Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Tips Jitu Menangkal Hoax dan Isu


Kita ini kadang aneh. Seringkali disuruh melakukan atau memikirkan sesuatu, tanpa nyuruhnya secara parsial. Disuruh anti korupsi, tapi kadang infonya sepintas lalu. Istilahnya, gak dikupas secara komprehensif gitu lho. Atau disuruh memiliki semangat nasionalisme, tapi apa saja yang membuat semangat itu tumbuh, mekar dan berkembang? Pada gak kasi jawaban.

Demikian pula menanggapi beragam hoax dan isu yang tumbuh bermunculan bagaikan jamur dimusim penghujan. Kita disuruh waspada dan ikut serta menangkal munculnya isu. Tapi, dengan apa? Dan bagaimana?

Terbaru, kasus isu-isu liar yang ramai diperbicangkan adalah kasus saracen dan isu panas kebangkitan PKI. Dan lihatlah beranda maupun ciutan di medsos. Ramai, seru, heboh, sekaligus menjengkelkan.

Yuk, kita coba memberikan sedikit kontribusi bagi para pembaca sekalian. Syukur-syukur di share, biar orang-orang bisa menemukan secercah harapan dipadang pasir luas nan gersang ini, untuk merespons beragam hoax maupun isu.

Berikut tips yang bisa dicoba untuk menangkal serangan rudal Kim Jon Un. Kok sampai kesana? Apa hubungannya? Nanti saya jelaskan.

1. Temukan Sumber Api
Hoax atau Isu, kita analogikan seperti api. Karena titik api, pada umumnya menyebarkan asap kemana-mana. Setuju ya?

Jika mendapatkan hal ini dimana saja kita temukan, baik di dunia nyata maupun dunia maya, segera temukan sumbernya. Teliti dengan benar, apakah sumber info yang kita dengar valid. Bagaimana menentukan sumber yang valid? Sabar, ada di tips berikutnya. Makanya bacalah sampai tuntas.

Setelah sumber api ketemu, silakan dianalisa dengan baik dan benar. Saya ambil satu contoh.


"Dengan Hormat, kami dari PT. PLN (Pembangkit Listrik Negara) Tbk, Mengundang saudara untuk melakukan test interview Pada....bla...bla....."
Untuk informasi, silakan kunjungi website kami di www.ptpln.blogspot.com"

Hati-hati terhadap penipuan yang mengatasnamakan PT. PLN (Pembangkit Listrik Negara) Tbk."


Nah, ada yang aneh. Sejak kapan PLN jadi Tbk? Apa iya, perusahaan sekelas PLN pake domain blogspot? Mana pakai pesan moral lagi. Penipu sok ingatin awas ketipu. Huasyuuuw...!!!

Atau pernah dapat sms yang isinya "kabar sesat" bahwa kita sedang memenangkan sebuah hadiah undian? Yang ujung-ujungnya kita disuruh mentransfer sejumlah uang?

Hati-hati ya? Silakan tanya siapa saja jika masih ragu. Jangan serta merta percaya atas isu atau hoax apapun yang sedang melintas didepan mata.

Spoiler for Waspadai hoax:


Cari dan temukan sumber apinya. Dengan demikian, selain kita bisa menganalisa kebenaran dari sebuah berita, kita juga turut serta menyelamatkan orang-orang disekitar. Terutama yang keranjingan medsos. Biasanya, mereka adalah manusia unyu-unyu yang kadang tidak sadar, bahwa dunia maya sejati-nya adalah dunia yang juga memiliki tepian.

Spoiler for cari dan temukan sumbernya:


2. Gunakan Literatur Sebagai Pembanding
Bila contoh kasus diatas adalah kasus remeh temeh seputar penipuan dunia kerja dan iming-iming hadiah, maka kita bahas kasus yang terbaru. Isu kebangkitan PKI.

Kata PKI telah sekian lama menjadi momok dan tentu saja, sangat amat tabu sekali membicarakan hal ikhwal tentang PKI.

Spoiler for Bukan lambang PKI:


Bahkan, kata horor ini kesannya jauh menyeramkan dibandingkan film Pengabdi Setan yang saat ini sedang di coba dirilis ulang dengan versi terbaru. Udah pernah nonton? Sumpah, saya ga bohong. Itu adalah film horor paling menyeramkan yang pernah saya saksikan. Coba tonton kalau ente laki-laki sejati.

Mengenai isu PKI ini, kita termasuk generasi beruntung dimana perkembangan teknologi internet melaju pesat. Sayangnya, hal ini berbanding terbalik dengan minat baca masyarakat. Betul ya? Untuk apa internet? Kita bisa mengakses ratusan bahkan ribuan artikel yang mengupas tentang sejarah PKI.

Selain sumber berdasarkan internet, yang terpenting, kita bisa mengkaji hal apa saja berdasarkan dari sebuah buku. Tapi, bukan buku Enny Arrow dan sejenisnya. Namun buku yg benar-benar telah melalui serangkaian proses penelitian dan buku tersebut sudah mengantongi izin terbit dari instansi terkait.

Ambillah beberapa buku dengan tema sama meskipun pandangan penulisnya berbeda. Dengan demikian, kita akan kaya dengan informasi yang tersaji, dimana info tersebut kebenarannya secara akademik telah teruji.

