seher.kenaAvatar border
TS
seher.kena
Dr Ir Dwi Hartanto Raih Prestasi Gemilang di Belanda

Liputan6.com, Jakarta Untuk kesekian kalinya, diaspora Indonesia mengukir prestasi dan mengharumkan nama bangsa. Kali ini prestasi dipersembahkan Dr Ir Dwi Hartanto yang telah menamatkan studi doktoralnya di TU-Delft bidang kedirgantaraan, dengan beasiswa dari pemerintah Belanda.

Saat ini, pria kelahiran tahun 1987 itu sedang menempuh professorship dalam programtenure track yang dipersiapkan dan diproyeksikan menjadi full professor permanen di Technische Universiteit Delft (TU Delft), Belanda. Riset Dwi adalah "Aerospace Engineering, dengan konsentrasi Spacecraft Research and Development (i.e. rocket, satellite and jet fighter)".

Belum lama ini Dwi mendapat anugerah dan kesempatan untuk mengukir prestasi dan mengharumkan Ibu Pertiwi lagi dengan menapakkan kaki di podium tertinggi dalam ajang prestisius kompetisi riset teknologi antarSpace Agency (Lembaga Penerbangan dan Antariksa) dari seluruh dunia di Cologne, Jerman.

Kompetisi prestisius tersebut diikuti oleh ilmuwan-ilmuwan perwakilan space agencymasing-masing negara, antara lain; ESA (Eropa), NASA (Amerika), DLR (ESA/ Jerman), ESTEC (ESA/ Belanda), JAXA (Jepang), UKSA (Inggris), CSA (Kanada), KARI (Korea), AEB (Brazil), INTA (Spanyol), dan negara-negara maju lain.

Kompetisi riset tersebut tergolong prestisius karena selain merupakan “privacy-based space agency research competition”, kompetisi tersebut juga menghadirkan topik-topik riset dengan teknologi tinggi (pinnacle of technology category) dan tahapan seleksi masuknya juga tidak mudah.

Sebelum masuk ke tahap final di Cologne, Jerman, para ilmuwan harus melewati tahap seleksi internal di masing-masing space agency. Top 3 dari masing-masing agen luar angkasa berhak mengikuti tahap final yang dibagi dalam tiga kategori atau topik, yaitu: Spacecraft Technology, Earth Observation dan Life Support Systems in Space.

Dwi Hartanto menjuarai bidang kategori riset Spacecraft Technology dengan judul riset “Lethal weapon in the sky” atau senjata yang mematikan di angkasa. Dari hasil riset tersebut, beberapa teknologi utama sudah berhasil ia patenkan bersama timnya.

“Sesuai dengan judul dalam risetnya, saya dan team mengembangkan pesawat tempur modern yang disebut sebagai pesawat tempur generasi ke-6. Berawal dari keberhasilan saya dan tim saat diminta untuk membantu mengembangkan pesawat tempur EuroTyphoon di Airbus Space and Defence menjadi EuroTyphoon NG (Next Generation/yang sekarang dalam tahap testing tahap akhir) yang mempunyai kemampuan tempur jauh lebih canggih dari generasi sebelumnya dari segi engine performance, kecepatan, aerodinamik serta teknologi (avionik) tempurnya," ia menjelaskan.

"Keberhasilan tersebut membawa saya dan tim untuk meneruskan perkembangan teknologi pesawat tempur ke level berikutnya yang digadang bakal menjadi 'era pertempuran pesawat abad baru',” kata pria yang memperoleh gelar S1-nya dari Tokyo Institute of Technology, Jepang.

Berbekal penguasaan teknologi yang mendalam dan matang dalam bidang roket dan jet teknologi, Dwi dan tim berhasil mengembangkan mesin pesawat tempur modern yang mereka sebut dengan “hybrid air-breathing rocket engine”.

Teknologi baru tersebut memungkinkan pesawat tempur generasi ke-6 yang sedang mereka kembangkan untuk melesat di dalam jangkauan atmosfer bumi dan near-space(jangkauan di luar atmosfer, yang tipikal jet tempur generasi sebelumnya tidak dapat terbang karena keterbatasan oksigen).

Teknologi ini sangat berbeda dengan teknologi mesin jet lain seperti SABRE (Synergistic Air-Breathing Rocket Engine) maupun tipikal Scramjet/Ramjet konvensional yang masih bermasalah dalam thrust-to-weight ratio serta pengendalian energi yang dihasilkan.

Hybrid air-breathing rocket engine yang mereka kembangkan tersebut mampu beroperasi bergantian dari mode penerbangan level atmosfer ke mode penerbangan near-space atau sebaliknya dengan kecepatanhypersonic (Mach 7-8), yang tentu saja mengalahkan engine performance dan kecepatan pesawat-pesawat tempur generasi ke-5 yang hanya mengandalkan teknologi “afterburner” konvensional.

Ketika ditanya tentang pengalaman yang membanggakan ini, Dwi menjawab, “Sesaat selepas presentasi, bahkan sebelum saya sempat kembali ke tempat duduk, ada beberapa orang sedang menunggu dan menghampiri saya dengan raut muka sangat serius. Ini sempat membuat saya bertanya-tanya dalam hati beberapa saat."

Ternyata, kata Dwi, mereka adalah perwakilan dari Lockheed Martin dan NASA/ JPL yang tertarik dengan teknologi yang sedang ia dan tim kembangkan. Mereka menawarkan kerja sama strategis untuk bersedia masuk dalam program transfer teknologi untuk membantu mengembangkan proyek di tempat mereka.

Permintaan organisasi kedirgantaraan dan perusahaan besar tersebut sedang didiskusikan di level internal ESA dan Airbus Defence and Space karena Dwi juga berafiliasi dengan perusahaan tersebut, yang notabenya adalah saingan dari Lockheed Martin, perusahaan pesawat tempur dari Amerika Serikat.

Terlepas dari pencapaian itu, Dwi ingin sedikit berbagi pesan. "Menurut saya, sebenarnya kita punya potensi SDM yang sangat mumpuni untuk menguasai bidang teknologi tinggi,event ini salah satu pembuktiannya," katanya.

Ia berpesan, jadi jangan pernah pesimistis, takut, apalagi berkecil hati apabila punya cita-cita yang tinggi. Apalagi cita-cita tersebut berkaitan dengan program strategis kebangsaan yang memang harus dikuasai teknologinya untuk membawa kejayaan Ibu Pertiwi di masa depan. Tetaplah jadi pribadi yang ulet dan pantang menyerah. Biasanya para pemenang berbahan bakar hal tersebut.

http://m.liputan6.com/citizen6/read/2978096/dr-ir-dwi-hartanto-raih-prestasi-gemilang-di-belanda

Jangan pesimis gan
Diubah oleh seher.kena 21-06-2017 06:09
0
7.8K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.7KThread40.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.