Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Seputar Penculikan Dan Penyiksaan Para Jenderal Oleh PKI | Cuplikan Film G 30 S PKI

SiTulangNaBurjuAvatar border
TS
SiTulangNaBurju
Seputar Penculikan Dan Penyiksaan Para Jenderal Oleh PKI | Cuplikan Film G 30 S PKI
Pada apel malam 30 September 1965 itu, Letnan Satu Dul Arif hanya bisa memperoleh 60 anggota Cakra saja untuk dilibatkan dalam gerakan yang dipimpin oleh Letkol Untung. Kesemuanya berasal dari Batalyon 454 Banteng Raider, yang merupakan pasukan raider di wilayah KODAM Diponegoro. Pasukan ini pernah dikomandani Untung saat operasi pembebasan Irian Barat.

Pasukan itu kemudian dimasukkan ke dalam Resimen Cakrabirawa, pengawal Presiden Soekarno, sebagai Batalyon Kawal Kehormatan II Cakrabirawa, di mana Untung memimpin lagi pasukan ini.

Ke-60 Cakra itu dilibatkan dalam pasukan Pasopati yang dipimpin oleh Dul Arif. Selain ke-60 Cakra, terdapat juga pasukan dari Brigif 1 KODAM Jaya yang dipimpin Kolonel Latief. Pasukan Pasopati bertugas menculik para jenderal Angkatan Darat. Dari tujuh jenderal sasaran, pasukan ini hanya mendapatkan enam, yakni Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT Haryono, Mayor Jenderal S Parman, Brigadir Jenderal Soetoyo Siswomihardjo, dan Brigadir Jenderal DI Pandjaitan.

Mereka gagal mendapatkan Nasution dan hanya membawa ajudannya yang masih muda dan mirip Nasution. Semua dibawa ke Lubang Buaya, Cililitan, hidup atau mati. Ahmad Yani dan Pandjaitan termasuk yang tak bernyawa ketika sudah di Lubang Buaya.

Di antara ke-60 Cakra itu, ada prajurit bernama Bungkus. Seperti Dul Arif dan Pembantu Letnan Dua Djaharup, Bungkus berasal dari daerah Tapal Kuda di Jawa Timur yang kental budaya Maduranya. Bungkus awalnya adalah pejuang dalam pasukan Andjing Laut di Jawa Timur. Setelah 1949, Bungkus pernah dikirim melawan Republik Maluku Selatan di Buru. Belakangan, pasukannya dimutasi ke Jawa Tengah, kemudian pasukannya menjadi pasukan pemukul andalan Banteng Raider.

Di sinilah letak ironinya: Ahmad Yani yang diculik sebagian anggota Cakra itu adalah pendiri pasukan Banteng Raider, kesatuan asal ke-60 Cakra tersebut. Yani membentuk pasukan itu di Jawa Tengah ketika hendak mengatasi pemberontakan DI/TII Amir Fattah. Pasukan itu diberi keterampilan khusus antigerilya.
https://tirto.id/cerita-seputar-para...ulik-g30s-bPEC

Penetral
Sementara mengenai penyiksaan kepada para jenderal sebelum dimasukan dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, hal tersebut terbantahkan melalui hasil visum yang dilakukan lima dokter atas perintah tertulis yang ditandatangani Soeharto saat itu selaku Pangkostrad.

Kelima dokter itu diperintahkan untuk melakukan otopsi dan VR (visum et repertum) atas jenazah para jenderal tersebut. Kelima dokter itu adalah:

Dr. Roebiono Kertopati, Brigadir Jenderal pimpinan tinggi kedua pada Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.

Dr. Frans Pattiasina, Kolonel TNI, Korp Kesehatan Militer Nrp. 14253, Perwira Kesehatan pada RSPAD.

Dr. Sutomo Tjokronegoro, Profesor pada Fakultas Kedokteran pada Universitas Indonesia, ahli Penyakit dan Kedokteran Forensik

Dr. Liauw Yan Siang. Ahli Kedokteran Forensik Universitas Indonesia,

Dr. Lim Joe Thay, Dosen pada Kedokteran Forensik, Universitas Indonesia.

