Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

seher.kenaAvatar border
TS
seher.kena
Terungkap ! 5 Fakta Wawancara Eksklusif Intisari dengan Aidit, Begini Sisi Lain Tokoh
TRIBUNSUMSEL.COM -- Intisari pernah berkesempatan untuk berkunjung ke kantor beberapa pentolan partai politik yang ada di Indonesia waktu.

Salah satunya adalah Dipa Nusantara Aidit pada tahun 1964, satu tahun sebelum 30 September 1965 geger.

Pada saat itu, Intisari berkesempatan untuk mewawancarai pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) di Kantor CC PKI di Jalan Raya Kramat, Jakarta Pusat.

Ada juga Bung Aidit bersama kawan Mao Tse Tung.

Namun, saat itu Intisari tidak banyak mengajukan pertanyaan karena daftar pertanyaan sudah dikirimkan terlebih dahulu dan sudah disusunkan garis besar riwayat hidup Aidit yang dibaca dan diberikan beberapa keterangan.

Berikut tim TribunWow.com himpun fakta-fakta dari wawancara eksklusif Intisari dengan Aidit pada tahun 1964 ini.

Simak selengkapnya di sini!

1. Masa kecil Aidit

Melansir dari Intisari, Aidit adalah sosok yang sempat duduk di sekolah dasar HIS Belitung.

Saat itu gurunya sempat bertanya kepadanya dalam mata pelajaran ilmu bumi. Di Digul ada apa?

Ada banyak orang pandai" jawab Aidit kecil.

Sontak, jawabannya saat itu membuat gurunya pintar sekaligus memberinya angka baik.

Jawaban itu sendiri Aidit dapatkan dari sang ayah.

Diketahui, ayahnya gemar membaca surat kabar misalnya Pemandangan.

Kepada anak-anaknya tersebut ia sering bercerita tentang pemimpin-pemimpin masa itu seperti Soekarno, Hatta, dan pemuka-pemuka lain yang banyak dibuang ke Digul.

Mereka adalah orang-orang pandai dan membuat Aidit kecil terkesan.

Nama ayahnya adalah Abdullah Aidit, seorang buruh perkebunan tamatan sekolah HIS. Dipa Nusantara Aidit lahir di Medan tanggal 30 Juni 1923.

Keluarganya lalu berpindah ke Belitung dan di sana ia menamatkan sekolah dasar.

Aidit adalah empat bersaudara dan semuanya lelaki: Basri, Sobron, Murad, dan D.N Aidit.

Diketahuo, semuanya adalah pengikut Marx dan Lenin, hanya saja ada yang aktif ada yang tidak. Ibunya sendiri meninggal saat Bung Aidit masih berumur 6 tahun.

Di Belitung ada tambang dan membuat Aidit bersama teman-temannya sering masuk ke tambang sampai 200 meter di bawah tanah. Kontras antara kehidupan buruh dan majikan berkesan padanya.

Begitu juga nasib sang ayah, sekalipun pendidikannya lebih tinggi, ia tetap buruh. Sementara kepalanya, adalah orang Belanda yang lulus sekolah dasar saja tidak, lagi tolol dalam pekerjaan.

Abdullah Aidit dilukiskan anaknya sebagai seorang Muslim Liberal. Liberal dalam arti membiarkan anak-anaknya memilih ideologi, lapangan hidup, dan kawan hidup menurut kehendak mereka masing-masing.

2. Perjalanan karier Aidit

Pada tahun 1937, Bung Aidit tiba di Jakarta dan masuk sekolah dagang sambil mengikuti kursus bahasa-bahasa asing.

Namun sayangnya karena biaya macet, ia tidak menamatkan sekolahnya tersebut.

Malah, ia sempat bekerja sebagai pembuat lubang kancing pada tukang jahit. Ia juga gemar ke museum sambil membaca buku-buku.

