- Beranda
- The Lounge
Inilah 3 Tangisan Soekarno yang Menjadi Sejarah
...
TS
nasbungdiehard
Inilah 3 Tangisan Soekarno yang Menjadi Sejarah
Spoiler for Sang Proklamator-Bapak Bangsa:
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan tepat pada hari Jumat 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ir. Soekarno, yang membacakan teks proklamasi dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera pusaka merah-putih yang dijahit oleh istrinya, Fatmawati.
Sedikit mengingat sejarah dan sosok Soekarno. Soekarno yang dikenal sebagai pria yang kharismatik, ternyata pernah menangis.
Peristiwa apa sajakah yang membuat Soekarno menangis sehingga disebut tiga tangisan bersejarah?
Berikut ulasannya.
1. Di depan makam Jenderal Ahmad Yani
Jenderal A. Yani merupakan salah satu korban dari kebiadaban PKI.
Ini adalah kali pertama Soekarno menangis di depan publik. Tentulah ia terpukul ketika mengetahui Jendral A Yani menjadi korban.
Pasalnya Soekarno ingin Jendral A. Yani menggantikan dirinya sebagai presiden jika kesehatannya terus memburuk kala itu.
Ia akhirnya menangis di depan makam Jenderal A Yani.
Spoiler for Soekarno:
Spoiler for Ahmad Yani:
2. Kekalahan Jepang dari tentara Sekutu
Kekalahan Jepang dari tentara sekutu di Perang Dunia II akhirnya memberikan kesempatan kepada Soekarno untuk memerdekakan bangsanya.
Spoiler for Jepang Kalah:
Jepang menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia setelah mereka menyerah kepada sekutu.
Spoiler for Jepang Kalah:
Sehari setelah merdeka, polemik baru timbul saat sidang BPUPKI, yakni saat penentuan ideologi.
Soekarno kedatangan berbagai kelompok yang memberikan saran mengenai ideologi yang akan digunakan di Indonesia. Contohnya saja ideologi negara Islam, nasionalis, hingga federal.Hal ini membuat Soekarno bingung, namun akhirnya ia merilis ideologi yang bernama Pancasila.Soekarno bergetar ketika sidang BPUPKI berlangsung, ia menangis. Saat sidang dibuka, Soekarno menyampaikan isi dari Pancasila.
3. Menjatuhkan hukuman mati kepada pemimpin DI/TII, Kartosuwiryo
Kartosuwiryo dan Soekarno sahabat baik, bahkan sudah seperti saudara. Seperti yang dikisahkan dalam buku Total Bung Karno karya Roso Daras, keduanya kerap bertukar pikiran di rumah Tjokroaminoto.Tetapi Kartosuwiryo memilih untuk mendirikan DI/TII dan menghianati negara.Hal ini tentu saja membuat Soekarno kecewa. Putra Sang Fajar bingung dan terus-menerus menunda keputusannya selama berbulan-bulan.Hingga akhirnya Soekarno menandatangani surat keputusan hukuman mati tersebut kepada Mayjen S Parman sambil terisak.
Spoiler for Kartosuwirjo:
sumber
Pengakuan Hatta di hari-hari terakhir hidup Soekarno :
Bung Hatta, datang menjenguk sahabat seperjuangan. Sementara, Bung Karno, seperti diberi kekuatan untuk menyaksikan kedatangan Sang Hatta. Maka, terjadilah pertemuan yang mengharu-biru, seperti dikisahkan Meutia Hatta dalam bukunya: Bung Hatta: Pribadinya dalam Kenangan. Berkata lirih Sukarno kepada Hatta, “Hatta… kau di sini….?Seperti diiris-iris hati Hatta melihat sahabatnya tergolek tanpa daya. Demi memompa semangat kepada sahabat, wajah teduh Bung Hatta menampakkan raut yang direkayasa, “Ya… bagaimana keadaanmu, No?” begitu Hatta membalas sapaan lemah Karno, dengan panggilan akrab yang ia ucapkan di awal-awal perjuangan. Hatta memegang lembut tangan Bung Karno. Bung Karno melanjutkan sapaan lemahnya, “Hoe at het met jou…” (Bagaimana keadaanmu?) Hatta benar-benar tak kuasa lagi merekayasa raut teduh. Hatta benar-benar tak kuasa menahan derasnya arus kesedihan demi mendengar sahabatnya menyapanya dalam bahasa Belanda, yang mengingatkannya pada masa-masa penuh nostalgi. Apalagi, usai berkata-kata lemah, Sukarno menangis terisak-isak. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya. Seketika, Hatta pun tak kuasa membendung air mata. Kedua sahabat yang lama berpisah, saling berpegang tangan seolah takut terpisah. Keduanya bertangis-tangisan. “No….” Hanya kata itu yang sanggup Hatta ucapkan, sebelum akhirnya meledak tangis yang sungguh memilukan. Bibirnya bergetar menahan kesedihan, sekaligus kekecewaan. Bahunya terguncang-guncang karena ledakan emosi yang menyesakkan dada, yang mengalirkan air mata. Keduanya tetap berpegangan tangan. Bahkan, sejurus kemudian Bung Karno minta dipasangkan kacamata, agar dapat melihat sahabatnya lebih jelas. Selanjutnya, Bung Karno hanya diam. Mata keduanya bertatapan… mereka berbicara melalui bahasa mata. Sungguh, ada sejuta makna yang tertumpah pada sore hari yang bersejarah itu. Selanjutnya, Bung Karno hanya diam. Diam, seolah pasrah menunggu datangnya malaikat penjemput, guna mengantarnya ke swarga loka, terbang bersama cita-cita yang kandas di tangan bangsanya sendiri.
sumur
Spoiler for Jasmerah:
Spoiler for Soekarno:
0
79.5K
424
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
925.1KThread•91KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya