1. Makanan
Perubahan iklim mempengaruhi ekosistem dan makanan kita, kata deMenocal.
Lautan yang menyediakan 20 persen makanan manusia, misalnya, menjadi lebih asam akibat peningkatan karbon dioksida yang terserap. Hal ini membuat ribuan spesies seperti tiram, kepiting, dan terumbu kesulitan untuk membuat cangkang pelindungnya.
Sementara itu, kenaikan dua derajat celcius pada daratan dapat melipatgandakan kekeringan air dan menurunkan hasil panen para petani. Temperatur yang terlalu panas juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang berbunga seperti jagung dan biji-bijian lainnya.
2. Tempat tinggal
DeMenocal berkata bahwa sebanyak 40 persen populasi dunia hidup dalam jarak 100 kilometer dari laut. Dengan meningkatnya temperatur dunia, permukaan air laut yang naik akibat es yang meleleh dapat menghancurkan kota dan tempat tinggal mereka.
Sebuah laporan pada tahun 2015 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature menemukan bahwa di antara 1901 ke 1990, rata-rata permukaan air laut meningkat sebanyak 1,2 milimeter per tahun. Namun, angka tersebut melejit menjadi tiga milimeter per tahun dari tahun 1993 ke 2010.
3. Energi
Menurut Departemen Energi Amerika Serikat, sebanyak tujuh persen dari listrik di negara adidaya ini dibangkitkan menggunakan tenaga air. Akan tetapi, perubahan pola hujan dapat mengurangi kekuatan tenaga air.
“Hal ini tidak hanya mengancam Amerika Serikat, tetapi juga Eropa,” kata deMenocal.
4. Kesehatan
Menurut deMenocal, peningkatan temperatur dan perubahan pola hujan telah dihubungkan dengan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor seperti penyakit Lyme dan malaria.
“Bahkan, ketika penyakit tersebut berhasil dihilangkan dari suatu area, perubahan cuaca akibat perubahan iklim dapat membuatnya bermigrasi ke area yang lain,” ujarnya.
Selain itu, beberapa area seperti Timur Tengah dan Amerika Barat bisa menjadi tidak dapat ditinggali manusia karena temperatur yang ekstrem.
Sebab, temperatur yang tinggi biasanya juga dibarengi oleh tingkat kelembapan yang tinggi. Kedua hal tersebut membuat keringat tidak bisa menguap dan mendinginkan tubuh manusia. Kondisi ini dapat berujung pada kematian.
5. Ekonomi
Sebuah laporan oleh Bloomberg pada tahun 2015 menemukan bahwa peningkatan temperatur, terutama di Amerika Tenggara, dapat menurunkan produktivitas pekerja yang bekerja di luar ruangan sebanyak tiga persen.
Walaupun sekilas terlihat kecil, angka tersebut dua kali lipat lebih besar dari penurunan produktivitas yang terjadi pada era ’70-an akibat inflasi dan resesi ekonomi.