Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Jangan Pernah Jadikan Film Hiburan Berunsur Sejarah Sebagai Acuan Utama

dodydrogbaAvatar border
TS
dodydrogba
Jangan Pernah Jadikan Film Hiburan Berunsur Sejarah Sebagai Acuan Utama


Menjelang tanggal 30 September beberapa pihak seperti biasa akan selalu ada yang menyebarkan isu PKI atau komunis karena berkaitan dengan sejarah pada saat tanggal tersebut. Mirisnya beberapa pihak itu seperti tidak mengenalkan sejarah sesuai kaidahnya namun lebih ke kebencian kepada ideologi komunis itu sendiri dan juga PKI. Tentu kedua hal tadi memang punya sejarah buruk dengan negara ini namun bukan berarti kita tak punya hak untuk mempelajari sejarah secara objektif dan tidak terpengaruh sana - sini. Sayangnya kebencian dan dendam kesumat yang berlebihan itu membuat orang tidak lagi kritis mempelajari sejarah tapi lebih ke mempelajari 'semau gue' tanpa melihat data yang valid dan berbagai sudut pandang.

Parahnya baru - baru ini beberapa pihak seperti ormas dan TNI mempunyai program nonton bareng film G30S PKI dengan alasan untuk menambah wawasan sejarah masa lalu biar tak terulang lagi. Walau sepintas seperti mengajak untuk membenci ideologi komunis atau PKI tersendiri ketimbang mempelajari sejarah secara baik, bukan bermaksud membela komunis dan PKI namun sejarah memang tak bisa dibuat main - main. Sebelum membahas lebih jauh, di sini kita lebih akan membahas film hiburan berunsur sejarah, film yang murni dibuat untuk menghibur orang seperti film horor, drama, action dan lain sebagainya. Sedangkan unsur sejarah di sini seperti melibatkan kejadian bersejarah misal film Rambo 2 yang berseting pada masa perang Vietnam atau Full Metal Jacket atau film yang menceritakan kembali kejadian sejarah pada saat tertentu seperti Pearl Habour atau G30S PKI. Tidak ada masalah sebenarnya jika mau menontonnya.

Namun akan menjadi sebuah masalah apabila film tersebut menjadi acuan utama sebagai menambah wawasan sejarah. Ada alasan - alasan tertentu kenapa tidak bisa menjadi acuan sejarah tertentu:

1. Adanya hal yang dilebih - lebihkan





Dalam film hiburan biasanya demi menarik perhatian penonton unsur dramatisasi atau kehebohan akan dikedepankan bahkan untuk film yang sedikit actionnya. Ketika ada sebuah sejarah tertentu terkadang pembuat film akan menambahkan unsur dramatis, horor, penuh action untuk menambah keunikan film yang diangkat dari sejarah tertentu atau biar tak datar - datar saja dan sayangnya hal inilah yang membuat semakin tidak akurat film tersebut. Belum lagi film hiburan itu dimainkan oleh artis - artis yang memang diarahkan buat lebih dramatis. Dan sudah tentu sebagai penonton yang bijak tidak boleh mempercayai begitu saja apa yang ditampilkan di film hiburan itu apalagi soal wawasan sejarah di dalamnya. Yang ada malah menambah kekeliruan saja.

2. Rentan akan kepentingan propaganda pihak tertentu





Walau saya sendiri tak setuju soal propaganda yang diidentikan dengan tujuan buruk (akan saya bahas di thread lain), saya harus mengakui kalau beberapa kepentingan propaganda di sebuah film berunsur sejarah itu biasanya lebih condong ke tujuan yang kurang begitu bagus dan tentu penuh kepentingan dan tidak objektif. Misalnya seperti beberapa film seting perang Vietnam biasanya menggambarkan Amerika seolah pihak jagoan, yang benar dan bahkan jadi pemenang kayak di film Rambo 2. Tentu jika kita menelisik sejarah dengan fakta yang valid serta berbagai sudut pandang maka akan menyebutkan justru sebaliknya yang terjadi alias Amerika yang kalah. Tidak semua memang namun biasanya seperti itu. Sama seperti film G30S PKI yang sumber faktanya tidak objektif dan mungkin tidak semuanya fakta. Dan sekali lagi hal ini membuat film berunsur sejarah menjadi tidak akurat serta kurang pas menjadi acuan kecuali memang rela dibrainwash.

3. Kurangnya sumber pendukung yang valid yang membuat film berunsur sejarah itu menjadi tak akurat



Hal ini memang kadang terjadi, karena tim produksi mereka mungkin kurang menelaah sumber pendukung sejarah tersebut. Bahkan sumbernya yang sebenarnya diperdebatkan kebenarannya malah diambil karena mungkin itu lebih menjual dalam segi cerita atau memang tidak ada sumber lain yang lebih valid sebagai pendukung karena keterbatasan sumber pendukung itu sendiri. Dan ini tentu menimbulkan ketidak akuratan dalam film tersebut.

Beberapa contoh film sejarah yang tak akurat misalnya seperti Amadeus (1984), Amistad (1997), Tombstone (2000), Marie Antoniette (2006), Glory (1989), Elizabth (1998) serta film - film lain yang scene - scenenya menggambarkan ketidakakuratan terhadap kejadian terkait sejarah itu sendiri, penjelasan lengkap bisa dilihat di link sumber di bawah. Sama halnya dengan film Indonesia, G30S PKI, dimana sebagian scene yang kurang begitu akurat seperti adegan mata jenderal yang dicungkil, yang wajahnya disayat, dan Gerwani yang menari-nari. Mungkin saja sebagian akurat, nama pada dasarnya sebuah film yang dari awal memang dibuat sebagai propaganda kepentingan tertentu, tentu ada baiknya jangan dijadikan dasar ilmu sejarah karena rentan ketidak objektifan dan penuh kepentingan walau memang dari segi cinematografi emang menarik dan bagus.

Jika kita melihat alasan - alasan tadi, sudah tentu merupakan hal yang buruk apabila mempercayai sejarah berdasarkan film hiburan. Pada dasarnya film itu dibuat untuk menghibur, tentu ada beberapa aspek yang sedikit diubah. Namun untuk mempercayai penuh ada baiknya dihindari. Film itu hanya untuk memancing minat, penasaran, dan tambahan wawasan kecil saja dan untuk mengetahui sejarah sebenarnya ada baiknya bisa membaca buku atau artikel tentang sejarah dan penelitian yang dilakukan oleh pihak yang kompeten seperti Universitas atau lembaga tertentu yang menaungi bidangnya. Walau memang sebagian buku sejarah sendiri sebenarnya juga ada yang mungkin berdasarakan kepentingan propaganda tertentu namun di era keterbukaan informasi ini buku sejara yang lepas dari kepentingan propaganda tertentu juga ada dan bisa menambah wawasan dari sudut pandang yang lain.

Lalu bagaimana dengan film dokumenter berunsur sejarah? Walau memang film dokumenter punya kelebihan dari film pada umumnya yaitu mendatangi langsung sumber pendukung atau narasumber saksi sejarah dan bisa lebih objektif walau yang gak objektif pun mungkin juga ada, terkadang film jenis ini juga ada yang didramatisir sehingga menambah ketidakuratan itu sendiri. Tidak semua seperti itu, walau fungsi media film sendiri ada yang menghibur, mengedukasi serta menambah wawasan, kita sendiri harus bijak menyikapi film itu sendiri. Seperti kaya Wan Hitler, film memang media bagus untuk menyampaikan pesan karena audiens lebih suka menonton dengan sajian suara dan visual yang hebat ketimbang tulisan atau suara semata. Namun ada baiknya kita bisa membedakan aspek hiburan dan sejarah itu sendiri.

Sekian tulisan saya saat ini. Saya sendiri juga penggemar film, walau begitu kita harus tetap kritis akan yang kita tonton. Terakhir, mohon maaf jika masih ada kesalahan. Salam damai untuk semua.

Yang ingin mampir ke tulisan saya lainnya bisa masuk kemari:

Melawanisusara
http://melawanisusara.blogspot.co.id...m-hiburan.html


Berikut sumber pendukung:
https://source.wustl.edu/2009/08/his...-be-challenge/
https://aelarsen.wordpress.com/2015/...-movie-part-1/
https://aelarsen.wordpress.com/2015/...-movie-part-2/
https://aelarsen.wordpress.com/2015/...-movie-part-3/
Film G30S PKI tak akurat

https://news.detik.com/berita/d-3645...wan-lipi-bagus
http://politik.rmol.co/read/2017/09/...g-Gue-Pikirin-
https://tirto.id/film-sebagai-alat-p...-penguasa-cxgY
https://tirto.id/film-dan-propaganda-bBC1
Polling
0 suara
Bermanfaatkah tulisan ini?
Diubah oleh dodydrogba 07-10-2017 03:43
0
14.4K
95
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.