Ia sering membaca buku-buku sosiologi dari penulis-penulis seperti Marxis, Adler, Vierkandt, Max Weber, Le Bon, Rolandhols, Kautzky.

Namun, pandangan para tokoh tersebut tidak memuaskan hatinya. Berlainan saat ia membaca buku Manifesto Komunis dan buku-buku Marx dan Lenin lainnya.

Aidit dikenal sebagai sosok yang berjiwa dinamis dan memiliki intelegensia yang tinggi.


Pada tahun 1937, Bung Aidit tiba di Jakarta dan masuk sekolah dagang sambil mengikuti kursus bahasa-bahasa asing.

Namun sayangnya karena biaya macet, ia tidak menamatkan sekolahnya tersebut.

Malah, ia sempat bekerja sebagai pembuat lubang kancing pada tukang jahit. Ia juga gemar ke museum sambil membaca buku-buku.

Ia sering membaca buku-buku sosiologi dari penulis-penulis seperti Marxis, Adler, Vierkandt, Max Weber, Le Bon, Rolandhols, Kautzky.

Namun, pandangan para tokoh tersebut tidak memuaskan hatinya. Berlainan saat ia membaca buku Manifesto Komunis dan buku-buku Marx dan Lenin lainnya.

Aidit dikenal sebagai sosok yang berjiwa dinamis dan memiliki intelegensia yang tinggi.

Dinamik pemuda ini disalurkan pada kehidupan organisasi. Ia memasuki Persatuan Tumur Muda.

Anggotanya dari berbagai macam golongan termasuk keturunan Arab dan Tionghoa.

"Sejak dulu saya menentang rasisalisme" katanya.

Ia juga berkenalana dengan Wikana pemimpin Gerindo. Ia juga kenal dengan Amir Sjarifudin SH.
Besar pengaruhnya terhadap saya. Ia seorang intelektual yang militan, yang mengintegrasikan diri dengan massa rakyat. Pejuang gigih melawan fasisme. Berwibawa dan berwatak.” ucapnya.

Resmi menjadi anggota partai komunis pada zaman Jepang dengan Widarta sebagai perantaranya pada tahun 1943 saat ia berusai 20 tahun.

Ia bergabung di PKI, karena partai ini menentang fasisme Jepang secara konsekuen.

Ia pun juga memimpin Gerakan Indonesia Merdeka, sebuah gerakan bawah tanah bersama Chairul Saleh, Sidik Kertapati, Lukman.

Gedung Menteng 31 memang diketahui memainkan sejarah penting. Di situ tempat institut pendidikan politik Angkatan Baru Indonesia dalam zaman Jepang dengan Wikana sebagai direktur.

Guru-guru Aidit adalah tokoh-tokoh pergerakan seperti Bung Karno, Hatta, Syahrir, Moh. Yamin, Soebarjo, Iwa Kusumasumantri yang memberikan pelajaran Hukum, Filsafat, Sosiologi, SejarahPolitik, Ekonomi.

“Di situlah saya mendapat pendidikan politik yang lebih sistematis,” sambungnya. Ditambahkannya pula sejak saat itu ia mengenal perbedaan Soekarno dan Hatta.

Bung Karno seorang intelektual yang mengintegrasikan diri dengan massa rakyat yang percaya akan massa aksi. Dengan indoktrinasi dan agitasi menerapkan ide-ide ilmiah kepada massa.

3. Turut berjuang memerdekakan Indonesia

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Aidit mendengar kabar Jepang sudah kalah dari seorang wanita Indo.

Sore harinya, di gedung Menteng 31 pun berkumpul kira-kira sebanyak 13 pemuda yang dipimpin oleh Chairul Saleh.

Serentak semuanya sepakat: sekarang juga merdeka!

Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan, jika tidak ingin terjadi kekacauan.

Juga harus dijaga jangan sampai pemimpin-pemimpin yang patriotik diserahkan sebagai inventaris Jepang kepada Sekutu.

