Makan rasanya nggak lengkap kalo nggak ada cabenya, setuju gak gan?

Makan nasi tanpa sambel itu ibarat masakan tanpa garam, kayak ada kurangnya gitu. Bahan dasar utama sambel pastinya cabe yang emang rasanya pedas. Bagi kebanyakan orang di Indonesia, makan sambel itu wajib hukumnya untuk segala lauk.

Tapi kadang kita suka baca berita, cabe mahal dan rasanya jadi kurang pedes gitu.



Buat agan yang mau cobain cabe dengan rasa yang pedes pake banget, udah tau belum cabai rawit Hiyung?

Cabai rawit Hiyung pertama kali ditanam Subarjo, 40 tahun, di tahun 1993. Cabai yang berasal dari Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kalimantan Selatan ini sekarang jadi andalan komoditas Kabupaten Tapin.

Jadi, cabe yang dikembangin petani Desa Hiyung ini punya tinggal kepedasan sampai 94.500 ppm atau setara dengan 17 kali lipatcabe biasa gan!





Awalnya, Subarjo mengembangkan tanaman padi di desanya. Tapi karena daerahnya itu daerah pasang surut dengan kadar air yang asam, produksi padinya jadi nggak sesuai ekspektasi dan hasil produksinya turun terus menerus. Waktu main ke tempat keluarganya di Desa Linuh, dia ngelihat ada tanaman cabe rawit yang tumbuh subur. Hingga akhirnya muncul ide buat nanam cabe.

Supaya pohon cabenya nggak terendam air pas musim hujan, cabenya ditanam di bedengan atau surjan. Awalnya dia buat bibit sendiri dan berhasil menanam 200 pohon cabe di belakang rumahnya. Ternyata hasilnya memuaskan dan akhirnya diterusin deh nanam cabe di lahan yang dia pinjam dari tetangganya ini.



Lama kelamaan, ada tetangga yang tertarik dan coba tanam cabe yang dia tanam karena rasanya lebih pedas, tahan lama dan lebih tahan dari serangan hama penyakit. Hingga di tahun 1999, udah ada beberapa orang di desanya yang menanam cabe rawit ini dan beli bibit dari Subarjo. Dia pun nggak pelit ilmu untuk membantu warga desa. Dari hasil panennya, dia kumpulin buat dibeliin tanah setiap panen.

Ternyata ini ya kisah di balik cabe terpedas se-Indonesia, pintar-pintar melihat peluang untuk dijadikan keberhasilan.



Sumur Sumur