Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Ā© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mompangjae1982Avatar border
TS
mompangjae1982
KORUPSI Pertamina
Forward :

"Benarkah Crisna Damayanto Mantan Tersangka Impor minyak Zatapi akan Menghabisi Saya ??? "


Kegalauan dan ketegasan Menteri ESDM Jonan bisa jadi banyak benarnya dalam hal menyikapi komunikasi dengan whatsapp dengan Dirut Pertamina Elia Masa Manik terkait beban Pertamina semakin besar sehubungan harga minyak dunia merangkak naik ( media nasional 26/9/2017) , tetapi Pemerintah tetap tidak akan menaikan harga BBM penugasan dan subsidi .

Sikap tegas Jonan itu dapat dikatakan cerdas dan penuh makna seperti sudah dia perlihatkan kepada PLN , artinya Elia Masa Manik tidak bisa membaca satire yang disampaikan Jonan , bahwa Pertamina jangan terlalu manja dan selalu minta keistimewaan saja , tetapi tidak banyak melakukan perbaikan terhadap proses bisnisnya supaya lebih efisien , karena Jonan sudah banyak mendapat informasi bahwa Pertamina dalam proses bisnisnya belum banyak melakukan perubahan , dan itu membuktikan EMM belum mampu memetakan dan menyelesaikan ketidak efisienan yang ada , padahal sudah segudang staff khusus dikeliling dia baik resmi maupun tidak resmi , faktanya dibawah kendali dia Pertamina pada semester 1 tahun 2017 anjlok labanya sebesar 24 % dari semester 1 tahun 2016.

Adapun sebuah contoh kecil soal ketidak efisienan yang sudah terjadi dibagian hilir dari tata kelola ini adalah cara Pertamina membeli katalis yang bisa memberikan " yield RCC Naptha " yang lebih tinggi produknya , tetapi faktanya malah membeli katalis yang hanya " yield RCC Naptha" lebih rendah produknya daripada yang sudah biasa dibeli .

Potensi kerugian dari kebijakan tersebut pertahunnya bisa mencapai sekitar USD 30 juta kalau penurunan "yield RCC Naptha " dari target " yield 50%" , dan kalau dengan target "yield 52%" bisa mencapai USD 60 juta . Sehingga dalam tulisan ini lebih fokus soal mengulas " ketidak efisienan pembelian katalis " , sedangkan soal potensi kerugian soal proyek " ROPP Balongan " dan " RFCC Cilacap " akan saya tulis secara cerita berseri .

Sebagai contoh kecil adalah kasus menarik diamati mengapa ada disposisi maut oleh Direktur Pengolahan Crisna Damayanto tertanggal 29 januari 2013 , disposisi itu atas rencana uji katalis yang diusulkan oleh SVP Refining Operasi kepada Direktur Pengolahan dgn nomor memo : R-012/E10000/2013-S2 tertanggal 29 januari 2013 ( copy dokumen terlampir ) . Seharusnya sebelum katalis itu ditenderkan sesuai prosedur yang sudah baku di direktorat pengolahan adalah harus dilakukan terlebih dahulu test laboratorium dari laboratorium independen di Yunani terhadap semua produk katalis yang akan diundang dalam tender, ternyata hasil test tersebut untuk katalis UOP dan Albemarle gagal.

Menurut sumber yang sangat layak dipercaya, gagalnya Albermarle diduga yang membuat Crisna Damayanto marah besar saat itu dan menyatakan hasil test tersebut salah.
Lalu dia perintahkan kebagian teknologi untuk usulkan tidak perlu lagi "laboratorium test" tetapi "plant test" saja, dan berbuah disposisi maut itu.

Akan tetapi langkah Crisna Damayanto sangat tergesa gesa bahkan melanggar aturan , adapun Kesalahan terbesar atas kebijakan yang dilakukan Crisna saat itu adalah melanggar TKO ( Tata Kelola Organisasi ) atau lebih dikenal SOP yang sudah baku di Direktorat Pengolahan bahwa wajib melakukan test laboratorium ke Yunani , namun siapa yang bisa menghadang kekuasaan yang digenggam oleh Crisna Damayanto ( CD ) sbg Direktur Pengolahan saat itu , bahkan banyak bawahannya yang mengingatkan kebijakan itu salah harus menerima nasib tragis digeser ke posisi tak jelas dan menghancurkan karir mereka untuk bisa memperbaiki kinerja Pertamina , terlebih hebat lagi sikap Crisna Damayanto terkesan institusi KPK dan Polri saja dibawah kendali dia ( berdasarkan rekaman dialog via whatsapp antara CD dgn YU pada tanggal 3/10/2017 ).

