingan skripsi. Ketimbang bertanya terlebih dahulu kesiapan waktu sang dosen tanpa "menembak" waktu tertentu, mereka langsung katakan "Pak, besok bisa ketemuan?" Terlebih yang butuh dosen saat bimbingan itu mahasiswa, bukan sebaliknya.
Masalah lainnya, beber Lina, jam komunikasi yang dilakukan mahasiswa. Ada sebagian mahasiswa yang menghubungi para dosen di malam hari. "Seharusnya kan pada jam kerja saja. Ada beberapa dosen yang merasa terganggu karena sedang istirahat," terangnya.
Dosen Psikolog Universitas Indonesia Bona Sardo menilai gaya bahasa yang berubah terjadi karena semakin gencarnya media sosial. Termasuk kosa kata ala milenial yang sangat sederhana, serba cepat, dan efisien. Alhasil, cara berkomunikasi dengan teman sejawat terbawa saat berkomunikasi dengan para dosen yang usianya lebih tua.
"Generasi milenial ini sudah lahir bersama internet yang cenderung instan dan ingin segala sesuatunya cepat dan mendesak. Padahal semua ada prosesnya dan tidak semua bisa selesai dengan bimbingan cepat," jelasnya.
Psikolog Astrid Wen juga memberi pandangan menyoal Menurutnya, mahasiswa masa kini punya latar belakang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Generasi kelahiran 80an-90an, rata-rata memiliki kondisi keluarga yang sulit dalam hal keuangan. Mereka melihat bagaimana susahnya orang tua mencari sesuap nasi. Keterbatasan demokrasi juga membuat mereka tidak bisa seenaknya berbicara kepada orang tua. Ada rasa takut yang ditanamkan orang tua kepada anak saat itu.
Beda halnya dengan sekarang, kebanyakan berasal dari keluarga mampu alias menengah ke atas. Begitu pula kebebasan berekspresi menyampaikan pendapat di rumah lebih tinggi, yang kemudian terbawa saat berinteraksi dengan dunia luar.
"Di media sosial mereka bisa menyapa dan mengkritik orang-orang terkenal dengan mudah, mereka juga merasa seyogianya hal yang sama dapat dilakukan pada dosen," jelas Devi.
Sementara itu, orang tua modern tidak ingin dinilai sebagai orang tua kejam dengan model disiplin tradisional ala zaman dulu. Kemudian, secara tidak sadar milenial dibesarkan dengan dimanjakan dan diistimewakan. Alhasil, mereka memiliki determinasi rendah, sangat percaya diri sehingga cenderung tidak menghargai orang lain.
Itulah mengapa imbauan tersebut juga merupakan upaya yang dilakukan pihak kampus agar mahasiswa terdidik dan terlatih bertenggang rasa.
Aspeknya bahkan meluas. Bukan cuma belajar etika berkomunikasi, tapi juga tata cara berinteraksi yang baik pada sesama. Sebab, kebiasaan umum mahasiswa era milenial berkomunikasi lewat medsos di dunia maya bisa memperburuk interaksi langsung secara nyata.
Bona menekankan untuk saling menghargai dan menghormati sesama, tidak hanya pada dosen dan staf pengajar, tapi juga petugas administrasi maupun pegawai kampus lainnya.
Tak hanya saat ini, imbauan juga berlaku di kemudian hari. Salah satunya agar mahasiswa bisa berkomunikasi dengan lebih baik saat memasuki dunia kerja. "Harapannya mereka nanti terbiasa berkomunikasi dengan baik di lingkungan sosial," tutup Lina.
Quote:
Ternyata ada beberapa akibat mengapa terjadinya hal ini, yang pertama karena berkembangnya dunia digital dan Kedua, karena orang tua jaman modern tidak mau mendidik anaknya dengan cara jaman baheula gan
SEMOGA INFO INI BERMANFAAT
Quote:
Buat liat informasi menarik lainnya seperti artikel di atas bisa liat Di marih
Jangan lupa rate bintang 5, tinggalin komentar dan bersedekah sedikit cendol buat ane dan ane doain agan makin ganteng dan cantik deh
SUMUR: Beritagar.id