======================================================================================================
Kurang tidur bisa membuat Anda jatuh sakit. Dalam wawancaranya dengan
The Guardian, Matthew Walker, ketua Center for Human Sleep Science di University of California, Berkeley memaparkan hal ini.
Walker (44) telah menghabiskan lebih dari 20 tahun hidupnya mengamati aspek ilmiah dari segala sesuatu tentang tidur. Bagi Walker, tidur delapan jam setiap malam bukan sekadar jargon kesehatan tapi wajib hukumnya.
"Saya sangat serius soal tidur karena saya sudah melihat bukti-buktinya (jika seseorang kurang tidur)," tegas Profesor Walker.
Lewat pengamatannya selama ini, Walker yakin betul bahwa orang yang kurang tidur cenderung kurang sehat dan memiliki lebih sedikit energi daripada mereka yang mendapatkan waktu istirahat cukup setiap malam sesuai
rekomendasi ahli kesehatan.
Setelah menganalisis hasil 20 studi yang berbeda, ilmuwan berambut pirang ini menemukan korelasi kuat antara durasi tidur dan panjangnya umur. Walker menyimpulkan: semakin sedikit waktu tidur, semakin pendek juga umur.
Dalam kurun waktu 75 tahun terakhir, makin banyak orang kurang tidur. Jika pada 1942 hanya delapan persen populasi yang sulit tidur, maka pada 2017 hampir satu dari dua orang mengalaminya. Menurut Walker, ada beberapa alasan mengapa manusia kini kurang tidur.
Pertama, penggunaan gawai di tempat tidur. Mungkin Anda teringat malam-malam di mana Anda hanyut dalam serunya serial favorit yang ditonton lewat ponsel di atas tempat tidur.
Kedua, masalah pekerjaan dan perjalanan yang menyita waktu. Selain jam kerja yang fleksibel, waktu yang dihabiskan untuk perjalanan juga jadi semakin lama akibat macet dan hal lain.
Ketiga, dan mungkin yang terpenting, tanpa disadari, banyak dari kita yang menganggap tidur sama dengan malas. "Kita ingin terlihat sibuk, dan salah satu cara memperlihatkannya adalah dengan mengumumkan betapa sedikitnya waktu yang digunakan untuk tidur," Walker berujar.
Padahal, kurang tidur secara langsung menurunkan kekebalan tubuh membuat seseorang lebih mudah sakit. Contohnya, saat Anda begadang di akhir pekan dan hanya tidur lima jam, sel-sel tubuh yang melawan sel-sel kanker langsung berkurang 70 persen.
Sementara efek kurang tidur dalam jangka panjang juga tidak main-main. Salah satu contoh terungkap lewat riset Penn State Univesity College of Medicine, AS.
Orang dewasa berusia 45 tahun ke atas yang tidur kurang dari enam jam setiap malam memiliki kemungkinan 200 persen lebih besar terkena serangan jantung atau strok selama masa hidupnya, dibandingkan dengan orang yang mendapat tujuh atau delapan jam tidur setiap malam.
Dalam penelitian lain, terungkap pula betapa kurang tidur berhubungan dengan meningkatnya risiko penambahan berat badan. Belum lagi risiko alzheimer dan penyakit lain.
Walker tidak mengatakan bahwa krisis obesitas semata-mata disebabkan lantaran kurangnya waktu tidur. "Bagaimanapun, makanan yang diproses dan gaya hidup sedentari belum cukup menjelaskan mengapa angka penderita obesitas terus meningkat. Seperti ada yang hilang. Kini jelas bahwa kurang tidur adalah faktor ketiga," papar Walker.
Sebagai ilmuwan tidur, Walker menyarankan semua orang alih-alih begadang, tidur dengan tertib. Ia memberi contoh, saat seseorang terjaga selama 19 jam, maka secara kognitif orang tersebut tak ubahnya orang mabuk.
Menurut Walker, idealnya sekolah mengubah jam belajar sehingga murid-murid punya cukup waktu untuk istirahat. Logikanya, hal tersebut akan memicu perbaikan IQ.
Demikian halnya dengan perusahaan sebaiknya memberi waktu bagi karyawannya untuk tidur siang barang sejenak. Niscaya, produktivitas dan motivasi kerja akan meningkat. Kreativitas bahkan level kejujuran juga demikian.
Saran Walker, anggaplah tidur sebagai tugas atau kewajiban. Seperti halnya bekerja, Anda juga harus memastikan cukup tidur.
"Orang menggunakan alarm untuk membangunkan mereka. Jadi, mengapa kita tidak menggunakan alarm untuk mengingatkan waktu tidur telah tiba," pungkas penulis buku Why We Sleep ini.