"KEMACETAN", Salah Siapa?

Beranda

...

The Lounge
"KEMACETAN", Salah Siapa?

sekkar

07-09-2017 16:19

"KEMACETAN", Salah Siapa?

Saya yang sehari-hari memiliki rutinitas yang memaksa untuk pergi pagi pulang malam untuk bekerja, di saat itu saya sudah terbiasa dan bahkan "menikmati macet".
Saya tinggal di Bandung, mungkin enggak seberapa macetnya kalo dibandingin Jakarta.
Rasanya aneh kalo engga macet

Ada sebab, ada pula akibat. Kemacetan, siapa penyebabnya?

Quote:

Kendaraan Pribadi

Quote:

Jumlah kendaraan di "jam sibuk" lebih di dominasi kendaraan pribadi. Baik roda tiga atau roda empat.
Pemerintah menyarankan untuk menggunakan transportasi umum saja supaya engga terlalu macet.
Tapi, sekarang biaya hidup tinggi! Listrik sudah enggak subsidi, harga sembako perlahan ikut naik, sedangkan gaji kami naiknya setahun sekali aja saat kenaikan UMR!
Jika dibandingan antara menggunakan kendaraan roda dua atau transportasi umum. Jauh lebih murah naik kendaraan pribadi roda dua.
Yang kami rasakan, walaupun UMR naik tidaklah memberi arti banyak. Harga-harga kebutuhan hidup pun ikut naik.
Secara nominal, gaji kami naik namun nilai uang turun.
Sadarkah dengan ada banyaknya kendaraan pribadi, perekonomian kita semakin membaik.
Industri otomotif di Indonesia terus berkembang, banyak tenaga kerja padat karya di sana. Banyak dealer yang bertambah di kota kota kecil. Bahkan bengkel kecil pinggir jalan mendapatkan rejeki dari imbasnya kemacetan akibat terlalu banyak kendaraan pribadi.

Quote:

Transportasi Umum

Quote:

Jika benar transportasi umum bisa mengurangi kemacetan, pasti banyak masyarakat yang beralih.
Tapi yang saya rasakan pake angkot tu enggak bisa diajak "ontime".
Saya engga akan terlalu membahas banyak mengenai beberapa pengamen yang berpenampilan preman minta uang sambil memaksa agak mengancam, namun mulutnya bau "miras".
Saya pribadi sudah lama tidak mengunakan angkot karena suka ngetem lama lebih dari 15 menit. Selain itu terkadang angkot menurunkan penumpang seenaknya di tengah jalan, karena dia ingin putar balik dan mengangkut penumpang dari arah berlawanan. Saya merasa "diusir" dan saya sebagai konsumen merasa tidak mendapatkam Hak nya dengan baik. Penumpang dipaksa mengerti kebutuhan supir angkot terhadap kebutuhan hidupnya, dan setoran angkot. Tapi apakah supir angkot mengerti kami konsumen yang terpaksa membuang waktu karena kelamaan ngetem, atau di turunkan di tengah jalan. Beberapa perusahaan swasta memberi sangsi kepada karyawan yang telat bisa berupa SP bahkan denda.

Beberapa bulan yang lalu, di Bandung ada demo transportasi umum (angkot dan taksi) yang menolak adanya transportasi online. Saya yang terbiasa menggunakan roda dua merasa heran karena jalanan lebih lancar karena tidak ada transportasi umum.
Benarkah transportasi umum mengurangi kemacetan seperti banyak yang di himbaukan kepada masyarakat?

Quote:

Pak Ogah

Quote:

Saya enggak paham yang dikerjakan Pak Ogah itu membantu menertibkan kendaraan di jalan raya, bantuin kendaraan nyebrang atau "minta duit ke mobil atau truk yang lewat?"

Saya suka beranggapan kalo beberapa Pak Ogah itu punya banyak nyawa.
Dia engga takut mati ketabrak di jalan raya. Dia suka tiba tiba maju ke tengah jalan raya tanpa memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang, sambil meniupkan peluit.

Pak Ogah yang saya perhatikan kebanyakan bekerja membantu mobil yang nyebrang apalagi di kasih recehan, makin kenceng aja peluit nya di bunyiin padahal kendaraan dari berlawanan arah melaju kencang.
Agak beda gaya dikit sih kalo yang lewatnya truk, Pak Ogah nyodorin ember atau topi ke kaca si supir, sebelum nyebrangin.
Padahal mereka ga di minta tolong nyebrangin. Mereka tu pengen nolong mungkin dengan ikhlas, dari hati yang terdalam namun jika ada recehan yang mau anda bagikan tidak akan kami tolak emoticon-Ngakak (S)

Quote:

Lampu Lalu Lintas

Quote:

Di jalan raya Soekarno hatta sekali lampu merah lumayan lama apalagi jam pulang kerja bisa lebih dari 5 menit.
Saya yang pake kendaraan roda dua udah biasa kena dua kali lampu merah, apalagi yang biasa roda empat?
Lalu lintas pasti padat banget, kendaraan semakin bertumpuk karena "lampunya masih merah"
Tapi, sebenarnya lampu lalu lintas untuk membantu kendaraan untuk bergantian melintas di persimpangan jalan

Quote:

Infrastruktur

Quote:

Jumlah masyarakat yang bertambah, kendaraan yang begitu banyak namun "jalan" yang lebarnya masih segitu-segitu aja. Belum lagi terotoar yang harusnya untuk pejalan kaki, tapi digunakan PKL hingga para pejalan kaki harus berjalan di jalan raya.
Sadarkah hal yang sering kita jumpai ini sebenarnya satu hal yang semrawut?

Itu hanya opini saya mengenai kemacetan yang saya alami sehari-hari emoticon-Embarrassment

Kaskuser lainnya ada opini juga tentang macet?
Komentarnya ditunggu ya

emoticon-Kiss

Kutipan untuk Thread Ini :

Quote:

Baca judul Threadnya udah bikin bete
Tapi, pernah nggak sih jadiin jalanan sebagai tempat yang sedikit lebih menyenangkan, tempat buat mengetahui karakter orang, menghayal, berpikir. Bahkan bisa juga jadi tempat yang bikin kamu ngedadak inget KENANGAN BERSAMA MANTAN TERINDAH