Empat orang pemuda pun diutus rapat menghadap Bung Karno. Mereka adalah Suroto Kunto, D.N. Aidit, Subadio Sastrosatomo, dan Wikana yang bertindak sebagai juru bicara.

Pertemuan mereka mengalir dengan adanya perdebatan dan perundingan.

Namun, tiba juga saatnya 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Gedung Pegangsaan Timur 17, mereka memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Diketahui, tiga hari tiga malam Aidit dan kawan-kawan tidak tudur dan proklamasi barulah permulaan. Ia pun membandingkan dengan proklamasi RRC dan Vietnam.

Pada kedua negara itu, mereka menduduki beberapa daerah dengan kekuatan senjata, baru proklamasi. Kita proklamasi dulu baru dipertahankan terhadap musuh.

4. Aidit dan PKI

Pada September 1945 setelah rapat raksasa Ikada tanggal 9 September, Aidit ditawan Jepang bersama dengan Hanafi dan Adam Malik.

Kepala penjara Bukitduri saat itu adalah Pak Thaye, ayah dari Prof. Syaril Thayeb, Rektor Universitas Indonesia.

Dengan bantuan Pak Thayeb, mereka lolos ketika penjaga membuka pintu untuk mengantarkan makanan dan obat.

Pada pertempuran di Jatinegara ia ditawan pasukan Inggris dan diserahkan kepada Belanda dan selama 7 bulan ditahan di Pulau Onrust.

Ia baru dibebaskan setelah perjanjian Linggarjati.

Aidit pun pergi ke Solo, tempat CC PKI pada waktu itu. Dalam Kongres IV PKI 1945, Aidit mewakili PKI Solo dan dalam kongres tersebut ia bertemu dengan Njoto, wakil dari Jember.

Ia terpilih menjadi anggota Central Komite PKI.

Menurut buku Arnold C. Brackman Indonesian Communism, sekitar tahun 1949 itu Aidit keluar negeri. “I left Indonesia because I was eager to learn about the world.” (Saya meninggakan Indonesia karena saya ingin sekali mempelajari dunia) katanya kepada Brackman menurut buku itu.

Setelah terjadinya “peristiwa Madiun” 1948, PKI kehilangan poros pimpinan. Pada 1950 Aidit mulai menyusun konsep anggaran dasar baru.

Pada sidang CC tahun berikutnya, Aidit terpilih menjadi Sekretaris. Tahun 1950 bersama Njoto ia hendak menghadiri kongres partai komunis Nederland.

Waktu itu kalau mau ke Belanda tak diperlukan visum. Sampai di lapangan terbang Schiphol keduanya tak dibolehkan turun. Disuruh pulang kembali.

Komentarnya, “Kami disuruh bayar lagi. Tentu saja kami tolak. Kan mereka yang memulangkan kami.”

Pada Kongres IV PKI 1954 peremajaan pimpinan PKI berhasil. Sekjen D.N. Aidit (31 tahun), kedua wakilnya MH Lukman (34 tahun), dan Njoto (29 tahun).

Saat menjadi Sekjen, Aidit mendapatkan banyak pertanyaan "Bung kapan datang jenderalnya?"

Karena saat itu banyak orang yang mengira sekjen berarti sekretarisnya jenderal, nama itu ternyata tak sesuai dengan pengertian masyarakat kita.

Pada tahun 1959 pun diubah menjadi Ketua Rekan dan anak buah menyebutnya 'Kawan ketua Aidit'.

Salam mereka bukan dengan cara membungkuk tetapi angkat tangan sambil tersenyum.

Agitas, organisasi, dan mobilisasi massa adalah garis baru yang ditegaskan PKI selama ini.

Dalam kedudukan sebagai Ketua CC, Aidit sering kali melawat ke luar negeri. Menghadiri kongres-kongres di Moskow dan negara-negara komunis lainnya.