Sebaiknya harus tau bahwa Crisna Damayanto sebelum menjabat direktur pengolahan pada tahun 2012 , sebelumnya adalah mantan tersangka kasus impor minyak Zatapi dengan pemasok Gold Manor Resources yang ditenggarai dibawah kendali Moh Reza Chalid yang terlanjur kesohor dipublik sebagai mafia migas yang tak tersentuh oleh siapapun , dan terkesan keperkasaan CD luar biasa sampai bisa mendikte KPK dan Polri , sehingga mendadak muncul nomor tel 087884356944 mengaku dari mabes polri akan menyita dokumen katalis kilang Balongan yang saya miliki , berulang kali saya pertanyakan siapa namanya dan apa pangkatnya , tetapi orang tersebut malah semakin tegas menyatakan " tunggu kamu disitu , saya tau posisi kamu , serahkan sama saya berkas Balongan itu " , tetapi saya tunggu sampai dua jam tetapi tidak muncul , dan dapat saya pastikan orang itu merupakan atas suruhan Crisna Damayanto , karena saya tidak mengenal yang menelpon dan diapun tidak mengenal saya , yang tau nomor " hand phone " saya ya hanya Crisna Damayanto .

Keperkasaan Crisna Damayanto semakin terlihat dengan sikapnya dia mengancam akan menghabiskan keluarga saya , bahkan lebih jauh dia malah sdh seperti tuhan bisa menyatakan umur saya tidak akan panjang.

Semua rekaman dialog tersebut , disertai berkas disposisi dan nomor HP Crisna Damanyanto dan yang mengaku Polisi sudah saya kirim langsung dengan whatsapp kepada komisioner KPK Basaria Panjaitan dan terkonfirmasi.

Oleh karena itu , pembelian minyak mentah di ISC sampai saat ini masih lebih banyak melalui traders daripada NOC negara produsen dan kesalahan memilih katalis akan menyumbang biaya pokok produksi BBM , LPG dan Propylene menjadi lebih mahal , sehingga rakyat bisa menggugat Pertamina telah lalai menjalankan proses bisnisnya dengan benar sesuai prinsip GCG.

Anehnya lagi ternyata Pertamina tidak sensitif dengan keprihatinan sedang merosot labanya, entah dengan alasan apa tiba tiba Direktur Pengolahan Toharso dengan rombongan besar akan melakukan " road show " ke pabrik katalis di Jepang , Jerman , Yunani dan Amerika Serikat tanggal 9 Oktober sampai dengan 15 oktober 2017, ini adalah kegiatan pemborosan dan padahal semua katalis itu bukan barang baru , sudah dipakai di kilang Pertamina sejak sekitar 20 tahun yang lalu.

Terlebih lagi, kebutuhan katalis memang semakin meningkat setelah beroperasinya kilang RFCC di Cilacap maupun nanti Kilang Langit Biru Cilacap yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi. Menjadi pertanyaan adalah apakah kita akan terus import katalis tersebut , sedangkan di dekat kilang Balongan ada pabrik Katalis yang saat ini tidak beroperasi dikarenakan permainan import ini.

Mengapa Pertamina tidak mengambil alih pabrik katalis tersebut sehingga kebutuhan katalis yang semakin meningkat itu dapat dipenuhi sendiri tanpa ketergantungan pada produk import.

Disini saya gagal paham.


Medan 5 Oktober 2017

šŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡ØšŸ‡²šŸ‡Ø
CERI - Yusri Usman

Refrensi ;

1. https://m.detik.com/finance/energi/3...im-wa-ke-jonan

2. http://nasional.kompas.com/read/2008...Minyak.Zatapi.

3. https://m.detik.com/finance/berita-e...minyak-zatapi-

4. http://ekbis.rmol.co/read/2016/09/29...Minyak-Zatipu-

5. http://eksplorasi.id/kasus-minyak-sa...tensif-di-isc/
yuswijaya
yuswijaya memberi reputasi
1
4K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThreadā€¢84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.