- Beranda
- The Lounge
Memperjelas Soal Impor 5000 Senjata
...
TS
sengkunibarbar
Memperjelas Soal Impor 5000 Senjata
Quote:
Kontroversi impor senjata oleh Brimob yang sempat diributkan masyarakat berakhir sudah. Divisi Humas Polri mengabarkan persenjataan itu yakni 280 pucuk Stand Alone Grenate Launcher beserta amunisinya, kini sudah bisa dikeluarkan dari gudang di Bandara Sukarno Hatta hari Selasa, 3 Oktober 2017 pukul 8 pagi. Pengeluaran senjata itu disaksikan petinggi BAIS, TNI, Polri, Bea Cukai dan pejabat instansi terkait. Dari penjelasan Humas Polri jelas sudah bahwa tidak ada prosedur yang dilanggar. Namun secara tersirat, Polri mengakui ada miskoordinasi dengan mengatakan kedepan seluruh pembelian senjata dilakukan lewat satu pintu yakni melalui Kementerian Pertahanan. Ini sesuai dengan permintaan Menteri Ryamizard Ryacudu.
Keterangan Pers Divisi Humas Polri ini juga menyiratkan akar permasalahan yang nampaknya membuat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo jengkel hingga keluar pernyataan tajam dia soal impor 5000 senjata. Panglima ingin kesetaraan dalam bentuk perlakuan dimana TNI jika beli senjata harus lewat Kemenhan, harusnya polisi juga. Jadi pernyataan Jenderal Gatot adalah sentilan membangun agar Kemenhan dan Polri tertib dan mengikuti prosedur yang berlaku. Masalah senjata jelas sudah clear dan case closed karena Presiden menegaskan dialah atasan tertinggi Polri dan TNI. Semua pihak harus bertindak melalui tupoksi masing-masing hingga miskomunikasi bisa dihindarkan.
Bagi saya jelas bahwa pernyataan Panglima TNI soal 5000 senjata tidaklah bermuatan politis. Apalagi dikaitkan dengan rumor bahwa sang Jenderal siap-siap cari cantelan politik saat dia pensiun tujuh bulan lagi. Jenderal Nurmantyo adalah prajurit profesional yang setia pada tugasnya. Jadi salah besar juga jika dia digosipkan berseberangan dengan Jenderal Tito. Dua tokoh yang punya kewenangan luas menggerakkan pasukan dan mengangkat senjata adalah sepasang yang selalu kompak berjalan menertibkan dan mengamankan negeri ini dari berbagai ancaman. Pastinya Jenderal Tito memandang reaksi Panglima TNI adalah kritikan dari seorang sahabat. Bukankah sahabat terbaik adalah yang bisa mengingatkan ketika salah satunya bertindak salah?
Jadi yang menginginkan polisi dan TNi berhadap-hadapan apalagi mengkait-kaitkan dengan umat Islam, mereka adalah gerombolan orang-orang tolol yang kalap. Kalap karena usaha mereka memecah belah dengan dukungan dana dari kampret-kampret politik lagi-lagi menemui kegagalan. Mereka tidak sadar bahwa kedekatan petinggi TNI dan Polri dengan sejumlah kelompok Islam bukanlah sebuah persetujuan akan tindakan intoleran mereka. Keduanya justru menjaga agar mereka tidak bertindak liar. Jika nakal, pasti kepala mereka dikemplang. Keduanya menjinakkan bahkan memanfaatkan kelompok-kelompok itu agar tidak bertindak keterlaluan. Mereka jelas tidak bisa disetir oleh dorongan nafsu sektarian dan rasial. Gatot dan Tito, TNI dan Polri hanya bisa disetir oleh Undang-Undang. Bukan oleh pecundang.
Keterangan Pers Divisi Humas Polri ini juga menyiratkan akar permasalahan yang nampaknya membuat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo jengkel hingga keluar pernyataan tajam dia soal impor 5000 senjata. Panglima ingin kesetaraan dalam bentuk perlakuan dimana TNI jika beli senjata harus lewat Kemenhan, harusnya polisi juga. Jadi pernyataan Jenderal Gatot adalah sentilan membangun agar Kemenhan dan Polri tertib dan mengikuti prosedur yang berlaku. Masalah senjata jelas sudah clear dan case closed karena Presiden menegaskan dialah atasan tertinggi Polri dan TNI. Semua pihak harus bertindak melalui tupoksi masing-masing hingga miskomunikasi bisa dihindarkan.
Bagi saya jelas bahwa pernyataan Panglima TNI soal 5000 senjata tidaklah bermuatan politis. Apalagi dikaitkan dengan rumor bahwa sang Jenderal siap-siap cari cantelan politik saat dia pensiun tujuh bulan lagi. Jenderal Nurmantyo adalah prajurit profesional yang setia pada tugasnya. Jadi salah besar juga jika dia digosipkan berseberangan dengan Jenderal Tito. Dua tokoh yang punya kewenangan luas menggerakkan pasukan dan mengangkat senjata adalah sepasang yang selalu kompak berjalan menertibkan dan mengamankan negeri ini dari berbagai ancaman. Pastinya Jenderal Tito memandang reaksi Panglima TNI adalah kritikan dari seorang sahabat. Bukankah sahabat terbaik adalah yang bisa mengingatkan ketika salah satunya bertindak salah?
Jadi yang menginginkan polisi dan TNi berhadap-hadapan apalagi mengkait-kaitkan dengan umat Islam, mereka adalah gerombolan orang-orang tolol yang kalap. Kalap karena usaha mereka memecah belah dengan dukungan dana dari kampret-kampret politik lagi-lagi menemui kegagalan. Mereka tidak sadar bahwa kedekatan petinggi TNI dan Polri dengan sejumlah kelompok Islam bukanlah sebuah persetujuan akan tindakan intoleran mereka. Keduanya justru menjaga agar mereka tidak bertindak liar. Jika nakal, pasti kepala mereka dikemplang. Keduanya menjinakkan bahkan memanfaatkan kelompok-kelompok itu agar tidak bertindak keterlaluan. Mereka jelas tidak bisa disetir oleh dorongan nafsu sektarian dan rasial. Gatot dan Tito, TNI dan Polri hanya bisa disetir oleh Undang-Undang. Bukan oleh pecundang.
ohohohoh.... ada yg kejang2..
Spoiler for :
0
1.5K
Kutip
11
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.3KThread•84KAnggota
Urutkan
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru