Dengan para koruptor lembut sikapnya, namun dengan para pejuang rakyat brutal tindakannya. Ini berarti ada yang konslet dalam pemikirannya. Kalau ada yang menjarah uang rakyat didekati dan diajak berkoalisi membangun gerakan oposisi, namun kalau ada yang serius membangun negeri malah dimusuhi. Ini berarti ada yang busuk dari hatinya.

Terhadap para pendusta yang menghiasi dirinya dengan pernak-pernik agama, meski tidak pernah setia dengan kebenaran dan keadilan yang harus dijunjung tingginya, ia bela dan puja-puja hingga ada yang dijadikan sebagai imam besarnya

Tetapi pada yang taat beragama, yang selalu berhati-hati menjaga lisan dan sikapnya, sangat menyayangi sesama manusia dan alam semesta sebagai amanah Tuhan yang harus dijaganya, mereka malah memusuhinya dan menuduh serta memperolok-oloknya sebagai anjing pemerintah, ini berarti ada yang keliru dalam pemahaman agamanya.

Setahu saya yang berpuluh-puluh tahun menimba ilmu agama, dan berpuluh-puluh tahun hidup sebagai gerilyawan politik yang bolak-balik melawan dan menantang para bajingan negara, musuh kita sebenarnya itu bukan pemerintah, bukan pula pengusaha atau politisi, bukan yang Hindu, Budha, Yahudi atau Nasrani, tetapi musuh kita sebenarnya adalah ketidak adilan dan para pendusta agama yang memperdagangkan ayat-ayat Tuhan demi uang dan kekuasaaan.

Karenanya, jangan jadikan demo sebagai hobi, terlebih sebagai sarana untuk mencari uang dan kekuasaan, melainkan sebagai tindakan terakhir setelah kritik konstruktif tak mendapatkan perhatian. Akhiri semua kepalsuanmu, hei para pendusta agama !...