Katanya ini perlu baginya. Karena merupakan bahan perbandingan yang bermanfaat dalam “mengindonesiakan” partai komunis.

5. Kehidupan pribadi Aidit

Istri Aidit diketahui seorang dokter spesialis atom untuk kesehatan yang juga seorang aktivis Gerwani.

Ia adalah Tanti Aidit, mereka menikah pada tahun 1948 di Solo.

“Sebenarnya anak saya 4, tetapi karena yang bungsu kembar jadi 5,” kata Aidit sambil menarik-narik kedua pipa celananya sampai-sampai ke atas lutut.

Saat Tanti Aidit mengadakan spesialiasi di Moskow, anak-anaknya turut serta. Dua anak perempuannya pun bersekolah di sana.

Sementara tiga anak lelakinya tinggal di rumah. Saat itu Tanti Aidit bekerja tenaga pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sementara, Aidit berkendaraan mobil mentereng Dodge hitam karena sebagai wakil ketua MPRS yang berarti (saat itu disebut) Yang Mulia Menteri.

Meski banyak pikiran dan pekerjaan, Aidit tetap sosok yang yang segar dan jernih mukanya. Ia rajin berenang.

Menurutnya, kesehatan adalah hal yang diperlukan seorang pemimpin.

“Kalau pemimpin sakit, bukan dia saja menanggung akibatnya, tetapi organisasi masyarakat.” katanya.

Politikus yang tak berolahraga menurut pendapatnya abnormal. Selama wawancara 2 jam itu, Aidit banyak minum, rokok, dan secangkir kopi pahit.

Ia pun gemar musik. Musik yang indah mampu melenyapkan keletihan tubuh. Tidur cukup 4 – 5 jam sehari. Asal betul-betul pulas.

Ia pernah tidak tidur dua hari dua malam karena saking sibuknya di MPRS.

Tak hanya itu, Aidit juga merasa bahwa politikus seharusnya gemar pada kesenian.

Kesenian membantu perkembangan pribadi yang harmonis, perkembangan pikiran, dan perasaan.

Ia gemar kesusasteraan. Shakespeare misalnya. Karena sekalipun ia bukan seorang sosialis tetapi karya-karyanya melukiskan keadaan masyarakat pada zamannya.

Dulu ia beranggapan untuk politik cukup mengetahui sosiologi. Itu sebabnya ia membaca banyak buku sosiologi di museum. Itu tak benar, harus ditambah dengan ekonomi dan politik.

Orang berpolitik harus belajar banyak. Mengambil keputusan-keputusan politik hanya berdasarkan surat kabar atau majalah tidaklah cukup.

Karena itu kader-kader PKI sendiri diwajibkan mengikuti pelajaran. Untuk itu dibuka Akademi-akademi seperti Akademi Ali Archam, Dr. Rivai, Dr. Ratulangi, dll.

Kalau kader-kader PKI militan dan semangat itu karena mereka telah mendapat pendidikan, latihan, dan contoh dari pimpinan.

Karena kader saat itu yang banyak mengeluh tentang beban hidupnya harus insyaf karena lebih banyak rakyat yang lebih sulit keadaannya.

Padahal kekuatan mereka justru dalam kesetiakawanan dengan massa rakyat. Demikian keterangan bung Aidit.

Saat ditanya perihal puncak kariernya dalam berpolitik ia memberikan jawaban,

“Proklamasi kemerdekaan,”

“Itu sampai sekarang…. Entah nanti!” ucap Aidit saat itu menutup wawancara yang berlangsung selama hanya 2 jam saja dengan Intisari. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)

http://sumsel.tribunnews.com/2017/09/20/terungkap-5-fakta-wawancara-eksklusif-intisari-dengan-aidit-begini-sisi-lain-tokoh-utama-pki-ini?page=4

Panjang juga wawancaranya
0
7.5K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.