Nah, kembali pada topik tentang isu kebangkitan PKI, menyadur pandangan dari dua sisi yang berbeda, bagi saya pribadi bukanlah ajang untuk membenarkan sejarah PKI seperti yang selama ini didoktrin ke kita.

Bukan pula menjadikan saya sebagai lakon antagonis dalam pusaran pro dan kontra terkait sejarah PKI. Namun hanya menyingkapnya sebagai bagian dari sejarah kelam di negara kita.

Itu sebabnya, kesalahan pada masa lalu adalah dengan mengubur sedalam-dalamnya sepak terjang gerakan ini, bahkan tidak membuka sedikit pun ruang untuk dijadikan sebagai bahan analisa secara akademik.

Saya yakin, meskipun larangan terhadap PKI ibarat berjalan sendirian dilorong gelap yang bisa saja kanan kirinya ada puluhan ular yang siap mematuk, namun pencarian historis tentang sejarah ini masih dilakukan meski secara diam-diam. Dan, untuk menjawab itu semua, meski tak harus semua benar, buku adalah referensi yang tepat.

Dan lagi, buku adalah lawan yang sepadan menangkal isu. Lawanlah isu dengan buku. Jadikan buku ini sebagai acuan. Bukan malah status dan cuitan di medsos lantas dijadikan referensi.

Apa kita tahu ternyata pembuat status sedang mabuk kecubung? Atau sedang sakaw berat? Tapi karena dasar para follower-nya sudah fanatik buta, mau salah atau tidak, yang penting junjungannya selalu benar.

3. Kedepankan Asas Cover Both Side
Istilah ini tentu saja akrab dengan teman-teman yang berprofesi sebagai jurnalis. Saking pentingnya kode etik ini, tak beda dengan transfer uang jatah bulanan ke istri. Coba aja berani-berani stop jatah bulanan. Bisa-bisa tidur diemperan.

Demikian halnya dengan kode etik ini. Jika sampai tidak menggunakan kaidah-kaidah sebagaimana tertuang dalam asas cover both side, alamat berita yang tersaji akan berakhir pada caci maki dan mengenaskan seperti cerita dalam sinetron religi.

Asas Cover both side, adalah metode mengumpulkan berita dari berbagai sumber. Intinya adalah sebuah perimbangan. Baik bersumber dari pihak yang pro, atau yang bersebrangan.

Contoh, saya bikin pengumuman tentang pertunangan saya dan akan menikah dengan Selena Gomez. Jangan langsung percaya. Coba telusuri sumber beritanya.

Bisa saja itu hanya halusinasi tingkat provinsi. Lah wong muka saya remek kayak kaleng Khong Guan kelindes truk, bisa-bisanya ngaku tunangan sama doi.

Jadi, dengan berpedoman pada asas ini, kita berharap terhindar dari berita hoaxatau isu yang tidak bertanggungjawab.

4. Tahan Jemarimu
Apa maksudnya ini?
Tidak dapat disangkal, bahwa beberapa diantara kita enggan melakukan penelusuran darimana sumber isu itu berkembang. Ditambah lagi tidak ingin (baca: cuek) membandingkan data, baik dari internet apalagi buku. Jika itu terjadi, cukuplah diam, baca dan tahan jemari kita.

Spoiler for Kadang jemarimu bisa membawamu kedalam terungku:


Tidak usah ikut-ikutan latah, like and share,jika memang tidak memahami dengan benar substansi berita yang terindikasi hoax dan isu. Meski di framing sedemikian rupa, sehingga seolah-olah tampak menjadi sebuah kebenaran. Terutama membungkus isu dalam balutan agama.

Dampak dari penyebaran berita (hoax), bisa menimbulkan character assassination, atau terjadinya pembunuhan karakter. Jika isu itu menyangkut seseorang. Pembunuhan karakter itu bahasa mudahnya adalah, memfitnah.

Bukankah fitnah itu lebih kejam daripada membunuh? Lalu, apa bedanya dengan rudal Kim Jon Un yang meledak lalu membunuh banyak orang? Demikian juga rudal patriot milik Trump. Podo waeee bre........

Spoiler for Efek dari Rudal tak jauh beda fitnah. Sama² membunuh. Yang satu mati sakit kena bom, yang satu mati kejepit hoax:


Sejarah itu bisa dirubah. Meski sulitnya minta ampyuun... Duh eikee kadang suka pusing kalau ngomongin sejarah.

Tapi, tugas kita, terlepas bisa atau tidaknya merubah sejarah, jadilah filteryang mampu menyaring beragam hoax beserta isu yang terlaknat itu. Ciptakan kondisi kondusif yang telah dengan susah payah berusaha dibangun oleh siapa pun. Karena pada hakikatnya, manusia itu cenderung menyukai suasana kondusif, aman dan terkendali. Kecuali mereka yang terlahir dari kinder joy.

Jangan teruskan kebiasaan terkutuk like and share tanpa dipahami lebih dalam. Karena hal itu bisa menimbulkan polemik tak berkesudahan. Ujung-ujungnya rusuh. Kalau sudah rusuh, baru nyesal. Sesal kemudian tiada berarti.

Cukup empat tips? Emang ngefek? Untuk sementara, ini saja dulu. Kelakuan kids jaman now, suka kesel kalo baca trit panjang.....





Salam
©Skydavee...



Spoiler for source:
Diubah oleh skydavee 06-10-2017 11:48
0
10.9K
84
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.2KThread83.7KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.