Hasil otopsi dan visum itu tidak menemukan adanya pencungkilan bola mata maupun sayatan pada tubuh jenderal. Para dokter juga tidak menemukan adanya pemotongan pada alat vital salah satu jenderal seperti cerita yang berkembang selama ini.
https://nasional.sindonews.com/read/...-1446291427/26

Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau G30S/PKI 1965 merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia yang tak mudah dilupakan dari benak kita semua. Saat itu terjadi pemberontakan PKI dengan menculik beberapa petinggi TNI Angkatan Darat di zamannya. Mereka lalu dibantai secara keji di sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Monumen Lubang Buaya. Gugurnya mereka menjadi tombak perlawanan bangsa ini pada kekejaman PKI.

1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani. Lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo merupakan komandan TNI AD. Pembunuhan atas dia dilakukan sebab sang jenderal menentang keras keberadaan faham komunis. Ahmad Yani diculik dari kediamannya dan dibantai di Lubang Buaya.

2. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan. Lahir di Balige, Sumatera Utara. Dia salah satu otak di balik lahirnya TNI. Bersama dengan pemuda lain dia membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) cikal bakal TNI. Kematiannya mengenaskan. Sekelompok anggota PKI menyergap ke rumahnya dan membunuh para pelayan serta ajudan. Merasa tahu ajalnya tiba, DI Pandjaitan menemui penyergap itu dengan seragam militer lengkap. Segera dia diberondong peluru dan mayatnya dibawa ke Lubang Buaya.

3. Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo. Dia lahir di Sragen, 5 Februari 1923. Berbeda dengan dua pahlawan revolusi sebelumnya yang mayatnya dibawa ke Lubang Buaya, Brigjen Katamso saat itu bertugas di Yogyakarta. Dia diculik lalu tubuhnya dipukuli dengan mortar motor, baru dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Peristiwa ini terjadi di daerah Kentungan. Jenazahnya baru ditemukan beberapa hari kemudian tepatnya 21 Oktober 1965.

4. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono) lahir di Surabaya pada 20 Januari 1924. Letjen yang paham 3 bahasa asing ini juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.

5. Letnan Jenderal TNU Anumerta Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920. Dia juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Sebelum akhirnya tewas di tangan PKI, dia pernah meredam beberapa pemberontakan PKI di berbagai wilayah seperti Semarang dan Medan.

6. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (S. Parman) lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1918. Dia merupakan perwira intelijen yang sebenarnya dekat dengan PKI serta mengetahui kegiatan rahasia mereka. Saat ditawari bergabung dengan faham komunis itu, S. Parman menolak. Karena itulah dia masuk daftar target pembunuhan PKI lantaran mengetahui banyak hal. S. Parman dibantai di Lubang Buaya. Otak pembantaiannya yakni kakaknya sendiri Ir. Sakirman yang merupakan petinggi PKI saat itu.

7. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, 23 Agustus 1922. Dia juga diculik di rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya. Para penculik mengatakan Mayjen Sutoyo dipanggil oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, tapi ternyata itu bohong.

8. Kolonel Infanteri Anumerta R Sugiyono Mangunwiyoto lahir di Gunung Kidul, Yogyakarta, 12 Agustus 1926. Dia bersama Brigjen Katamso menjadi korban penculikan PKI di Yogyakarta. Keduanya dikuburkan dalam lubang yang sama dan mayatnya baru ditemukan setelah 20 hari kemudian.

9. Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun (KS Tubun) merupakan satu-satunya perwira selain TNI yang menjadi korban keganasan PKI. Dia lahir di Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Saat peristiwa berlangsung dia merupakan ajudan dari Johanes Leimena. Salah satu menteri di kabinet Soekarno. Nah, pak Leimena ternyata tetangga samping rumah Jenderal Abdul Haris Nasution (A.H Nasution) yang jadi incaran PKI. Saat itu gerombolan PKI mengepung rumah pak Nasution dan didengar oleh KS Tubun. Dia langsung melepas tembakan namun sayang jumlah anggota PKI terlalu banyak, jadilah KS Tubun tewas di tangan mereka namun tidak sampai dibawa ke Lubang Buaya.

10.Kapten Anumerta Pierre Tendean merupakan satu-satunya pahlawan revolusi yang tidak punya pangkat jenderal namun keberaniannya sungguh luar biasa. Dia ajudan Jenderal A.H Nasution. Berkat keberaniannya dia berhasil meloloskan atasannya dan mengaku menjadi Nasution. Tendean dibunuh dan dibantai di Lubang Buaya.

Nih video penculikan dan penyiksaan para Jenderal, cuplikan dari Film G 30 S PKI
Diubah oleh SiTulangNaBurju 23-09-2017 03:31
0
20.6K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.